لَا تُدْهِشُكَ وَارِدَاتُ النِّعَمِ عَنِ الْقِيَامِ بِحُقُوْقِ شُكْرِكَ فَإِنَّ ذلِكَ مِمَّا يَحُطُّ مِنْ وُجُوْدِ قَدْرِكَ.
“Jangan sampai limpahan ni‘mat membuatmu bingung dalam menunaikan kewajiban untuk bersyukur. Sebab perasaan yang demikian berarti merendahkan harga dirimu sendiri.”
Syaikh Ibnu ‘Athā’illāh berkata:
لَا تُدْهِشُكَ وَارِدَاتُ النِّعَمِ عَنِ الْقِيَامِ بِحُقُوْقِ شُكْرِكَ.
“Jangan sampai limpahan ni‘mat membuatmu bingung dalam menunaikan kewajiban untuk bersyukur.”
Jangan sampai berlimpahnya keni‘matan membingungkanmu untuk menunaikan kewajiban mensyukurinya.
فَإِنَّ ذلِكَ مِمَّا يَحُطُّ مِنْ وُجُوْدِ قَدْرِكَ.
“Sebab perasaan yang demikian berarti merendahkan harga dirimu sendiri.”
Sebab hal itu (tidak mensyukuri ni‘mat) akan menjadikan derajatmu turun, karena Allah telah memuliakanmu dengan melipatgandakan ‘amal perbuatanmu. Dan menjadikan ‘amal yang sedikit menjadi banyak. Allah berfirman:
مَنْ جَاءَ بِالْحَسَنَةِ فَلَهُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا
“Barang siapa mendatangi Allah dengan membawa satu kebaikan maka baginya sepuluh (pahala) ‘amal yang sama dengan yang ia bawa.” (Q.S. al-An‘ām [6]: 160).
Sahal bin ‘Abdillāh r.a. berkata: “Tidak ada satupun ni‘mat yang datang kecuali mensyukurinya itu lebih utama daripada ni‘mat itu sendiri.”
Dan ni‘mat yang mendatangkan rasa syukur itulah yang lebih utama lagi daripada ni‘mat-ni‘mat yang telah lalu, sebab ni‘mat akan bertambah jika disyukuri. Cara mensyukuri ni‘mat adalah dengan menggunakannya untuk melakukan ketaatan.