عَلِمَ أَنَّكَ لَا تَقْبَلُ النُّصْحَ الْمُجَرَّدَ فَذَوَّقَكَ مِنْ ذَوَاقِهَا مَا يُسْتَهِلُ عَلَيْكَ وُجُوْدَ فِرَاقِهَا.
“Allah telah mengetahui bahwa engkau tidak dapat menerima nasihat yang hanya berupa teori (kata-kata), karena itu, Allah merasakan kepadamu rasa pahitnya, untuk memudahkan bagimu cara meninggalkannya.”
Syaikh Ibnu ‘Athā’illāh berkata:
عَلِمَ أَنَّكَ لَا تَقْبَلُ النُّصْحَ الْمُجَرَّدَ فَذَوَّقَكَ مِنْ ذَوَاقِهَا مَا يُسْتَهِلُ عَلَيْكَ وُجُوْدَ فِرَاقِهَا.
“Allah telah mengetahui bahwa engkau tidak dapat menerima nasihat yang hanya berupa teori (kata-kata), karena itu, Allah merasakan kepadamu rasa pahitnya, untuk memudahkan bagimu cara meninggalkannya.”
Allah telah mengetahui bahwa engkau tidak akan menerima hanya sekedar diberi nasehat tanpa disertai dengan diberikan sakit dan musibah, karena engkau sudah terbiasa menyukai dunia. Oleh karenanya, Allah memberi sakit dan berbagai musibah untuk kau cicipi agar memudahkan dan meringankanmu berpisah dari dunia.
Umumnya manusia jika diuji dengan penyakit yang sangat parah ia akan menginginkan kematian, dan berharap agar lekas mati, ia rela berpisah dengan keni‘matan dunia, sehingga datangnya penyakit seperti ini adalah ni‘mat teragung dari-Nya.
الْعِلْمُ النَّافِعُ هُوَ الَّذِيْ يَنْبَسِطُ فِي الصَّدْرِ شُعَاعُهُ، وَ يَنْكَشِفُ بِهِ عَنِ الْقَلْبِ قِنَاعُهُ.
“Ilmu yang berguna adalah yang sinar cahayanya meluas dalam dada (shadr – hati tahap pertama – yang menghadap ke makhlūq) dan membuka penutup hati.”
Syaikh Ibnu ‘Athā’illāh berkata:
الْعِلْمُ النَّافِعُ هُوَ الَّذِيْ يَنْبَسِطُ فِي الصَّدْرِ شُعَاعُهُ، وَ يَنْكَشِفُ بِهِ عَنِ الْقَلْبِ قِنَاعُهُ.
“Ilmu yang berguna adalah yang sinar cahayanya meluas dalam dada (shadr – hati tahap pertama – yang menghadap ke makhlūq) dan membuka penutup hati.”
Ilmu nāfi‘ adalah ‘ilmu untuk mengetahui Allah, sifat-sifat Allah, asmā’-asmā’ Allah, tata cara ber‘ibādah dan bertatakrama kepad Allah. ‘Ilmu inilah yang cahayanya bersinar di dalam hati dan menyingkapkan tirai dari hati.
Alhasil, ‘ilmu nāfi‘ yaitu ‘ilmu yang bisa menjadikan dekat kepada Allah, menjauhkan diri dari memandang dirinya. Imām Mahdī berkata: “Hakikat ‘ilmu adalah mengetahui tentang hak-hak waktu, cara kejernihan hati, membenci dunia, mendekatkan kepada surga, menjauhkan diri dari neraka, meningkatkan rasa takut kepada Allah, mengharapkan Allah, dan ‘ilmu adalah musibah (lawan) bagi nafsu.”