(lanjutan)
Di sini aku akan mengutip beberapa riwayat tentang perpecahan1yang berkaitan dengan berbagai cobaan dan godaan, dengan menggunakan hadis-hadis Nabi serta dengan mengingat mukjizat yang benar-benar menakjubkan (Al-Qur’an) berikut peringatan-peringatannya tentang segala kejadian yang hingga kini belum terungkapkan. Rasulullah Saw. bersabda, “Bagaimanakah keadaan kalian semua pada saat itu ketika orang disaring seperti dalam saringan, sehingga yang tertinggal hanya ampas manusia, yang sumpah serapah dan ikrar kesetiaannya campur-aduk tak karuan, ketika orang merasa asing satu sama lain dan menjadi begitu?” – lalu beliau merapatkan jari-jemarinya. Mereka bertanya, “Akan bagaimana kami ya Rasulullah?” Beliau menjawab, “Kalian akan berpegang teguh pada apa yang kalian setujui, dan mencampakkan apa yang tidak kalian setujui. Kalian akan memperhatikan hanya apa yang berkaitan dengan sebagian kecil dari kalian, dan mengabaikan kepentingan sebagian besar orang.”
Dalam sebuah hadis dari Abd Allah Ibn ‘Mas’ud Nabi Saw. bersabda, “Apa yang akan kalian lakukan manakala perpecahan menimpamu, supaya tindakan kalian didukung sebagian kecil orang dan diabaikan sebagian besar orang dan manakala sebagian Sunnah Nabi dibiarkan tak dijalankan, maka akan dikatakan bahwa seluruhnya telah ditinggalkan?” Mereka bertanya, “Kapan hal itu bakal terjadi ya, Rasulullah?“ Beliau menjawab, “Ketika para pembaca Al-Qur’an diantaramu berjumlah banyak, tapi jumlah ulama diantaramu sedikit; ketika jumlah pemimpinmu banyak, tapi jumlah orang mukmin diantaramu sedikit; dan ketika dunia ini mencari-cari amalan amalan ukhrawi dan hanya dipenuhi selain Allah.” Abdullah ‘Ibnu Mas’ud menambahkan, “dan kita sudah sampai pada hari itu.”
Mengomentari firman Allah Swt., “Jagalah (engkau bertanggung jawab atas) dirimu, “(QS 5 : 105), Nabi Saw. bersabda, “Perintahkan kebaikan dan laranglah kejahatan; tetapi manakala kalian melihat keserakahan dan hawa nafsu menguasai, dan dunia ini lebih disukai; dan manakala kalian melihat setiap orang alim kagum dengan pendapatnya sendiri, maka jagalah dirimu, dan tinggalkan orang banyak. Sebab, sesungguhnya hari-hari kesabaran pasti akan datang. Lalu, kesabaran itu laksana menggenggam bara api. Seseorang yang bertindak benar pada hari-hari itu akan menerima ganjaran lima puluh orang yang berbuat seperti dia.” Seseorang berkata, “Ya Rasulullah, ganjaran lima puluh orang diantara mereka?” Beliau menjawab, “Ya, ganjaran lima puluh orang diantara kalian.” Beliau juga bersabda, “Berbuatlah kebaikan, sebelum perselisihan datang laksana kepekatan malam gelap, kala orang akan bangun di pagi hari dalam keadaan beriman dan di sore hari menjadi kafir; atau di sore hari beriman dan bangun di pagi hari dalam keadaan kafir, karena menukar agamanya dengan dunia ini.” Al-Hasan berkata, “Ini berarti bahwa Dia mengawasi harinya dengan menghormati kehidupan dan harta saudaranya dan mengakhiri harinya dengan memandangnya sebagai mangsa empuk. 3 Ibn Adi berkata, “Kami pergi mengunjungi Anas bin Malik, dan mengadu kepadanya bahwa kami tak pernah bertemu dengan orang-orang yang menunaikan ibadah haji. Lalu dia berkata, ‘diantara orang banyak itu, ada seorang yang lebih jahat ketimbang yang lainnya, sampai engkau datang menemui Tuhanmu. Aku mendengar ini dari Rasulullah Saw.” 4
Dikatakan oleh riwayat-riwayat oleh Khudzayfah: “Rasulullah Saw.menuturkan dua buah hadits kepada kami. Salah satunya kulihat, telah terbukti kebenarannya. Sementara satunya lagi sedang kutunggu. Beliau menuturkan kepada kami bagaimana dapat dipercaya sifat amanah turun, masuk kedalam qalbu manusia. Lalu Al-Qur’an diwahyukan, sehingga membaca Al-Qur’an dan bertindak sesuai dengan Sunnah Nabi. Kemudian beliau menuturkan kepada kami bagaimana situasi itu semakin memburuk: sifat dapat dipercaya dicabut ketika seseorang sedang tidur, lalu dia bangun dan mendapati sifat itu telah diambil dari qalbunya. Bekas-bekasnya laksana kudis dan luka melepuh akibat bara api di kakimu. Dilihatnya luka bengkak, tetapi tak ada sesuatu didalamnya. Sifat itu sudah sangat berkurang, sehingga akan dikatakan bahwa di kalangan suku anu ada seseorang yang dapat dipercaya. Aku telah melihat zaman ketika aku tak ambil peduli pada hal yang aku berurusan denganmu; sebab kalau dia seorang Muslim, maka Islamnya bakal menuntun dia berlaku adil kepadaku; kalau tidak, penguasa akan memaksanya berbuat demikian. Akan tetapi, aku tidak membali sesuatupun darimu kecuali anu dan anu.”
