كَفَى الْعَامِلِيْنَ جَزَاءً مَا هُوَ فَاتِحُهُ عَلَى قُلُوْبِهِمْ فِيْ طَاعَتِهِ وَ مَا هُوَ مُوْرِدُهُ عَلَيْهِمْ مِنْ وُجُوْدِ مُؤَانَسَتِهِ.
“Cukuplah sebagai balasan bagi orang-orang yang ber‘amal sesuatu yang Allah bukakan pada hati mereka saat melaksanakan ketaatan. Dan keni‘matan ‘ibādah yang Allah limpahkan kepada mereka.”
Syaikh Ibnu ‘Athā’illāh berkata:
كَفَى الْعَامِلِيْنَ جَزَاءً مَا هُوَ فَاتِحُهُ عَلَى قُلُوْبِهِمْ فِيْ طَاعَتِهِ.
“Cukuplah sebagai balasan bagi orang-orang yang ber‘amal sesuatu yang Allah bukakan pada hati mereka saat melaksanakan ketaatan.”
Cukuplah menjadi balasan yang Allah berikan kepada hamba-Nya yang berbuat ‘amal, dengan balasan berupa perasaan bahagia, senang, dan manis. Allah membukakan perasaan bahagia itu atas hamba-Nya yang berbuat ‘amal, ketika mereka berbuat ketaatan.
Sebagian orang yang ‘ārif berkata: “tidak ada masa di dunia ini yang menyerupai keni‘matan penghuni surga, kecuali sesuatu yang telah didapatkan oleh orang-orang yang mencintai Allah di hati mereka saat malam tiba dan menemukan manisnya ketaatan, kebahagiaan bermunajat kepada-Nya. Inilah yang disebut Aḥwāl menurut orang-orang yang ahli tharīqat.”
وَ مَا هُوَ مُوْرِدُهُ عَلَيْهِمْ مِنْ وُجُوْدِ مُؤَانَسَتِهِ.
“Dan keni‘matan ‘ibādah yang Allah limpahkan kepada mereka.”
Dan cukuplah balasan yang Allah berikan kepada hamba-Nya yang ahli berbuat ‘amal, akan imbalan kebahagiaan atau ketenangan hati mereka semua, yang mana Allah sudah melimpahkan kebahagiaan kepada mereka semua.