لَا تَتَعَدَّ نِيَّةُ هِمَّتَكَ إِلَى غَيْرِهِ فَالْكَرِيْمُ لَا تَتَخَطَّاهُ الْآمَالُ.
“Janganlah cita-citamu tertuju pada selai-Nya. Harapan seseorang tak akan dapat melampaui Yang Maha Pemurah.”
Syaikh Ibnu ‘Athā’illāh berkata:
لَا تَتَعَدَّ نِيَّةُ هِمَّتَكَ إِلَى غَيْرِهِ
“Janganlah cita-citamu tertuju pada selai-Nya.”
Wahai sālik, janganlah engkau melampaui batas niat dan cita-citamu pada selain-Nya, ketika menginginkan keberhasilan suatu hajatmu. Akan tetapi memohonlah kepada Allah dalam segala hajat kebutuhanmu dengan adab tatakrama orang yang meminta, sebagaimana yang sudah dijelaskan.
فَالْكَرِيْمُ لَا تَتَخَطَّاهُ الْآمَالُ.
“Harapan seseorang tak akan dapat melampaui Yang Maha Pemurah.”
Dzat Yang Maha Mulia, tidak ada satu pemimpin pun yang dapat melampaui-Nya.
Janganlah engkau menengadahkan angan-angan harapanmu kepada selain Allah, sebab Allah itu bersifat al-Karīm. Adapun ma‘na al-Karīm adalah Dzāt yang ketika menaqdirkan pasti akan mengampuni, ketika berjanji pasti akan menepat, ketika memberi pasti akan menambahi atau melebihkan atas apa yang diharapkan hamba-Nya. Tidak kira-kira dalam memberi, dan tidak memilih-milih orang yang akan diberi. Ya‘ni, baik (orang yang diberi adalah) orang yang menyembah-Nya maupun tidak. Tidak ada satupun yang memiliki sifat ini kecuali hanya Allah semata. Oleh karena itu, hendaklah seorang murīd tidak menggantungkan harapannya pada selian-Nya. Meminta kepada makhlūq itu dilarang apabila seseorang menggantungkan keberhasilan permintaannya pada makhlūq.