Versi lain dari sabda ini diriwayatkan demikian: “Seseorang tidur sebentar dan sifat dapat dipercaya akan dihilangkan dari qalbunya, sehingga hanya bekas-bekasnya saja yang tertinggal. Kemudian dia akan tidur lagi, dan lagi-lagi sifat dapat dipercaya bakal diambil dengan meninggalkan tanda seperti luka melepuh akibat bara api mengenai kakimu. Bara api itu meninggalkan luka melepuh, tapi akan engkau lihat bahwa luka melepuh itu berangsur-angsur bakal hilang sampai tak tersisa sedikit pun. Orang akan bangun di pagi hari dan saling berurusan satu sama lain, tapi nyaris tak ada diantara mereka hidup sesuai dengan kejujuran, dan akan dikatakan betapa cerdas dan pandai dia. Akan tetapi, dalam qalbunya tak ada seberat biji sawi pun kejujuran!”
Hadits lainnya mengatakan: “Orang biasa bertanya kepada Rasulullah Saw. tentang kebaikan tetapi aku (Khuzhaifah) bertanya kepada beliau tentang kejahatan, lantaran aku tahu kalau-kalau hal itu menimpaku. Karena itu aku berkata, “Ya Rasulullah, kita pernah hidup di zaman jahiliyah dan kejahatan, lalu Allah memberi kita zaman penuh kebaikan ini. Akankah kejahatan?” beliau menjawab, ‘ya.’ Lalu aku bertanya, ‘Apakah ada kebaikan setelah kejahatan itu?’ Orang akan mengikuti jalan hidup yang bukan jalan hidupku, dan memberi petunjuk yang bukan petunjukku, sehingga kamu akan mengetahui sebagian kebaikan dan sebagian kejahatan didalamnya.’ Aku bertanya lagi, Setelah kebaikan akankah ada kejahatan?’ Beliau menjawab, ‘Ya’ Orang akan berdiri di gerbang neraka menyeru-nyeru; mereka bakal melemparkan ke dalam neraka siapa saja yang menjawab seruannya.’ Aku berkata, ‘Ya Rasulullah, gambarkan seseorang itu kepada kami.’ Beliau menjawab, ‘Mereka itu orang-orang setanah air dengan kita dan mereka berbicara dengan bahasa kita pula.’ Lalu aku bertanya, ‘Nasehat apa yang bisa engkau berikan kepadaku bila aku sempat hidup mengalami zaman itu?’ Beliau menjawab, ‘Ikutilah jamaah kaum Muslim dan pemimpinnya. ‘Tapi bagaimana bila mereka tidak memiliki jamaah dan pemimpin? ‘Aku bertanya. Beliau menjawab, ‘Kalau begitu kamu hendaknya memisahkan diri dari golongan seperti itu sekalipun untuk itu kamu harus berpegang erat pada akar pohon sampai kamu mati.” 5
(bersambung)
Nabi Muhammad Saw. bersabda, “Kalian hidup di suatu zaman, manakala seseorang mengabaikan sepersepuluh kewajibannya, dia bakal binasa; tapi akan datang suatu zaman, manakala seseorang menunaikan sepersepuluh kewajibannya dia bakal selamat. Sungguh, hari-hari kesabaran akan datang, ketika kesabaran itu menggenggam bara api. Mengerjakan amal-amal ibadah sederhana pada zaman penuh kehancuran, itu sama bermanfaatnya dengan datang kepadaku sebagai orang-orang yang berhijrah.” 2MM 1123. “(melakukan hijrah “beremigasi”) bagi Nabi adalah puncak praktek keagamaan, dalam artian bahwa kaum Muhajirin tahun 622 M bisa dipandang kaum Muslim sejati. Tetapi selama masa perpecahan, ekspresi keimanan apapun-bahkan yang paling jelas dan tak banyak menuntut-akan seperti melakukan hijrah nilainya; sebab, amal ibadah yang paling sederhana akan berdiri tegak menentang tirai masa itu, sebagaimana hijrah berdiri tegak dan tetap bertahan dimasanya.