إِنَّمَا جَعَلَ الدَّارَ الْآخِرَةَ مَحَلًّا لِجَزَاءِ عِبَادِهِ الْمُؤْمِنِيْنَ لِأَنَّ هذِهِ الدَّارَ لَا تَسَعَ مَا يُرِيْدُ أَنْ يُعْطِيَهُمْ.
“Dia menjadikan negeri akhirat sebagai tempat memberi balasan kepada para hamba-Nya yang beriman, karena negeri (dunia) ini tidak bisa menampung apa yang hendak Dia berikan kepada mereka.”
Syaikh Ibnu ‘Athā’illāh berkata:
إِنَّمَا جَعَلَ الدَّارَ الْآخِرَةَ مَحَلًّا لِجَزَاءِ عِبَادِهِ الْمُؤْمِنِيْنَ لِأَنَّ هذِهِ الدَّارَ لَا تَسَعَ مَا يُرِيْدُ أَنْ يُعْطِيَهُمْ.
“Dia menjadikan negeri akhirat sebagai tempat memberi balasan kepada para hamba-Nya yang beriman, karena negeri (dunia) ini tidak bisa menampung apa yang hendak Dia berikan kepada mereka.”
Allah tidak menciptakan akhirat kecuali untuk memberi balasan hamba-Nya yang mu’min. Hal ini karena hamparan dunia sudah tidak bisa menampung apa yang hendak Dia berikan kepada mereka. Sebab, hamparan dunia ini sangat sempit, Allah memberikan hamparan surga bagi seorang mu’min yang awam seluas perjalanan tujuh puluh tahun, maka begitu pula bagi orang yang khawāsh. Sesungguhnya tempat cambuknya ahli surga itu lebih baik dari pada dunia seisinya. Cahaya para bidadari lebih berkilau daripada cahaya matahari.