Syarah Hikmah Ke-41 – Syarah al-Hikam – KH. Sholeh Darat

شَرْحَ
AL-HIKAM
Oleh: KH. SHOLEH DARAT
Maha Guru Para Ulama Besar Nusantara
(1820-1903 M.)

Penerjemah: Miftahul Ulum, Agustin Mufarohah
Penerbit: Penerbit Sahifa

Syarah al-Hikam

KH. Sholeh Darat
[Ditulis tahun 1868]

SYARAH HIKMAH KE-41

 

مَا قَلَّ عَمَلٌ بَرَزَ مِنْ قَلْبٍ زَاهِدٍ وَ لَا كَثُرَ عَمَلٌ بَرَزَ مِنْ قَلْبٍ رَاغِبٍ.

Tidak disebut sedikit ‘amal yang bersumber dari qalbu yang zuhud. Dan tidak dapat disebut banyak ‘amal yang bersumber dari qalbu yang tamak.

 

Syaikh Ibnu ‘Athā’illāh berkata:

مَا قَلَّ عَمَلٌ بَرَزَ مِنْ قَلْبٍ زَاهِدٍ.

Tidak disebut sedikit ‘amal yang bersumber dari qalbu yang zuhud.

Tidak bisa disebut sedikit, ‘amal yang keluar dari hati yang zuhud atau tidak suka dunia.

‘Amal yang keluar dari hati orang yang zuhud itu mulia walaupun ‘amalnya hanya sedikit menurut zhāhir-nya, akan tetapi mulia menurut hakikatnya. Karena, ‘amal orang yang zuhud itu selamat dari riyā’, berbuat ‘amal karena ingin dipuji masyarakat dan selamat dari tujuan mendapat harta dunia, juga selamat dari berpaling dari-Nya, berbeda dengan ‘amal orang yang cinta dunia.

 

وَ لَا كَثُرَ عَمَلٌ بَرَزَ مِنْ قَلْبٍ رَاغِبٍ.

Dan tidak dapat disebut banyak ‘amal yang bersumber dari qalbu yang tamak.

Tidak bisa disebut banyak, suatu ‘amal yang keluar dari hati orang yang cinta dunia.

Sesungguhnya ‘amal yang keluar atau bersumber dari hati orang yang cinta dunia itu dianggap sedikit, walaupun secara kasat mata ‘amalnya banyak. Karena pada hakikatnya, ‘amal orang yang cinta dunia itu tidak selamat dari riyā’, ber‘amal karena ingin dipuji masyarakat, dan menjadikan berpaling dari Allah, karena hatinya condong kepada dunia. Oleh karena itu, dikisahkan dari Ibnu Mas‘ūd, sesungguhnya Ibnu Mas‘ūd berkata: “Shalat dua rakaat yang bersumber atau dilakukan oleh orang yang zuhud yang ‘ālim itu lebih utama dari pada ‘ibādahnya seorang ‘ābid (ahli ‘ibādah) yang rajin ber‘ibādah selama hidupnya.” Syaikh Abū ‘Abdillāh al-Qusyairī r.a. berkata: “Seorang laki-laki bertanya kepada orang shāliḥ: “saya sudah melakukan berbagai ‘amal ‘ibādah dan mengapa belum juga mendapatkan manisnya ber‘ibādah di dalam hatiku?” Orang yang shāliḥ menjawab: “engkau tidak menemukan manisnya ber‘ibādah, karena engkau mencintai putri Iblīs ya‘ni dunia, dan pastinya ayahnya (Iblīs) mengunjungi anaknya di rumahnya, dan rumahnya adalah hatimu, dan ketika Iblīs hendak masuk ke dalam hatimu ia berkeinginan untuk merusak seluruh perintah hatimu atau seluruh anggota badanmu.” Syaikh Abū Muḥammad ibn Sahal r.a. berkata: “besok di hari qiyāmat tidak ada penglihatan yang lebih utama dari pada penglihatan orang zāhid yang ‘ālim.” Ya‘ni, orang ‘ālim yang tidak cinta dunia di hatinya.

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *