سُبْحَانَ مَنْ سَتَرَ سِرَّ الْخُصُوْصِيَّةِ بِظُهُوْرِ الْبَشَرِيَّةِ وَ ظَهَرَ بِعَظَمَةِ الرُّبُوْبِيَّةِ فِيْ إِظْهَارِ الْعُبُوْدِيَّةِ.
“Maha Suci Dzāt yang telah menutupi rahasia-rahasia keistimewaan orang wali (‘ārif) dengan tampaknya sifat-sifat yang umum pada manusia. Dan Dia tampak terang dengan keagungan ke-Tuhan-an-Nya ketika memperlihatkan penghambaan makhlūq-Nya.”
Syaikh Ibnu ‘Athā’illāh berkata:
سُبْحَانَ مَنْ سَتَرَ سِرَّ الْخُصُوْصِيَّةِ بِظُهُوْرِ الْبَشَرِيَّةِ.
“Maha Suci Dzāt yang telah menutupi rahasia-rahasia keistimewaan orang wali (‘ārif) dengan tampaknya sifat-sifat yang umum pada manusia.”
Maha Suci Dzāt yang telah menutupi ‘ilmu para wali-Nya dengan menampakkan sifat-sifat umum manusia.
Para wali Allah itu disamarkan atau disembunyikan kewaliannya, sehingga tidak ada yang bisa mengetahuinya kecuali Allah memberitahukan kepadanya. Karena para wali Allah berada pada kondisi yang paling hina, sehingga tidak ada yang bisa mengetahuinya kecuali dari kalangannya sendiri.
وَ ظَهَرَ بِعَظَمَةِ الرُّبُوْبِيَّةِ فِيْ إِظْهَارِ الْعُبُوْدِيَّةِ.
“Dan Dia tampak terang dengan keagungan ke-Tuhan-an-Nya ketika memperlihatkan penghambaan makhlūq-Nya.”
Dan ‘ilmu para wali menjadi jelas sebab agungnya sifat rubūbiyyah-Nya ketika menampakkan sifat-sifat kehambaan makhlūq-Nya.