النُّوْرُ جُنْدُ الْقَلْبِ كَمَا أَنَّ الظُّلْمَةَ جُنْدُ النَّفْسِ فَإِذَا أَرَادَ اللهُ أَنْ يَنْصُرَ عَبْدَهُ أَمَدَّهُ بِجُنُوْدِ الْأَنْوَارِ وَ قَطَعَ عَنْهُ مَدَدَ الظُّلَمِ وَ الْأَغْيَارِ.
“Cahaya adalah prajurit qalbu, sebagaimana kegelapan prajurit nafsu. Apabila Allah hendak menolong hamba-Nya, maka Dia membantunya dengan prajurit cahaya serta memutus bantuan kegelapan dan makhlūq darinya.”
Syaikh Ibnu ‘Athā’illāh berkata:
النُّوْرُ جُنْدُ الْقَلْبِ كَمَا أَنَّ الظُّلْمَةَ جُنْدُ النَّفْسِ
“Cahaya adalah prajurit qalbu, sebagaimana kegelapan prajurit nafsu.”
Cahaya tauḥīd dan cahaya yakin bagaikan prajurit qalbu, sebagaiman kegelapan syirik dan ragu-ragu bagaikan prajurit nafsu ammārah.
فَإِذَا أَرَادَ اللهُ أَنْ يَنْصُرَ عَبْدَهُ أَمَدَّهُ بِجُنُوْدِ الْأَنْوَارِ وَ قَطَعَ عَنْهُ مَدَدَ الظُّلَمِ وَ الْأَغْيَارِ.
“Apabila Allah hendak menolong hamba-Nya, maka Dia membantunya dengan prajurit cahaya serta memutus bantuan kegelapan dan makhlūq darinya.”
Ketika Allah berkehendak menolong hamba-Nya, Allah akan menolongnya dengan bantuan prajurit hati ya‘ni nūr tauḥīd. Dan Allah memutuskan prajurit nafsu ya‘ni kegelapan syirik dan kegelapan makhlūq dari dalam hatinya.
Sesungguhnya, nūr tauḥīd dan iman dengan kegelapan syirik, keduanya saling bermusuhan, ketika Allah berkehendak menolong hamba-Nya, Allah akan menghilangkan kegelapan dan memberikannya nūr īmān. Misal, ketika hati condong berbuat kebajikan seperti puasa dan shalat, sementara nafsu ammārah condong meninggalkan ‘amal tersebut, hati dan nafsu berperang, bala tentara nūr īmān yang dari Allah membantu hatimu, dan bala tentara nafsu ya‘ni kegelapan syirik akan membantu nafsumu. Ketika pertempuran ini terjadi pada dirimu maka tidak ada jalan keluarnya kecuali berserah diri kepada-Nya dan mengembalikan kepada-Nya.