(lanjutan)
Begitu juga kisah Ashif sang menteri sekretaris Nabi Sulaiman dalam pemindahan singgasana Ratu Balqis. Kisahnya, ketika para utusan Ratu Balqis kembali dari Nabi Sulaiman, Balqis berkata, “Aku benar-benar tahu. Demi Allah, dia bukan hanya seorang raja. Kita tidak memiliki kekuatan untuk mengalahkannya.” Lalu Ratu Balqis mengutus kembali beberapa utusan kepada Nabi Sulaiman. Para utusan itu ditugaskan untuk menyampaikan pesan bahwa Ratu Balqis akan datang kepadanya dan bersedia menjadikan Nabi Sulaiman sebagai raja bagi kaumnya jika Ratu Balqis melihat sendiri bagaimana hebatnya kerajaan Nabi Sulaiman dan agama yang didakwahkannya.
Pada waktu yang dijanjikan tiba, sebelum meninggalkan istananya Ratu Balqis meminta agar singgasananya ditempatkan di ruangan dengan pintu tujuh lapis dalam ruang sedangkan istananya berada di dalam tujuh istana. Lalu pintu-pintunya dikunci, dan setiap pintu dijaga beberapa orang penjaga. Ratu Balqis berkata kepada orang yang ditugaskan untuk menjaga istananya, “Jagalah apa yang aku percayakan kepadamu, yakni singgasana kerajaanku. Jangan biarkan seorang pun memasukinya sebelum aku datang,” Kemudian Ratu Balqis menyuruh juru panggil untuk memanggil keluarga kerajaan yang akan ikut bersamanya. Dia mempersiapkan perjalanan yang disertai dua belas ribu hamba sahaya Yaman. Dan setiap hamba sahaya dibantu banyak teman karibnya.
Nabi Sulaiman adalah seorang yang amat berwibawa. Sebelum dia memulai bicara, tidak ada seorang pun yang berani bicara di hadapannya. Pada suatu hari, dia duduk di singgasana kerajaannya. Saat itu dia melihat kepulan debu tebal mendekat ke arahnya. Lalu dia bertanya, “Apa itu?” Salah seorang pengawalnya menjawab, “Ratu Balqis dan rombongannya. Dia mungkin telah mendekati kita, sekitar satu farsakh.” Saat itulah Nabi Sulaiman memanggil para pembesar kerajaan, lalu berkata, “Hai pembesar-pembesar, siapakah di antara kamu sekalian yang sanggup membawa singgasananya kepadaku sebelum mereka datang kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri (islam)1.” Tujuan pemindahan singgasana Ratu Balqis seperti yang dikehendaki Nabi Sulaiman itu untuk memperlihatkan beberapa keajaiban yang dikhususkan Allah kepadanya guna membuktikan bahwa ia adalah seorang nabi.
Menanggapi pertanyaan Nabi Sulaiman, Ifrit vang cerdik dari golongan jin berkata, “Aku akan datang kepadamu membausa singgasana itu sebelum kamu berdiri dari tempat dudukmu, sesungguhnya aku benar-benar kuat untuk membawanya lagi dapat dipercaya.2” Ifrit mengaku kuat untuk membawa singgasana itu dalam keadaan utuh dan dapat dipercaya untuk menjaga intan berlian yang ada padanya. Tetapi Nabi Sulaiman berkata, “Aku ingin yang lebih cepat dari itu.”
Kemudian berkatalah orang yang mempunyai ilmu dari Alkitab, yakni Ashif bin Barkhiyà3, “Aku akan membawa singgasana itu sebelum matamu berkedip.4” Lalu dia berkata kepada Sulaiman, “Bukalah kedua mata tuan sampai berkedip.” Nabi Sulaiman membuka lebar kedua mata nya memandang ke arah Yaman. Kemudian Ashif berdoa hingga Allah Ta’ala mengutus para malaikat untuk membawa singgasana Balqis dari bawah tanah sampai tanahnya terbelah. Dengan kuasa Allah, dalam sekejap Ashif menghadirkan singgasana Balqis di hadapan Sulaiman. Padahal jarak dari kerajaan Balqis sampai ke tempat Nabi Sulaiman berada sejarak dua bulan perjalanan.
Ketika Sulaiman melihat singgasana itu tiba-tiba sudah berada di hadapannya, dia berkata sebagai ungkapan syukur kepada Tuhannya Yang telah memberi dia sesuatu yang luar biasa, “Ini termasuk karunia Tuhanku.5”
(bersambung)