Tanwir-al-Qulub | Bagian Kedua-Bab 9 : Ketercelaan Dunia dan Angan Angan (4/10)

Menerangi Qalbu
Manusia Bumi, Manusia Langit
Pengarang : Syaikh Muhammad Amin Al Kurdi An Naqsyabandiy
Penerbit : Pustaka Hidayah , Bandung

(lanjutan)

lalu mereka jadikan amal salih sebagai perahu untuk mengarunginya. Amal salih inilah perahu yang akan membawamu. Keinginan yang kuat padanya adalah lautanmu. Hari-hari adalah ombaknya. Tawakal adalah naungannya. Alqur’an adalah petanya. Menahan hawa nafsu adalah tali-temalinya. Mati adalah pantaiya. Kiamat adalah tanah niaga yang kau tuju, dan Allah adalah pemiliknya.

Sudah semestinya orang berakal menerima dengan rela hati bagian dunianya sekadar untuk menutupi kebutuhan. Jangan sibuk mengumpulkan dunia, tetapi sibuklah beramal untuk akhirat. Sebab akhirat adalah tempat menetap yang kekal, sedangkan dunia sungguh hina dan pasti berlalu. Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya Allah tidak menciptakan makhluk yang lebih dibenci-Nya daripada dunia. Dan sejak menciptakannya, Allah tidak lagi memandangnya.” (HR. Al- Hakim)

Rasulullah saw bersabda, “Seandainya dalam penilaian Allah dunia ini sebanding dengan sayap seekor nyamuk saja, tentu Dia tidak akan memberikan seteguk pun darinya kepada si kafir.” (HR. At-Tirmidz dan adh-Dhiya’)

Rasulullah saw bersabda kepada Ibnu Umar, “Jadilah engkau di dunia ini laksana orang asing atau pengembara. Hitunglah dirimu di antara orang-orang yang telah mati. Saat berada di pagi hari, jangan kau ajak dirimu bicara tentang sore hari. Bila dirimu berada di sore hari, jangan kau ajak dirimu bicara tentang pagi hari. Ambillah bekal dari masa sehatmu untuk masa sakitmu, dari masa mudamu untuk masa tuamu, dari keluanganmu untuk kesempitanmu, dan dari hidup-mu untuk matimu. Sebab engkau tidak tahu bagaimana keadaanmu esok hari?” (HR. At-Tirmidzi)

Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya orang yang beriman berada di antara dua hal yang mengkawatirkan, yakni di antara waktu yang telah berlalu dan tempo waktu yang masih tersisa yang tidak dia ketahui apa yang akan diperbuat Allah padanya (masa datang). Oleh karena itu, hamba seyogianya mengambil bekal dari dunianya untuk akhiratnya, dari masa mudanya untuk masa tuanya, dan dari hidupnya untuk matinya. Demi Dia Yang jiwa Muhammad berada dalam genggaman-Nya, setelah kematian tidak ada lagi orang yang menegur, dan setelah dunia ini tidak ada lagi rumah selain surga dan neraka.” Hadis ini diriwayatkan oleh al-Baihaqi di dalam as-Syu’ab.

Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa memasuki pagi hari dan dunia menjadi perhatian terbesarnya, maka tidak sesuatu pun akan didapatnya dari Allah. Selain itu, Allah akan membuat hatinya menderita empat hal: kegelisahan yang tiada terputus selamanya, kesibukan yang tiada henti, kefakiran yang tak berujung kaya dan cita-cita yang tidak akan pernah tercapai.” (HR. Ath-Thabrani)

Ada syair mengatakan:

Tinggalkan kerakusan akan dunia

jangan tamak dalam hidup ini

Jangan kau kumpulkan harta

sungguh engkau tidak tahu untuk siapa kau mengumpulkannya

Sebab rezeki itu sudah dibagi

Sementara berburuk sangka itu tidak bermanfaat

Setiap orang yang tamak tentu fakir

Dan semua orang yang qana’ah pasti kaya

Wahai orang yang sibuk dalam urusan dunianya

Panjang angan telah menipunya

Dan dia selalu dalam kelalaian

sampai ajal semakin mendekat kepadanya

kematian datang tiba-tiba

dan kuburan adalah peti amal

Bersabarlah menghadapi gonjang-ganjing dunia

Tidak datang kematian selain ajalnya telah purna

Suatu hari ada seorang lelaki berkata kepada ‘Ali ibn Abi Thalib, “Terangkanlah kepada kami ihwal dunia!” Imam Ali menjawab, “Apa yang perlu aku terangkan kepada kalian tentang rumah tempat si sehat tidak aman di dalamnya, tempat si sakit menyesal di dalamnya, tempat si fakir berduka dan orang yang merasa kaya tetap dicoba. Yang halalnya saja akan dihisab, sementara yang haramnya jelas menjadi siksa.” Usman r.a. berakata, “Gelisah dunia adalah gelap di hati. Gelisah akhirat adalah cahaya di hati.”

Umar r.a. berkata, “Kemuliaan dunia dengan harta benda. Sedang kemuliaan akhirat dengan amal shalih.”

Ada syair mengungkapkan:

Kulihat pencari dunia

meski usianya panjang

serta telah memperoleh kesenangan dan kenikmatan dunia

dia seperti orang yang mendirikan bangunan, yang setelah tegak berdiri bangunannya itu hancur

Ingatlah, dunia hanya serupa mimpi orang tidur

(bersambung)

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *