Syarah Hikmah Ke-43 – Syarah al-Hikam – KH. Sholeh Darat

شَرْحَ
AL-HIKAM
Oleh: KH. SHOLEH DARAT
Maha Guru Para Ulama Besar Nusantara
(1820-1903 M.)

Penerjemah: Miftahul Ulum, Agustin Mufarohah
Penerbit: Penerbit Sahifa

Syarah al-Hikam

KH. Sholeh Darat
[Ditulis tahun 1868]

SYARAH HIKMAH KE-43

 

لَا تَتْرُكِ الذِّكْرَ لِعَدَمِ حُضُوْرِكَ مَعَ اللهِ فِيْهِ. لِأَنَّ غَفْلَتَكَ عَنْ وُجُوْدِ ذِكْرِهِ أَشَدُّ مِنْ غَفْلَتِكَ فِيْ وُجُوْدِ ذِكْرِهِ فَعَسَى أَنْ يَرْفَعَكَ مِنْ ذِكْرٍ مَعَ وُجُوْدِ غَفْلَةٍ إِلَى ذِكْرٍ مَعَ وُجُوْدِ يَقَظَةٍ. وَ مِنْ ذِكْرٍ مَعَ وُجُوْدِ يَقْظَةٍ إِلَى ذِكْرٍ مَعَ وُجُوْدِ حُضُوْرٍ وَ مِنْ ذِكْرٍ مَعَ وُجُوْدِ حُضُوْرٍ إِلَى ذِكْرٍ مَعَ وُجُوْدِ غَيْبَةٍ عَمَّا سِوَى الْمَذْكُوْرِ وَ مَا ذلِكَ عَلَى اللهِ بِعَزِيْزٍ..

Jangan meninggalkan dzikir lantaran tidak bisa berkonsentrasi kepada Allah ketika berdzikir. Karena kelalaianmu (terhadap Allah) ketika tidak berdzikir itu lebih buruk ketimbang kelalaianmu ketika berdzikir. Mudah-mudahan Allah berkenan mengangkatmu dari dzikir penuh kelalaian menuju dzikir penuh kesadaran. Dan dari dzikir penuh kesadaran menuju dzikir yang disemangati kehadiran-Nya. Dan dari dzikir yang disemangati kehadiran-Nya menuju dzikir yang meniadakan selain-Nya.

 

Hati tidak bisa meninggalkan cinta dunia kecuali dengan memperbanyak dan mengistiqāmahkan dzikir. Oleh karena itu, Syaikh Ibnu ‘Athā’illāh berkata:

لَا تَتْرُكِ الذِّكْرَ لِعَدَمِ حُضُوْرِكَ مَعَ اللهِ فِيْهِ.

Jangan meninggalkan dzikir lantaran tidak bisa berkonsentrasi kepada Allah ketika berdzikir.

Jangan meninggalkan dzikir karena sebab tidak bisa ḥudhūr atau konsentrasinya hatimu bersama Allah di dalam dzikir.

Karena dzikir adalah jalan terdekat menuju Allah.

 

لِأَنَّ غَفْلَتَكَ عَنْ وُجُوْدِ ذِكْرِهِ أَشَدُّ مِنْ غَفْلَتِكَ فِيْ وُجُوْدِ ذِكْرِهِ

Karena kelalaianmu (terhadap Allah) ketika tidak berdzikir itu lebih buruk ketimbang kelalaianmu ketika berdzikir.

Karena sesungguhnya berpalingnya hatimu dari mengingat Allah serta tidak berdzikirnya lisanmu itu lebih buruk daripada berpalingnya hatimu dari Allah saat lisanmu berdzikir. Karena walalupun hatimu lupa mengingat Allah, engkau masih mengingat-Nya dalam dzikir lisanmu. Maka hendaklah engkau tetap berdzikir kepada Allah walaupun hatimu lalai.

 

فَعَسَى أَنْ يَرْفَعَكَ مِنْ ذِكْرٍ مَعَ وُجُوْدِ غَفْلَةٍ إِلَى ذِكْرٍ مَعَ وُجُوْدِ يَقَظَةٍ.

Mudah-mudahan Allah berkenan mengangkatmu dari dzikir penuh kelalaian menuju dzikir penuh kesadaran.

Mudah-mudahan Allah menaikkanmu dari dzikir yang disertai ghaflah (lalai mengingat-Nya), menuju dzikir yang disertai adanya kesadaran atau mengingat Allah.

 

وَ مِنْ ذِكْرٍ مَعَ وُجُوْدِ يَقْظَةٍ إِلَى ذِكْرٍ مَعَ وُجُوْدِ حُضُوْرٍ

Dan dari dzikir penuh kesadaran menuju dzikir yang disemangati kehadiran-Nya.

Dan dari dzikir yang disertai kesadaran mengingat-Nya naik derajatnya menuju dzikir yang disertai adanya ḥudhūr, ya‘ni hatimu merasa berada dalam naungan-Nya, sehingga engkau menjadi ber-murāqabah kepada-Nya.

Dan dari dzikir yang disertai adanya ḥudhūr menuju dzikir yang meniadakan selain-Nya.

وَ مَا ذلِكَ عَلَى اللهِ بِعَزِيْزٍ.

Dan yang demikian itu bagi Allah tidak sukar.” (Q.S. Fāthir [35]: 17).

Hal yang demikian itu tidaklah sulit bagi Allah, tidak.

Karena Allah berkuasa atas segala sesuatu. Maka wajib bagi setiap murid untuk melaksanakan segala perintah-Nya, berprasangka bahwa hanya Allah yang memberikan pertolongan akan keberhasilan murāqabah dan wushūl kepada-Nya.

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *