مَتَى كُنْتَ إِذَا أُعْطِيْتَ بَسَطَكَ الْعَطَاءُ وَ إِذَا مُنِعْتَ قَبَضَكَ الْمَنْعُ فَاسْتَدِلَّ بِذلِكَ عَلَى ثُبُوْتِ طُفُوْلِيَّتِكَ وَ عَدَمِ صِدْقِكَ فِيْ عُبُوْدِيَّتِكَ.
“Apabila diberi sesuatu engkau gembira, dan saat ditolak engkau kecewa, maka simpulkanlah bahwa yang demikian itu adalah bukti dari kekanak-kanakanmu. Dan ketidaktulusan penghambaanmu.”
Syaikh Ibnu ‘Athā’illāh berkata:
مَتَى كُنْتَ إِذَا أُعْطِيْتَ بَسَطَكَ الْعَطَاءُ وَ إِذَا مُنِعْتَ قَبَضَكَ الْمَنْعُ فَاسْتَدِلَّ بِذلِكَ عَلَى ثُبُوْتِ طُفُوْلِيَّتِكَ.
“Apabila diberi sesuatu engkau gembira, dan saat ditolak engkau kecewa, maka simpulkanlah bahwa yang demikian itu adalah bukti dari kekanak-kanakanmu.”
Apabila diberi kesehatan dan rezeki yang luas engkau berbahagia atas anugerah tersebut, dan apabila Allah memberimu sakit dan miskin, engkau bersedih. Maka yang demikian membuktikan bahwa engkau masih berlaku kekanak-kanakan.
وَ عَدَمِ صِدْقِكَ فِيْ عُبُوْدِيَّتِكَ.
“Dan ketidaktulusan penghambaanmu.”
Dan menunjukkan bahwa ‘amal ‘ibādah yang kau lakukan masih belum benar.