(lanjutan)
Rasulullah saw. bersabda, “Barangsiapa mencintai dunia, dia telah memudaratkan akhiratnya. Dan barangsiapa mencintai akhiratnya, dia telah membahayakan dunianya. Maka, kalian harus lebih mementingkan kehidupan yang akan kekal daripada kehidupan yang bakal sirna.“1
Maksudnya, dunia dan akhirat itu berlawanan. Keduanya bagaikan dua madu, apabila Anda lebih condong pada istri yang satu, maka yang lainnya akan cemburu. Dunia dan akhirat laksana dua neraca timbangan, bila yang satu lebih berat maka yang lainnya akan terangkat. Dunia dan akhirat seperti timur dan barat, bila yang satu mendekat yang lain akan menjauh. Dunia dan akhirat laksana dua ruang jam pasir, ruang yang satu akan terisi sebanyak pengurangan isi ruang yang satunya lagi.
Zaid ibn Tsabit ra. meriwayatkan bahwa Nabi saw. bersabda, “Barangsiapa niatnya akhirat, Allah akan menghimpunkan kekuatannya, menjadikan hatinya kaya, dan dunia akan mendatanginya dengan hina dina. Barangsiapa niatnya dunia, Allah akan mencerai beraikan urusannya dan menjadikan kefakiran di depan matanya, dan tidak ada dunia yang akan mendatanginya selain yang telah ditetapkan Allah untuknya.” (HR. Ibnu Majah dan at-Tirmidzi)
Jundab meriwayatkan bahwa suatu hari ‘Umar ra. masuk ke rumahNabi saw. Saat itu beliau sedang duduk di atas tikar yang selalu berbekas di punggung mulianya. Melihat kondisi beliau, ‘Umar menangis. Lalu Rasulullah saw bertanya, “Apa yang telah membuatmu menangis, wahai Umar?” “Umar menjawab, “Aku teringat Kisra dan Kaisar serta gemerlap dunia yang mereka miliki. Tetapi engkau, ya Rasulullah, di punggungmu bahkan mengecap tapak tikar.” Rasulullah saw. menjawab, “Mereka adalah orang-orang yang nikmatnya disegerakan di dunia ini. Sedangkan kita adalah orang-orang yang nikmatnya diakhirkan untuk akhirat kelak.” (HR. Al-Bukhari)
Sayyidina Ali r.a. berkata, “Aku mengkhawatirkan dua hal menimpa kalian, yaitu panjang angan-angan dan menuruti hawa nafsu. Sebab panjang angan-angan akan melalaikan kalian dari akhirat, sedangkan menuruti hawa nafsu akan menghalangi kalian dari kebenaran. Sungguh, dunia terus pergi dan berlalu, sedangkan akhirat datang menghadap. Masing-masing dari dunia dan akhirat memiliki anak-anak. Dan kalian, jadilah sebagai anak-anak akhirat. Jangan menjadi anak-anak (budak-budak) dunia Karena di hari ini (dunia) hanya ada kesempatan beramal, tiada hisab. Sedangkan esok di akhirat hanya ada hisab, tiada lagi kesempatan beramal.”
Di dalam syair disebutkan,
Sesungguhnya kehidupan dunia ini sekadar perhiasan
yang memilihnya hanya si bodoh bin tolol
yang telah berlalu tidak akan kembali, dan yang diangankan belum tentu ada
dan yang kau punya hanya kesempatanmu saat ini
Penyair lainnya berkata:
Waktu dan hari-hari terus berlalu menyisakan dosa untukku
utusan kematian datang menjemput saat hati lalai pada-Mu
Kesenanganmu di dunia adalah pendaya dan kesengsaraan
Dan hidupmu di dunia tak mungkin abadi
Ingatlah, segala sesuatu selain Allah adalah batil
dan semua kenikmatan yang tak bertempat pasti akan lenyap
Yang lain berkata,
Allah mempunyai hamba-hamba yang cerdas
Mereka mencerai dunia dan mewaspadai fitnahnya
Mereka menatap dunia, dan saat mereka tahu
dunia bukan tempat menetap
mereka memandangnya sebagai lautan
lalu mereka jadikan amal salih sebagai perahu untuk mengarunginya
(bersambung)