مَا فَاتَ مِنْ عُمْرِكَ لَا عِوَضَ لَهُ وَ مَا حَصَلَ لَكَ مِنْهُ لَا قِيْمَةَ لَهُ.
“Yang berlalu dari usiamu tidak bisa diganti kembali. Dan apa yang kau raih darinya tidak ternilai harganya.”
Syaikh Ibnu ‘Athā’illāh berkata:
مَا فَاتَ مِنْ عُمْرِكَ لَا عِوَضَ لَهُ.
“Yang berlalu dari usiamu tidak bisa diganti kembali.”
Sesuatu yang sudah terlewatkan dari usia hidupmu sudah tidak bisa digantikan lagi (diulang kembali).
Usiamu yang berlalu tidak bisa kembali lagi, ketika engkau tidak melakukan ‘amal shāliḥ pada usia hidupmu, maka engkau termasuk orang yang rugi, engkau tidak dapat mendapatkan keberuntungan dan tidak bisa mengulang atau meng-qadhā’-nya kembali.
وَ مَا حَصَلَ لَكَ مِنْهُ لَا قِيْمَةَ لَهُ.
“Dan apa yang kau raih darinya tidak ternilai harganya.”
Apa yang kau hasilkan di masa hidupmu maka tidak ternilai harganya.
Sebab engkau bisa mendapatkan keberuntungan untuk selamanya jika engkau mengisi waktumu dengan ‘amal shāliḥ. Oleh karenanya orang-orang shalih sangat memperatikan setiap nafas dan waktunya, mereka bersegera dalam memaksimalkan usia dan hidupnya untuk berbuat ‘amal kebaikan, mereka tidak menyia-nyiakan usianya untuk berbuat yang tercela. Disebutkan dalam hadits Nabi s.a.w., bahwasanya Nabi bersabda: “Tiada suatu masa yang datang pada seorang hamba yang tidak dia gunakan untuk berdzikir kepada Allah, melainkan pada hari kiamat ia hanya bisa meratapi nasib dan menyesal. Kelak di hari kiamat, manusia melewati siang dan malam selama 24 jam, mereka akan diperlihatkan 24 gedung yang berjejer, akan terlihat di tiap gedung tersebut dipenuhi dengan ni‘mat pembalasan terhadap ‘amal perbuatan yang dilakukan pada saat itu, adapun waktu-waktu yang tidak ada ‘amal apapun di dalamnya, maka gedungnya pun kosong, di situlah letak penyesalan yang tidak terhingga, dan sesal kemudian tetap tidak berguna.”
Disebutkan di dalam hadits lain bahwa saat seluruh penduduk surga sedang meni‘mati kesenangan surga, tiba-tiba terpancar sebuah cahaya yang melebihi cahaya semua penduduk surga, sebagaimana pancaran cahaya matahari lebih terang dari pada cahaya rembulan, seluruh penduduk surga menyaksikan cahaya tersebut kemudian muncul laki-laki di atas surga ‘illiyyīn yang bersinar bagaikan bintang durrī di atas langit. Cahaya dan keindahan mereka melebihi semua penduduk surga. Seluruh penduduk surga melihat ke arah laki-laki bersinar yang beterbangan menghadap kepada Allah Dzil-Jalāli wal-Ikrām dan penduduk surga memanggil-manggil orang yang beterbangan tadi: “wahai saudaraku, apa gerangan yang menjadikan kalian lebih baik dari aku, padahal aku juga melaksanakan shalat sebagaimana shalat kalian, aku juga melaksanakan puasa sebagaimana puasa kalian, apa penyebab kalian bisa mengungguliku?” Maka terdengarlah firman Allah yang tanpa huruf dan tanpa suara: “Mereka bisa mengungguli kalian semua, karena mereka selalu lapar ketika kalian kenyang; mereka selalu dahaga ketika kalian dalam keadaan segar; mereka bertelanjang ketika kalian memakai pakaian yang indah; mereka selalu berdzikir saat kalian diam; mereka menangis karena taubat ketika engkau bergembira seraya tertawa terbahak-bahak; mereka bangun untuk ber‘ibadah ketika kalian tertidur pulas; maka karena itulah mereka lebih diutamakan dan lebih diunggulkan atas kalian semua.” Wallāhu a‘lam.
Maka berhati-hatilah wahai murīd dan bersungguh-sungguhlah dalam ketaatan selagi usiamu masih tersisa. Jangan sampai kalian kalah dengan ayam, karena ayam jagomu selalu bangun malam berkotek seraya membaca tasbih dan mengingatkan kalian semua, sementara kalian semua melupakan Allah, engkau meninggalkan Allah dan justru mencintai selain-Nya.