(lanjutan)
Allah Ta’ala berfirman, “Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendati pun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh…”1
Ketika seorang hamba menjelang maut, semua hal yang dia senangi selama masa hidupnya akan kembali terkenang di hatinya. Apabila kecenderungannya selama hidup lebih banyak kepada ketaatan, maka yang paling banyak hadir saat menjelang kematiannya adalah ingatan tentang ketaatan kepada Allah. Apabila kecenderungannya selama hidup lebih banyak kepada maksiat, maka ingatan akan maksiat itu akan mendominasi hatinya menjelang kematian. Bisa jadi saat ruhnya dicabut dia sedang berada dalam dominasi syahwat duniawi atau maksiat, sehingga yang menjadi beban kesedihan dan kesusahannya adalah keterpisahannya dari dunia dan segala kenikmatan yang disenanginya. Hatinya terikat pada dunia hingga terhijab dari Allah.
Sudah selayaknya orang yang berakal menanggalkan dunia, menyibukkan diri dengan akhiratnya dan mengambil nasihat dari kematian.
Ingatlah ubanmu, ingatlah tempat kembali
Ingatlah, kalau pun engkau gagah perkasa saat hidup di dunia
setelah ajal engkau akan dipendam di dalam tanah
Bila engkau telah memasuki kubur
engkau akan berada di dalamnya sampai hari perhitungan
seluruh persendian tubuh yang dahulu kukuh
kan terputus terpatah-patah
kalau saja bukan karena kuburnan menjadi tirai penutup tubuhmu
tentu bangkaimu akan membuat kerikil dan asi berbau busuk
Engkau diciptakan dari tanah, lalu hidup
dan engkau pun tahu mana wicara yang fasih
kemudian engkau kembali ke tanah hingga seakan-akan engkau belum pernah keluar dari tanah
Maka ceraikanlah dunia dengan talak tiga dan segeralah bertobat sebelum ajal menjemput
Aku menasihatimu, maka dengarkanlah kata-kata dan nasihatku
Orang sepertimu tidak bisa menunjukkan kebenaran
Kita diciptakan untuk kemudian mati
seandainya kita dibiarkan hidup terus, niscaya bumi akan sesak oleh kita
Setiap pagi selalu ada seruan memanggil
Carilah penangkal untuk menghadapi ulat
Dan dirikanlah rumah untuk masa kehancuran
Apabila manusia mau merenung ihwal keadaan saudara-saudaranya yang telah berlalu bagaimana mereka terputus dari sanak saudara dan kekasih, bagaimana amal mereka terputus, harta benda mereka tidak lagi bermanfaat bagi mereka; bagaimana tanah menghapus ketampanan wajahnya dan ulat-ulat memangsa jasadnya; bagaimana mereka kesepian dalam kubur, sendirian di dalam kesusahan, menjadi bangkai yang berantakan, biji mata meleleh, warna kulit berubah, kefasihan hilang, kepala berlumur debu dan tak lagi tegak; lalu dalam kondisi itu malaikat menginterogasi mereka tentang keyakinan, kemudian disingkapkan pada mereka surga atau neraka yang akan menjadi tempat mereka di hari kebangkitan-niscaya dia akan menghadap kepada Allah Ta’ala dengan hati yang luluh dan khusyuk.
Wahai saudaraku, lihatlah dirimu! Dengan badan yang mana engkau akan berdiri di hadapan Allah Ta’ala, dengan lidah yang mana engkau akan menjawab pertanyaan Allah, apa yang akan engkau katakan saat Dia meminta pertanggung jawabanmu tentang hal yang sedikit dan yang banyak? Persiapkanlah jawaban untuk pertanyaannya, dan persiapkanlah kebenaran untuk jawabannya.
Kurenungi bagaimana kondisiku di alam mahsyar dan Hari Kiamat
Bagaimana peletakan pipiku di dalam kubur nan sunyi
sepi dan sendiri berbantal tanah
setelah kemuliaan dan kehormatanku tergadai dosa
Kurenungi lamanya perhitungan amal
dan hinanya kedudukanku saat aku diberi catatan amal
Tetapi harapanku kepada-Mu, ya Rabb Penciptaku
Kau ampunkan kesalahan-kesalahanku, ya Ilahi
Suatu hari, Sayyidina ‘Ali ibn Abū Thalib k.w. memasuki komplek pekuburan Madinah, lalu berseru, “Wahai penghuni kubur, assalāmu ‘alaikum wa rahmatullah. Apakah kalian yang akan terlebih dahulu mengabari kami tentang keadaan kalian, atau kami yang mengabari kalian?” Kemudian beliau mendengar suara tanpa rupa menyahut, “Alaikas-salam wa rahmatullah wa barakatuh. Kabarilah kami apa yang terjadi setelah kepergian kami.”
Lalu Imam Ali berkata, “Istri-istri kalian telah menikah lagi. Harta benda milik kalian telah dibagi-bagi. Anak-anak kalian telah menjadi yatim dan bangunan-bangunan yang kalian dirikan telah dihuni musuh-musuh kalian. Inilah kabar dariku. Lalu apa kabar yang ada dari kalian?” Kemudian ada mayit yang menjawab, “Kain-kain kafan telah robek. Rambut-rambut telah terurai. Kulit-kulit telah koyak. Pipi yang kencang telah meleleh busuk. Lubang hidung mengeluarkan nanah dan berlendir busuk. Apa yang telah kami persembahkan dahulu kini kami dapati akibatnya. Harta benda yang telah kami tinggalkan telah merugikan kami. Dan kami tergadai dengan amal perbuatan kami.”
Di dalam satu riwayat disebutkan bahwa sesungguhnya arwah orang orang beriman selalu mendatangi langit dunia setiap hari, dan mereka berhenti pada posisi yang tegak lurus dengan rumah tempat tinggal mereka saat di dunia. Lalu masing-masing mereka berseru berkali-kali dengan suara pilu dan sedih, “Wahai istriku, wahai kerabatku, wahai anak-anakku. Wahai orang-orang yang menempati rumah kami, wahai …
(bersambung)