لَا تُفَرِّحْكَ الطَّاعَةُ لِأَنَّهَا بَرَزَتْ مِنْكَ وَ افْرَحْ بِهَا لِأَنَّهَا بَرَزَتْ مِنَ اللهِ إِلَيْكَ.
“Janganlah engkau digembirakan dengan taat lantaran engkau mampu melaksanakannya. Namun bergembiralah dengannya lantaran ia bisa dilakukan karena karunia Allah kepadamu.”
Syaikh Ibnu ‘Athā’illāh berkata:
لَا تُفَرِّحْكَ الطَّاعَةُ لِأَنَّهَا بَرَزَتْ مِنْكَ
“Janganlah engkau digembirakan dengan taat lantaran engkau mampu melaksanakannya.”
Janganlah engkau berbahagia sebab adanya ketaatan yang kau laksanakan dengan ikhtiyār dan kekuatanmu sendiri.
وَ افْرَحْ بِهَا لِأَنَّهَا بَرَزَتْ مِنَ اللهِ إِلَيْكَ.
“Namun bergembiralah dengannya lantaran ia bisa dilakukan karena karunia Allah kepadamu.”
Akan tetapi berbahagialah dengan ketaatan, sebab adanya taat tersebut karena pertolongan yang Allah berikan kepadamu.
Jangan merasa, ketaatan yang kau lakukan itu karena kekuatan dirimu, namun merasalah bahwa itu karena anugerah yang Allah berikan kepadamu. Berbahagialah lantaran anugerah itu, maka bahagia yang terpuji menurut syara‘. Hal ini berdasarkan firman Allah:
قُلْ بِفَضْلِ اللهِ وَ بِرَحْمَتِهِ وَ بِذلِكَ فَلْيَفْرَحُوْا هُوَ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُوْنَ.
“Katakanlah: Berkat karunia dan rahmat Allah itulah hendaknya mereka bergembira. Ia lebih baik daripda apa yang mereka kumpulkan.” (Yūnus [10]: 58).
Wahai Muḥammad, katakan kepada umatmu: “dengan atau lantaran fadhal Allah dan lantaran rahmat Allah, hendaklah berbahagia kalian semua karena dua perkara tadi.
Berbahagia dengan anugerah dan rahmat Allah itu lebih baik daripada berbahagia dengan harta kekayaan dunia yang kalian kumpulkan.