Surat-Surat Sang Sufi | Surat Keenam (5/10)

Muhammad Ibn Abbad
Penerjemah : M.S. Nasrullah
Penyunting : Ilyas Hasan
Disunting ulang oleh M. Yudhie Haryono
Penerbit : Hikmah

(lanjutan)

[Jawaban atas pertanyaan kelima: tentang menahan diri dari menginginkan dan meminta berbagai kesulitan.]

Selama tidak melanggar larangan agama, diperbolehkan menginginkan dan meminta cobaan; tetapi, tidak diperbolehkan manakala agama melarangnya. Menurut sebuah hadits sahih dari Abu Hurairah, Rasulullah Saw. bersabda, Janganlah engkau menginginkan bertemu dengan musuh; tetapi jika engkau bertemu dengan musuh, bersabarlah.

Sementara menurut sebuah hadits dari ‘Abd Allah Ibn Abi Awfa, Rasulullah Saw. bersabda, Wahai manusia! Janganlah menginginkan bertemu dengan musuh; mintalah kesejahteraan dan kebaikan dari Allah. Tapi jika engkau bertemu dengan musuh, bersabarlah, dan ketahuilah bahwa surga itu berada dibawah bayangan pedang.” Anas Ibn Malik juga meriwayatkan sebuah hadis sahih bahwa Rasulullah Saw. mengunjungi seorang muslim yang sangat lemah dan rentan sehingga tampak seperti seekor ayam. Rasulullah Saw. bertanya kepadanya, Sudahkah engkau berdoa untuk sesuatu, atau memohon sesuatu kepada Allah? “

Dia menjawab, “Ya, aku telah berdoa, “Ya Allah jangan Engkau hukum aku di akherat nanti. Sebaliknya, segerakan hukuman-Mu untukku di dunia’.Maka Rasulullah Saw. berkata, Mahasuci Allah! Itu diluar kemampuanmu, engkau tak bakal sanggup menanggungnya! Mengapa engkau tidak berdoa, “Ya Allah, berilah kami kebaikan di dunia, dan kebaikan di akherat dan lindungilah kami dari siksa neraka? (QS 2 : 201). Anas mengatakan, orang itu lalu berdoa seperti itu, dan dia pun sembuh.

Variasi lain dari hadis itu berbunyi, “Kita tidak sanggup menanggung hukuman dari Allah.” Rasulullah Saw. tidak pernah berhenti berdoa meminta rahmat yang banyak dan keterbatasan dari berbagai cobaan. Riwayat-riwayat yang bisa dipercaya menuturkan bahwa salah satu doa yang paling sering diucapkan Rasulullah Saw. adalah, Ya Allah, berilah kami kebaikan dunia ini dan kebaikan di akherat nanti dan lindungilah kami dari siksa neraka.

Abu Hurayrah meriwayatkan bahwa Rasulullah Saw. biasa meminta perlindungan dari keputusan-merugikan, dari dikuasai dari penderitaan, dari kegembiraan musuh atas kemalangannya, dan dari kesusahan dalam kesengsaraan. Ini hanya sebagian kecil doa beliau untuk keselamatan. Di sebuah daerah dimana orang-orang kafir telah menyakiti beliau, Nabi Saw. berkata, Tetapi aku lebih tertarik kepada kesejahteraan dan kebaikanmu.

Hikmah ucapan-ucapan itu adalah begini: Cobaan tidaklah diinginkan pada dirinya sendiri, tapi hanya jika kesemuanya itu mengandung beberapa manfaat yang telah aku sebutkan, dan jika semuanya itu meningkatkan pahala yang dijanjikan kepada orang-orang yang sabar dalam menghadapinya. Bahkan tanpa memberikan berbagai cobaan atau membebani orang dengan berbagai kesulitan, Allah Swt. memberikan kebaikan dan lebih banyak lagi kepada  siapa yang dipilih-Nya. Rasulullah Saw. juga bersabda, Sesungguhnya Allah menjauhkan penyakit dari sebagian hamba-Nya di dunia ini. Dia berikan kepada mereka kesehatan dalam kehidupan, kesehatan dalam kematian, dan kesehatan di surga, di mana di surga inilah Dia memasukkan mereka.”

Sang hamba mestilah meminta anugerah dari Tuannya tanpa perantaraan berbagai cobaan dan kesulitan. Selanjutnya dia tidak boleh bermaksud menginginkan untuk dirinya sendiri, atau memerlukan banyak sekali kekuatan dan kesabaran yang tak boleh diusik barang sedikitpun. Makhluk itu lemah kecuali dengan pertolongan dan bantuan Allah, tak mampu menahan dan menangkis kekuatan sebuah atom yang menguasainya. Kepercayaan pada diri sendiri dalam hal ini adalah mustahil, bahkan mengharapkannya adalah puncak kesombongan. Namun, seseorang harus merasa khawatir mengandalkan dan mempercayai dirinya sendiri, dan dengan demikian binasa, seperti halnya sebagian orang lainnya.

Ketika As-Syafi’i, semoga Allah merahmatinya, sakit keras, dia sering berdoa, “Ya Allah, jika yang demikian itu membuat-Mu ridha, tambahlah penyakit ini.” Maka Al-Ma’afiri menulis surat kepadanya dari wilayah selatan Mesir, “Wahai Abu ‘Abd Allah, engkau bukan termasuk salah seorang dari kami yang menderita berbagai cobaan dan kemudian memohon agar menjadi puas degan segala sesuatu sebagai mana mestinya! Di atas segalanya kita harus meminta kebaikan dan kesehatan!” As-Syafi’i membalas, “Aku memohon ampunan Allah dan bertobat dihadapan-Nya.” Setelah itu, dia bisa berdoa, “Ya Allah berilah aku rahmat yang aku inginkan.”

Kemudian kita jumpai pernyataan yang luar biasa ini:

Aku menginginkan-Mu, tapi aku menginginkan-Mu bukan demi pahala;

Tidak, aku menginginkan-Mu demi hukuman abadi.

Telah kucapai setiap keinginanku.

Kecuali kebahagiaan ekstase dalam kesengsaraan.

Dan ucapan Sumnun ini: “Engkaulah satu-satunya keinginanku, karena itu ujilah aku sekehendak-Mu.”

Ketika Mu’adz Ibn Jabal meninggal dunia, dia berkata, “Tahanlah keinginanku dengan kekuatan-Mu, dan aku akan memberi-Mu isyarat bahwa qalbuku mencintai-Mu.” Semua pernyataan ini adalah akibat dari keadaan spiritual luar biasa di mana Penguasa Ekstase telah menguasai para pembicara tersebut.

(bersambung)

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *