Tanwir-al-Qulub | Bagian Kedua-Bab 6 : Wali dan Karamah-Penghuni Kubur (2/2)

Menerangi Qalbu
Manusia Bumi, Manusia Langit
Pengarang : Syaikh Muhammad Amin Al Kurdi An Naqsyabandiy
Penerbit : Pustaka Hidayah , Bandung

(lanjutan)

Adapun tentang kenyataan bahwa mayit dapat merasakan kesakitan dari orang yang masih hidup di dunia, Rasulullah saw. telah bersabda,

Sesungguhnya si mayit dapat tersakiti di dalam kuburnya oleh kesakitan di rumahnya (saat masih di dunia).” (HR. Ad-Dailami)

Lebih dari itu, ada orang-orang yang sudah mati yang-dengan kuasa Allah Ta’ala-bisa berbuat dan punya akses kepada orang-orang yang masih hidup di dunia. Rasulullah saw. bersabda setelah Ja’far wafat terbunuh, “Aku tahu, Ja’far sedang bercengkerama dengan para malaikat yang sedang menggembirakan penduduk Bisyah1 dengan hujan.” (HR. Ibnu Adi)

Nikmat dan siksa kubur sungguh nyata adanya. Berdasarkan banyak hadis Nabi saw. yang diriwayatkan secara mutawatir. Ahlus-sunnah wal jama’ah sepakat, bahwa nikmat dan siksa kubur itu dialami ruh dan jasad. Karena laku maksiat dan tindak ketaatan dilakukan oleh ruh dan jasad. Mereka juga sepakat bahwa kenyataan ini merupakan bagian dari akidah yang harus diimani. Tentang nikmat yang dialami para nabi di dalam kubur telah kami jelaskan. Mereka hidup di kubur mereka dengan senang dan melakukan shalat. Di dalam hadits-hadits shahih juga disebutkan bahwa mereka juga berhaji. Allah telah memuliakan sebagian penghuni barzakh dengan kesenangan shalat dan berhaji, meskipun shalat dan hajinya itu tidak menghasilkan pahala bagi mereka karena keterputusan pahala amal dengan kematian. Namun Allah melestarikan amal itu bagi mereka agar mereka bersenang-senang dengan zikrullah dan menaatinya sebagaimana para malaikat dan ahli kebaikan bersenang senang dengannya di dalam surga. Karena bagi mereka zikir dan amal ketaatan lebih nikmat dari semua kenikmatan duniawi bagi ahli dunia.

Adapun tentang hadis Nabi saw., “Jika anak adam mati, maka terputuslah amalnya, kecuali…(dst)“, maksudnya adalah keterputusan pahala amal, bukan keterputusan amal. Ini jelas sebagaimana tampak bagi orang yang benar-benar mendalami hadis dan tidak dikuasai hawa nafsu. Semoga Allah melindungi kita dengan anugerah-Nya.

Tentang siksa kubur bagi sebagian penghuninya, Allah Ta’ala telah mengabarkan dalam di firman-Nya tentang keluarga Fir’aun. “Kepada mereka dinampakkan meraka pada pagi dan petang.2

Rasulullah saw bersabda, “Jika kalian tidak saling bergegas pergi usai pemakaman tentu aku akan memohon kepada Allah agar Dia memperdengarkan (kalian-ed.) siksa kubur sebagaimana yang aku dengar” (HR. Muslim)

Amal-amal orang yang masih hidup akan diperlihatkan kepada orang yang telah mati. Tentang hal ini Rasulullah saw bersabda, “Amal-amal kalian akan diperlihatkan kepada orang yang telah mati. Jika mereka melihat amal kalian baik, mereka merasa senang. Jika mereka melihat amal kalian itu buruk, mereka berdoa, Ya Allah, kembalikanlah mereka (kepada amal baik).” (HR. Ibnu al-Mubarak)

Selain melihat amal orang-orang yang masih hidup, mayit juga melihat keadaan-keadaan lain mereka di dunia. Rasulullah saw bersabda. “Sesungguhnya mayit mengetahui orang yang membawanya, yang memandikannya dan orang yang meletakkannya ke dalam kubur.” Hadits ini diriwayatkan oleh al-Imam Ahmad di dalam Musnad-nya.

Catatan:

  1. Bisyah adalah nama suatu desa di negeri Yaman
  2. Q.S. Al-Mukmin [40]: 46

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *