Hati Senang

Surat-Surat Sang Sufi | Surat Ketiga (4/7)

Surat-Surat Sang Sufi
Muhammad Ibn Abbad Penerjemah : M.S. Nasrullah Penyunting : Ilyas Hasan Disunting ulang oleh M. Yudhie Haryono Penerbit : Hikmah

(lanjutan)

Di akhir sebuah hadis Panjang, Nabi Saw. bersabda: Aku memerintahkan kepadamu lima hal, yang juga diperintahkan kepadaku oleh Tuhanku: bersatu, penuh perhatian, berhijrah, serta berjuang di jalan Allah. Barangsiapa meninggalkan jamaah walau barang sejengkal pun maka dia telah melepaskan diri dari Islam, kecuali dia kembali lagi. Barangsiapa menganut keyakinan jahiliah, maka dia termasuk ahli neraka.16 Yang dimaksud beliau dengan “melepaskan diri dari Islam” adalah memutuskan ikatan Islam, meninggalkan Sunnah Nabi, dan mengikuti bid’ah.

Sya’bi berkata, “Beberapa orang dari Kufah pergi kepadang pasir untuk membaktikan diri beribadah kepada Allah. Mereka memutuskan membangun sebuah masjid dan kemudian mendirikan sebuah bangunan. Ketika Ibn Mas’ud datang berkunjung, mereka berkata, “Salam atasmu, wahai Abd-Rahman. Kami sangat bergembira engkau datang mengunjungi kami.’ Dia menjawab, ‘Aku datang bukan untuk berkunjung. Aku baru akan pergi setelah masjid di padang pasir ini dirobohkan. Kalian tidak bertindak  sesuai dengan petunjuk sahabat-sahabat Muhammad Saw. Tidakkah kalian mengerti jika orang lain juga melakukan apa yang kalian lakukan ini, maka tak bakal ada seorang pun yang memerangi musuh, menganjurkan kebaikan, dan melarang kejahatan, atau menegakkan hukum? Kembalilah. Belajarlah dari orang-orang yang lebih tahu darimu’ dan ajarilah orang-orang yang lebih tidak tahu darimu’. Dengan ini, begitu dia berhasil meyakinkan mereka, baru dia pergi setelah kami merobohkan bangunan mereka dan membawa kembali orang-orang itu.”

Setelah Allah Swt. mengangkat Nabi-Nya, Muhammad Saw.; ke haribaan-Nya, sesuai dengan keridhaannya, dan menganugerahinya rahmat dan kebaikan paling utama, Dia mengangkat Khulafa Al-Rashidin (Khalifah-khalifah Terbimbing Lurus)17 sebagai pengganti Nabi Saw. untuk mendamaikan dan menunjuki jalan lurus dan benar. Mereka megikuti dan mempertahankan agama Nabi dan Sunnahnya, serta menebarkan cahaya-cahayanya yang terang serta tanda-tandanya yang cemerlang. Keadaan ini terus berlangsung selama kehidupan mereka, sampai Allah memanggil mereka kehadirat-Nya. Akan tetapi, ketika zaman penuh kemuliaan dan keadilan mengalami kemunduran, dan zaman kebaikan serta kemurnian telah lewat, bersamaan dengan itu, padamlah cahaya-cahaya keyakinan dan keimanan.

Lantas sifat-sifat “jiwa rendah (nafsu) yang selalu menyuruh kepada kejahatan” (QS 12 : 53) makin bertambah kuat dan meraja lela. Hawa nafsu dan bid’ah bangkit; persatuan dalam agama tergadaikan; sengketa dan perpecahan pun muncul, sehingga setiap golongan dan daerah memiliki mazhab sendiri. Orang sibuk dengan bid’ah dan terjerumus di bawah cengkraman kekafiran dan kesesatan. Mereka tidak lagi menempuh satu jalan; hubungan pun terputus; orang saling memusuhi satu sama lain dalam; kebencian, kedengkian dan dendam. Sekandal ini bahkan melewati batas dan menumpahkan darah. Hal-hal buruk ini menyebabkan sebagian orang  membuang cara berpakaian sopan, dan menampilkan diri dengan cara tidak senonoh. Mereka menukar agama mereka untuk membeli sesuatu yang tak berharga serta mengundang murka Allah, yang kepada-Nya mereka bakal kembali.

Proses ini berlangsung hingga zaman kita sehingga kita mereguk minuman dari cangkir yang sama. Sesungguhnya kami adalah milik Allah, dan kepada Allah pula kami bakal kembali, (QS 2 : 156). Nabi kita, Muhammad Saw. diriwayatkan mengatakan, “Akulah pelindung bagi sahabat-sahabatku. Akan tetapi, bila aku tiada, sahabat-sahabatku akan menunaikan misi mereka dan menjadi pelindung bagi umatku. Karena itu setelah aku wafat, umatku harus melaksanakan apa yang mereka putuskan.”18 Beliau juga mengatakan hal-hal lain seperti itu. Inilah saat-saat penuh perselisihan dan perpecahan yang dilakukan Nabi Muhammad Saw. Beliau memerintahkan agar menarik diri dari masyarakat pada saat-saat seperti itu.

(bersambung)

Alamat Kami
Jl. Zawiyah, No. 121, Rumah Botol Majlis Dzikir Hati Senang,
RT 06 RW 04, Kp. Tajur, Desa Pamegarsari, Parung, Jawa Barat. 16330.