(lanjutan)
Maka segeralah bertobat sebelum menginjak tempat yang amat menakutkan. Oh, betapa tempat itu sungguh sempit, tak ada kelapangan, pasti berbahaya, jalannya sungguh pekat, tempat-tempat membinasakannya demikian samar, huniannya kekal, deritanya abadi, teriknya di purnakan, jeritannya amat tinggi menyayat, minuman penghuninya timah panas, dan siksanya sungguh lestari. Zabaniyyah melebur jasad timah mereka, lalu Hawiyah menghimpun mereka. Di dalamnya mereka melolong, menjerit-jerit meneriakkan kesengsaraan. Jilatan api terus menyambar-nyambar, membakar mereka. Di sana mereka berangan-angan lalu menjadi lenyap dan tak lagi ada, tetapi sungguh mereka tak akan pernah lepas dari siksa. Kedua kaki mereka diikat hingga ke ubun-ubun, wajah mereka menghitam oleh kehinaaan maksiat. Mereka memanggil. manggil dari lorong-lorong dan labirinnya karena siksa tak henti men dera, “Wahai Malik, ancaman itu sungguh nyata telah menimpa kami. Wahai Malik, api sudah dinyalakan untuk kami. Wahai Malik, nanah sudah mengalir dari kami. Wahai Malik, besi belenggu telah memberati kami. Wahai Malik, kulit tubuh kami telah terkelupas. Wahai Malik, keluarkanlah kami darinya, kami sungguh tidak akan kembali (berbuat dosa)!” Namun setelah sekian lama, Malik hanya menjawab, “Tidak mungkin. Sudah terlambat. Tidak ada yang keluar dari tempat kesengsaraan ini. Tetap di sana, rasakanlah murka Dia!”
Ya Rabb, anugerahuilah aku tobat hingga aku bertobat
dan ampunilah aku, sungguh dosa-dosa telah menyusahkan aku
Matikanlah diriku dalam pelukan agama Muhammad
Hidupkanlah hatiku di hari hati-hati menjadi hidup
Wahai Sang Penawar penyakit, sembuhkanlah sakitku
Ya Ilahi, aku sungguh bermohon kepada-Mu
Obatilah hatiku dari penyakit yang telah menutupinya
sungguh, para tabib telah kebingungan dengan penyakitku
Wahai Sang Pengobat hamba, anugerahilah aku kedekatan
tak mungkin aku kecewa saat aku mengharap Engkau
hentikanlah ketergelinciranku dan bendermalah kepadaku dengan kedekatan
sungguh penyakitku akan sembuh dengan kedekatan dari-Mu
betapa rusak malam saat aku bermaksiat kepada-Mu
ia telah berlalu menyisakan dosa untukku
Apalah muslihatku, aku sungguh telah bermaksiat kepada-Mu karena bodoh
bagaimana aku tidak malu, padahal Engkau sungguh senantiasa mengawasi
Allah mewahyukan kepada Nabi Dawud, “Wahai Dawud, rintih sedih dan sesal para pendosa lebih Aku sukai daripada jeritan para abid (ahli ibadah),”
Allah Ta’ala berfirman di dalam salah satu kitab-Nya, “Demi kemuliaan dan keagungan-Ku, tidaklah seorang hamba menangis karena takut kepadaKu melainkan akan Kugantikan tangisannya dengan tawa di dalam cahaya kudus-Ku. Katakanlah kepada orang-orang yang menangis karena takut kepada Ku, ‘Bergembiralah kalian. Sebab kalian adalah orang pertama yang didatangi saat rahmat-Ku turun. Katakanlah kepada hamba-hamba-Ku yang berbuat dosa agar mereka duduk ber sama orang-orang yang menangis karena takut kepada Ku, semoga Aku melimpahi mereka dengan rahmat Ku saat Aku merahmati yang menangis karena takut kepada-Ku,”
Rasulullah saw bersabda, “Tidak ada sesuatu yang lebih disukai Allah daripada dua tetesan, yakni tetesan air mata karena takut kepada Allah dan tetesan darah yang mengalir di jalan Allah.” (HR. At-Tirmidzi dan adh-Dhiya’)
(bersambung)