Syarah Hikmah Ke-44 – Syarah al-Hikam – KH. Sholeh Darat

شَرْحَ
AL-HIKAM
Oleh: KH. SHOLEH DARAT
Maha Guru Para Ulama Besar Nusantara
(1820-1903 M.)

Penerjemah: Miftahul Ulum, Agustin Mufarohah
Penerbit: Penerbit Sahifa

Syarah al-Hikam

KH. Sholeh Darat
[Ditulis tahun 1868]

SYARAH HIKMAH KE-44

 

مِنْ عَلَامَاتِ مَوْتِ الْقَلْبِ عَدَمُ الْحُزْنِ عَلَى مَا فَاتَكَ مِنَ الْمُوَافِقَاتِ. وَ تَرْكُ النَّدَمِ عَلَى مَا فَعَلْتَهُ مِنْ وُجُوْدِ الزَّلَّاتِ.

Di antara tanda matinya qalbu adalah tidak bersedih atas ketaatan yang terlewat. Dan tidak menyesal atas dosa yang diperbuat.

 

Syaikh Ibnu ‘Athā’illāh berkata:

مِنْ عَلَامَاتِ مَوْتِ الْقَلْبِ عَدَمُ الْحُزْنِ عَلَى مَا فَاتَكَ مِنَ الْمُوَافِقَاتِ.

Di antara tanda matinya qalbu adalah tidak bersedih atas ketaatan yang terlewat.

Sebagian dari tanda matinya hati seorang murīd adalah tidak bersedih atas terlewatnya ketaatan (‘ibādah) darinya.

 

وَ تَرْكُ النَّدَمِ عَلَى مَا فَعَلْتَهُ مِنْ وُجُوْدِ الزَّلَّاتِ.

Dan tidak menyesal atas dosa yang diperbuat.

Dan tanda matinya hati seorang murīd adalah tidak menyesali hal-hal maksiat yang telah dilakukan.

Adapun tanda hidupnya hati seorang murīd sebab adanya cahaya ilāhiyyah, adalah merasa bersedih hati atas beberapa ketaatan yang sudah dilewatkan dan menyesali perbuatan maksiat yang telah diperbuat. Kebahagiaanmu atas buah ketaatan (‘ibādah) yang diberikan Allah kepadamu dan bersedih jika tersibukkan oleh maksiat itu menunjukkan hidupnya hatimu. Engkau menjadi orang yang cinta kepada Allah, maka bergegaslah menuju kepada-Nya, jangan berhenti!

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *