لَا يَزِيْدُ فِيْ عِزِّهِ إِقْبَالُ مَنْ أَقْبَلَ عَلَيْهِ وَ لَا يَنْقُصُ مِنْ عِزِّهِ إِدْبَارُ مَنْ أَدْبَرَ عَنْهُ.
“Ketaatan seseorang tidak menambah kemuliaan-Nya dan pembangkangan seseorang tidak mengurangi kemuliaan-Nya.”
Syaikh Ibnu ‘Athā’illāh berkata:
لَا يَزِيْدُ فِيْ عِزِّهِ إِقْبَالُ مَنْ أَقْبَلَ عَلَيْهِ وَ لَا يَنْقُصُ مِنْ عِزِّهِ إِدْبَارُ مَنْ أَدْبَرَ عَنْهُ.
“Ketaatan seseorang tidak menambah kemuliaan-Nya dan pembangkangan seseorang tidak mengurangi kemuliaan-Nya.”
Kemuliaan Allah tidak menjadi bertambah sebab ketaatan dan ‘ibādahmu dan juga kemuliaan-Nya tidak menjadi berkurang sebab engkau membangkang dari-Nya.
Karena sifat kemuliaan Allah adalah sifat yang qadīm (dahulu) tidak bisa bertambah dan berkurang.
النَّعِيْمُ وَ إِنْ تَنَوَّعَتْ مَظَاهِرُهُ فَإِنَّمَا هُوَ لِشُهُوْدِهِ وَ اقْتِرَابِهِ وَ الْعَذَابُ وَ إِنْ تَنَوَّعَتْ مَظَاهِرُهُ فَإِنَّمَا هُوَ لِوُجُوْدِ حِجَابِهِ فَسَبَبُ الْعَذَابِ وُجُوْدُ الْحِجَابِ وَ إِتْمَامُ الْنَّعِيْمِ بِالنَّظَرِ إِلَى وَجْهِهِ الْكَرِيْمِ.
“Keni‘matan itu meskipun beraneka ragam bentuknya hanyalah disebabkan karena melihat dan dekat kepada Allah. Demikian pula siksa meski beraneka ragam bentuknya hanyalah disebabkan terḥijāb dari Allah. Penyebab siksa adalah adanya ḥijāb, dan kesempurnaan ni‘mat adalah dengan memandang Dzāt Allah Yang Maha Mulia.”
Syaikh Ibnu ‘Athā’illāh berkata:
النَّعِيْمُ وَ إِنْ تَنَوَّعَتْ مَظَاهِرُهُ فَإِنَّمَا هُوَ لِشُهُوْدِهِ وَ اقْتِرَابِهِ.
“Keni‘matan itu meskipun beraneka ragam bentuknya hanyalah disebabkan karena melihat dan dekat kepada Allah.”
Keni‘matan akhirat yang berupa bidadari dan semua keni‘matan surga itu tidak didapatkan kecuali sebab melihat dan berdekatan dengan Allah meskipun beraneka ragam bentuknya.
وَ الْعَذَابُ وَ إِنْ تَنَوَّعَتْ مَظَاهِرُهُ فَإِنَّمَا هُوَ لِوُجُوْدِ حِجَابِهِ.
“Demikian pula siksa meski beraneka ragam bentuknya hanyalah disebabkan terḥijāb dari Allah.”
Adanya siksa neraka itu karena terḥijāb dan jauh dari Allah s.w.t., walaupun berangeka ragam bentuk lahiriah siksa tersebut.
فَسَبَبُ الْعَذَابِ وُجُوْدُ الْحِجَابِ وَ إِتْمَامُ الْنَّعِيْمِ بِالنَّظَرِ إِلَى وَجْهِهِ الْكَرِيْمِ.
“Penyebab siksa adalah adanya ḥijāb, dan kesempurnaan ni‘mat adalah dengan memandang Dzāt Allah Yang Maha Mulia.”
Penyebab siksa adalah karena adanya ḥijāb (jauh dari Allah), dan kesempurnaan ni‘mat itu sebab melihat Dzāt Allah yang Mulia.