حُسْنُ الْأَعْمَالِ نَتَائِجُ حُسْنِ الْأَحْوَالِ وَ حُسْنُ الْأَحْوَالِ مِنَ التَّحَقُّقِ فِيْ مَقَامَاتِ الْإِنْزَالِ.
“‘Amal yang baik buah dari kondisi yang baik. Sementara kondisi spiritual yang baik bersumber dari kemampuannya menerima berbagai kedudukan atau tingkatan yang Dia berikan.”
Syaikh Ibnu ‘Athā’illāh berkata:
حُسْنُ الْأَعْمَالِ نَتَائِجُ حُسْنِ الْأَحْوَالِ.
“‘Amal yang baik buah dari kondisi yang baik.”
‘Amal yang baik tumbuh dari kondisi hati yang bagus.
Kondisi hati menjadi baik, sebab mempunyai sifat zāhid atau tidak suka terhadap dunia, ikhlas dalam segala ‘amal ‘ibādah, tawādhu‘ dan sifat terpuji lainnya. Hal demikian menjadi sebab indahnya seluruh ‘amal zhāhir yang bersih dari riyā’
وَ حُسْنُ الْأَحْوَالِ مِنَ التَّحَقُّقِ فِيْ مَقَامَاتِ الْإِنْزَالِ.
“Sementara kondisi spiritual yang baik bersumber dari kemampuannya menerima berbagai kedudukan atau tingkatan yang Dia berikan.”
Bagusnya kondisi hati adalah sebagian tanda diberikannya cahaya uluhiyyah, yang turun di hati seorang ‘ārif, yang disebut dengan cahaya ma‘rifat. Ketika cahaya tersebut sudah bersemayam di dalam hati, ia (hati) tak akan mau mengaku-ngaku atau memamerkan ‘amal, tidak berpaling dari cinta Allah kepada cinta surga. Jika demikian halnya, maka seluruh ‘amal yang dilakukan itu sudah dikategorikan ke dalam ikhlas. Sebab tercapainya keikhlasan itu lantaran meninggalkan cinta dunia, karena ikhlas wajib hukumnya, maka meninggalkan cinta dunia juga wajib hukumnya, sebab sumber dari munculnya segala macam maksiat adalah cinta dunia.