Tanwir-al-Qulub | Bagian Kedua-Bab 9 : Ketercelaan Dunia dan Angan Angan (10/10)

Menerangi Qalbu
Manusia Bumi, Manusia Langit
Pengarang : Syaikh Muhammad Amin Al Kurdi An Naqsyabandiy
Penerbit : Pustaka Hidayah , Bandung

(bersambung)

.., wahai yang memakai pakaian kami dan telah membagi-bagi harta kami, adakah di antara kalian yang mengingat kami dan memikirkan kami yang sekarang dalam keterasingan? Saat ini kami berada di penjara untuk waktu yang amat lama, di balik dinding yang amat kokoh. Kasihanilah kami, semoga Allah mengasihi kalian. Janganlah kalian pelit terhadap kami sebelum kalian menjadi seperti kami. Wahai hamba-hamba Allah, sesungguhnya anugerah yang sekarang ada di tangan kalian, dahulu berada di tangan kami, tetapi kami tidak menafkahkannya di jalan Allah. Hisab dan perhitungannya menjadi tanggung jawab kami, sementara manfaatnya tidak bagi kami. Jika engkau tidak memberi sesuatu pun kepada mereka, mereka akan kembali dengan kerugian dan nasib buruk. Malik ibn Dinar r.a. berkata,

“Suatu hari aku mendatangi pekuburan, untuk melihat orang-orang yang telah mati dan mengambil pelajaran darinya. Di pekuburan itu aku merenung, tetapi aku tercegah, sehingga akhirnya aku bersenandung:

Kudatangi kubur-kubur, kupanggil-panggil

Di manakah kau yang dulu dihormati dan berbangga diri

Di manakah kau yang dulu sombong dengan kekuasaan

Di manakah kau yang dulu gagah perkasa menguasai negeri

Di mana pula kau yang dulu bila diseru segera memenuhi panggilan

Di mana kalian yang bersuci diri saat hadir

Tiba-tiba ada suara menjawabku:

Semuanya telah punah, tak ada yang bisa memberi kabar

Mereka semua telah mati, inilah kabar :

Pagi dan petang cacing dan ulat bergiliran makan

Memupus keindahan rupa mereka

Mereka telah bersandang amal di dunia

Bisa jadi mendapat nikmat, bisa pula mendapat sengsara

Mereka menuju Maharaja Yang Mahakuasa lagi Mahaagung

Yang mesti ditaati bila Dia memerintah

Wahai orang yang bertanya kepadaku tentang mereka yang telah pergi

Tiadakah pelajaran bagimu dari mereka yang telah mati?

Malik berkata, “Sejenak aku tercenung. Lalu tiba-tiba aku melihat Bahlul al-Majnun tengah duduk di antara kuburan. Dia tampak memandang ke arah langit seraya berdoa penuh ketundukan. Sesaat kemudian dia menundukkan pandang ke bumi dan tampak merenung. Lalu dia menengok ke arah kanan, lalu tertawa. Kemudian menengok ke arah kiri, kemudian menangis. Aku berucap kepadanya, ‘Assalamu ‘alaika, ya Bahlul.’ Dia menjawab, ‘Wa ‘alaikassalām, wahai Mälik ibn Dinar.

Aku berkata, ‘Kulihat engkau duduk-duduk di antara pekuburan. Dia menjawab, ‘Aku duduk-duduk di antara mereka yang tidak akan menyakitiku, dan mereka tidak akan menggunjingiku saat aku pergi. Aku berkata lagi, ‘Aku melihat engkau menengadah ke langit sambil memohon penuh ketundukan, sesaat kemudian kulihat engkau mengarahkan pandangan ke bumi dan merenung. Kulihat pula engkau menengok ke arah kanan lalu kau tertawa, dan kemudian menengok ke arah kiri lalu menangis?’

Dia menjawab, “Wahai Malik, bila aku memandang ke arah langit, aku teringat firman Allah Ta’ala, (Dan di langit terdapat (sebab-sebab) rezkimu dan terdapat (pula) apa yang dijanjikan kepadamu)1, dan sudah semestinya orang yang mendengar ayat ini berdoa memohon sepenuh hati.

Apabila memandang ke bumi, aku teringat firman Allah Ta’ala, (Dari bumi [tanah] itulah Kami menjadikan kamu dan kepadanya Kami akan mengembalikan kamu dan daripadanya Kami akan mengeluarkan kamu pada kali yang lain)2, dan sudah semestinya orang yang mendengar ayat ini merenung. Apabila aku menengok ke arah kanan, aku teringat firman Allah Ta’ala, (Dan golongan kanan, alangkah bahagianya golongan kanan itu)3. Sudah selayaknya orang yang mendengar ayat ini tersenyum.

Jika aku memandang ke arah kiri, aku teringat firman Allah Ta’ala, (Dan golongan kiri, siapakah golongan kiri itu. Dalam (siksaan) angin yang amat panas dan air panas yang mendidih, dan dalam naungan asap yang hitam)4. Sudah sepantasnya orang yang mendengar ayat ini menangis. Kita memohon kepada Allah agar kita dijadikan bagian dari golongan kanan.

Catatan:

  1. QS. adz-Dzariyāt [51]: 22
  2. QS . Thaha [20]: 55
  3. QS al-Waqi’ah [56]: 27
  4. QS. al-Waqi’ah [56]: 41-43

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *