(lanjutan)
Tiada kebaikan hidup yang tidak akan pernah kekal
Renungilah, bila kemarin engkau telah memperoleh nikmat
dan engkau telah pula memurnakannya
bukankah engkau hanya serupa pemimpi?
Rasulullah saw. bersabda, “Barangsiapa mengeluhkan kesulitan hidupnya dia seakan-akan mengeluhkan Tuhannya. Barangsiapa bersedih untuk urusan-urusan dunia, berarti dia telah menjadi orang yang marah kepada Allah. Barangsiapa berendah diri kepada orang kaya karena kekayaannya, maka dua pertiga agamanya telah lenyap.” (HR. ath-Thabrani)
Rasulullah saw. bersabda, “Dunia sungguh terkutuk, demikian pula semua yang ada di dalamnya, kecuali yang diperuntukkan kepada Allah.” (HR Abū Na’im dan ath-Thabrani)
Bagi orang yang Allah kehendaki menjadi seorang wali, Dia akan membuatnya benci terhadap dunia, akan menolongnya melakukan berbagai amal shalih dan memudahkannya melakukan kebajikan. Seperti yang terjadi pada salah seorang di antara mereka. Suatu hari, dia pergi berburu di hutan. Tiba-tiba dia bertemu seorang pemuda yang mengendarai singa dan dikelilingi binatang buas. Ketika binatang buas itu melihatnya dengan cepat binatang itu menyerbu ke arahnya.
Lalu si pemuda segera menenangkan binatang buas itu dan berkata, “Kelalaian macam apa ini? Apakah engkau sibuk dengan hawa nafsumu lalu meninggalkan urusan akhiratmu. Apakah engkau sibuk dengan kesenangan hingga lupa mengabdi kepada Tuanmu. Dia memberimu dunia untuk kau gunakan sebagai penopangmu dalam pengabdian kepada-Nya. Tetapi engkau malah menjadikannya sebagai media untuk bersenang-senang hingga lupa Tuanmu.”
Kemudian muncul seorang perempuan tua membawa segelas air untuk si pemuda. Setelah minum, si pemuda itu menarik lelaki yang tadi berburu. Si pemburu bertanya kepada si pemuda tentang perempuan tua renta itu. Si pemuda menjawab, “Dia adalah dunia. Ia telah disuruh melayani aku. Apakah belum sampai kepadamu bahwa saat menciptakan dunia, Allah berfirman kepada dunia: “Siapa yang mengabdi kepada-Ku, maka layanilah dia. Dan ba- rangsiapa berkhidmat kepadamu, perbudaklah dia.”
Setelah peristiwa tersebut, si pemburu itu keluar dari dunia dan menempuh jalan spiritual hingga menjadi seorang wali abdal.
Tidakkah kau lihat bagaimana siang dan malam membuat kita usang.
Sementara kita terus bermain-main dalam sepi di keramaian.
Jangan sampai engkau merasa senang dengan dunia dan kenikmatannya.
Sebab negeri kita di dunia bukan negeri abadi.
Beramallah untuk dirimu sebelum datang kematian.
Banyak kawan dan saudara jangan sampai menipumu.
Di dalam satu riwayat atsar disebutkan, “Perumpamaan seorang mukmin di dunia seperti janin di perut ibunya. Saat keluar dari perut ibunya, dia menangis karena harus keluar dari dunia lamanya. Namun ketika sudah melihat terang cahaya, dia tidak ingin kembali ke perut ibunya.
Demikian pula halnya seorang mukmin, dia menderita teror maut. Namun ketika sampai kepada Tuhannya, dia tidak akan mau kembali ke dunia, seperti janin yang tidak akan mau kembali ke dalam perut ibunya.” Ini bagi mukmin yang berpaling dari dunia dan menyongsong akhirat.
Suatu ketika Ibrahim ibn Adham r.a. dimintai nasihat, “Berilah kami nasihat yang bermanfaat untuk kami.” dia menjawab, “Apabila kalian melihat orang-orang sibuk dengan urusan dunia, sibukkanlah diri kalian dengan urusan akhirat. Apabila mereka sibuk menghiasi lahiriah mereka, sibuklah kalian menghiasi batin kalian. Apabila mereka sibuk meramaikan kebun dan gedung, sibuklah kalian meramaikan kuburan. Apabila mereka sibuk dengan aib orang lain, maka sibuklah kalian dengan aib dirı kalian masing-masing. Apabila mereka sibuk mengabdi kepada makhluk, maka sibuklah kalian mengabdi kepada Sang Pencipta, Tuhan semua makhluk.”
Saudaraku, ketahuilah bahwa malam dan siang terus berlalu dan takkan kembali. Kesempatan beramal takkan terulang, si pencarinya demikian bergegas. Siang dan malam silih berganti demikian cepat merusak dirimu, menggerogoti usiamu dan menghabiskan tempo ajalmu, Janganlah engkau merasa tenang sebelum engkau tahu di mana tempat tinggalmu kelak, ke mana engkau kembali dan menetap. Lihatlah dirimu, tunaikanlah kewajiban yang telah engkau tinggalkan, laksanakanlah urusanmu yang mesti engkau penuhi di kekinianmu seakan-akan kiamat sudah terjadi.
Esok semua jiwa akan memenuhi apa yang diusahakannya
Si penanam kan menuai tanamannya
Apabila mereka telah berbuat baik, sungguh mereka telah berbuat baik untuk diri mereka sendiri
Dan jika mereka telah berbuat buruk, sungguh buruk apa yang mereka perbuat
Allah mempunyai rahmat dan kemurahan, meski kita tidak tahu
sungguh rahmat-Nya amat luas
ya Rabb, catatlah kami hari ini dalam golongan mereka
yang berpegang teguh kepada Alkitab dan mengambil manfaat darinya
Berilah kami kecukupan dan ampunan dari kejahatan kami
Anugerahilah kami keamanan, karena kami sungguh berendah diri pada-Mu
Saudaraku, selagi hidup, usahakanlah bekal yang akan kau dapati manfaatnya setelah engkau mati. Sebab jika orang sudah mati, terputuslah pahala amalnya, terputus pula angan-angannya, sementara penyesalannya menjadi nyata, lalu kesedihan dan kesusahannya berlarut-larut. Maka dahulukanlah amal shalih yang bermanfaat bagimu.
(bersambung)