Tanwir-al-Qulub | Bagian Kedua-Bab 9 : Ketercelaan Dunia dan Angan Angan (2/11)

Menerangi Qalbu
Manusia Bumi, Manusia Langit
Pengarang : Syaikh Muhammad Amin Al Kurdi An Naqsyabandiy
Penerbit : Pustaka Hidayah , Bandung

(lanjutan)

Di dalam hadis qudsi disebutkan, “Betapa tak punya rasa malu orang demikian rakus menginginkan surga-Ku tanpa beramal salih. Bagaimana Aku akan berderma dengan rahmat-Ku kepada orang yang yang bakhil menaati-Ku?”

Ketahuilah bahwa di dalam syariat manapun cinta dunia merupakan hal tercela. Cinta dunia merupakan biang kejahatan dan sebab semua fitnah. Para arif berkata, “Cinta dunia adalah biang setiap kesalahan.” Apabila cinta dunia telah merasuki hati hamba, ia akan merusak dan menjadikan hati laksana tanah gersang yang tak menumbuhkan sedikitpun kebaikan.

Bila cinta dunia merupakan biang setiap kesalahan, maka benci dunia merupakan pokok pangkal ketaatan dan kebaikan. Karena itu jangan sampai urusan dunia membuat engkau jauh dari Allah. Barang siapa kepentingan dunianya hanya sesuatu yang bisa mencukupinya, maka yang sedikit sudah bisa mencukupinya. Sedangkan orang yang mencari kekayaan dari dunia ini, sungguh tidak ada sesuatu pun darinya yang bisa membuat dia kaya.

Seorang hamba hendaklah bersikap zuhud dalam dunia dengan tidak merasa gembira mendapati harta yang ada di tangannya dan tidak merasa sedih dengan harta yang luput darinya. Jangan sampai kesibukan mencari dunia dan bersenang-senang dengannya membuat dia lupa mengerjakan amal (ibadah) yang lebih baik baginya menurut Al- lah Ta’ala. Hamba juga mesti membersihkan hatinya dari cinta kehormatan, sehingga baginya pujian dan celaan tiada beda, demikian pula penerimaan dan penolakan orang-orang terhadap dirinya.

Cinta kehormatan dan jabatan lebih berbahaya daripada cinta harta benda, meskipun keduanya merupakan penanda cinta dunia. Dunia adalah musuh manusia. Karena itu Allah tidak lagi memandang dunia sejak Dia menciptakannya.

Dunia menampakkan diri di mata para wali Allah dengan berbagai perhiasan dan gemerlapnya, sehingga para wali mesti rela menelan pahitnya kesabaran dalam memutuskan hubungan diri mereka darinya. Setiap hal yang menyibukkanmu hingga lalai dari Allah Ta’ala, itulah dunia. Sedangkan segala sesuatu yang membantumu menghadap kepada Allah itulah akhirat. Allah Ta’ala telah menerangkan hakikat dunia dengan firman-Nya, “Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-bangga tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani, kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.”1

Juwaibir meriwayatkan dari Adh-Dhahak, “Ketika Allah menurunkan Adam dan Hawa ke alam dunia, keduanya mendapati aroma dunia dan kehilangan aroma surga hingga pingsan selama empat puluh hari. Keduanya pingsan selama itu karena demikian busuknya bau dunia.” Maka alangkah anehnya orang yang meyakini dan menginginkan rumah keabadian malah mengusahakan dunia yang menipu.

(bersambung)

Catatan:

  1. al-Hadid [57]: 20.

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *