Surat-Surat Sang Sufi | Surat Kedua (8/8)

Muhammad Ibn Abbad
Penerjemah : M.S. Nasrullah
Penyunting : Ilyas Hasan
Disunting ulang oleh M. Yudhie Haryono
Penerbit : Hikmah

(lanjutan)

Sahl Ibn ‘Abdullah (at Tustary-ed.), semoga Allah meridhainya, berkata, “Allah membebani orang-orang dengan kefakiran. Dia buat mereka merasa membutuhkan makhluk, dan kemudian menaruh dalam hati mereka penangkalnya. Dengan begitu, Dia melarang orang-orang bergantung kepada makhluk, agar mereka kembali kepada-Nya. Ketika orang-orang pilihan ini kembali kepada-Nya dalam keadaan pasrah, Dia memberi rezeki yang tidak mereka perhitungkan sebelumnya.

Dituturkan bahwa seseorang melihat, di sebuah daerah Kristen, ada seorang sufi yang mengajarkan pengakuan akan keesaan Allah, sikap tak terpengaruh dan keterbegantungan kepada Allah Swt. Dalam keaadaan sangat miskin dan dan memerlukan, dia meminta sesuatu kepada bekas muridnya. Menjawab permintaan itu, sang murid melantunkan bait-bait ini:

 Kala kami bertindak sebagai pembimbing

kami berada di atas segenap tuan dan hamba

tapi kala kami berada di bawah

kehinaan kami melebihi kehinaan kaum Yahudi

Sebaliknya, yang patut disalahkan adalah godaan jiwa rendah. Penyebab hal itu adalah tiadanya keyakinan, dan akibatnya adalah hal-hal yang bisa digolongkan sebagai dosa.

Perhatikan apa yang aku bicarakan ini. Kemudian, ketika sebagian masalah yang engkau keluhkan ini menguasaimu, amalkan sifat penghambaan, kepada Tuhanmu dengan menyerunya dalam doa. Di saat membutuhkan, engkau harus berdoa kepada-Nya, “Wahai Engkau yang Mahakaya, kepada siapa lagi orang miskin pergi, kalau bukan kepada-Mu?” Di saat lemah, “Wahai Engkau yang Mahakuat, kepada siapa lagi orang yang lemah pergi, kalau bukan kepada-Mu?” Di saat berada dalam kehinaan, “Wahai Engkau yang Mahamulia, kepada siapa lagi orang yang hina pergi, kalau bukan kepada-Mu?” Seorang ahli makrifat berkata, “Orang-orang bersabar dalam hal itu, pasti dikabulkan doanya.” Ibn ‘Athaillah berkata, “Insyafi sifat-sifatmu sendiri, maka Dia akan menuntunmu untuk mengetahui sifat-sifat-Nya. Insyafi kelemahanmu, maka dia akan membimbingmu menuju kekuatan-Nya.

Manfaatkan dorongan keyakinan dan yakinlah terus, jika engkau mau sungguh-sungguh mempelajari ilmu kaum sufi. Jadikan keyakinan itu landasan dalam segala usahamu. Tekunlah dalam belajar, sebagai kewajiban yang harus dijalankan, dan jangan pedulikan orang lain yang bakal menyimpangkanmu darinya atau mencemarkan tasawuf, entah dalam diri atau dalam tulisan, entah secara langsung atau tidak langsung. Adalah memalukan bila seseorang yang cerdas dan memiliki pemahaman diperkenalkan pada satu persoalan yang tidak bisa mengambil manfaat darinya, dan lebih-lebih jika seorang pemfitnah berhasil memalingkan dirinya dari hal itu, seperti baru saja kukemukakan.

Dalam surat sebelumnya aku menulis tentang tulisan-tulisan sufi yang mesti engkau baca. Aku menyebutkan bahwa yang terpenting  diantaranya adalah kitab karya syaikh Abu Thalib. Keinginanmu untuk menelaah dan mengkaji kitab ini mestilah sama dengan keinginan untuk mencari apa yang bisa mengakhiri kekalutanmu dan mengobati penyakitmu. Di sini aku sebutkan kitab Qut Al-Qulub (santapan qalbu). Kitab ini akan membantumu mencapai setiap tujuan yang engkau cari. Mulailah dengan bergaul bersama seorang yang beriman kuat dan memiliki kematangan spiritual, dan dengan memperhatikan masalah-masalah yang merugikanmu dan yang menguras inti keberadaanmu. Aku belum mengetahui dewasa ini seorang yang sangat ahli seperti guruku Sulayman, semoga Allah merahmatinya. Karena itu, terimalah darinya apa saja yang engkau pandang membantumu dalam memperkaya qalbumu dan memelihara hubunganmu dengan Tuhan. Belajarlah mengucapkan shalawat atas Nabi Muhammad Saw. , sebab aku tahu beberapa sufi menyebut-nyebut shalawat sebagai sarana memperkuat keyakinan.33 Karenanya, tingkatkan amal-amalmu dalam hal itu.

Inilah pandanganku tentang cara-cara yang tepat yang menghilangkan kekalutanmu dan mengobati penyakitmu, asalkan engkau mau mengamalkannya. Tidak, jika engkau tidak mau mengamalkan hal itu, dan dengan begitu tidak menemukan kepuasan dari nikmat-nikmat Tuhan Yang Maha Rahman ketika engkau menapaki jalanmu. Kecuali dalam cara-cara lahiriah maka aku yakin bahwa engkau bakal bekerja keras selama seribu tahun, dan tak bakal memuaskan keinginanmu atau menemukan apa yang tengah engkau cari. Kemajuan yang engkau raih akan tetap merupakan harapan yang jauh. Setelah engkau mengerjakan semua amalan yang aku anjurkan ini, dan qalbumu tak lagi mengalami kebingungan, maka engkau telah siap mendekati rahmat-rahmat Allah yang mengagumkan.

Kemudian, sudah barang tentu, engkau mesti bersabar dalam amalan-amalan ini selama sisa hidupmu. Segala sesuatu yang aku bicarakan dalam surat ini dimaksudkan mengajarimu secara sederhana cara bergerak maju meraih tujuan yang engkau inginkan, dengan bantuan Allah. Ia adalah suatu metode spiritual. Ia tidak melibatkan amalan-amalan fisik, kecuali seperti yang dalam berbagai hal biasa, dan tidak ada kerja yang menguras tenaga secara psikologis. Dalam hal ini hakikat metode itu biasa segera dipahami dan mudah dimengerti. Hanya saja, untuk bisa benar-benar mencapai tujuan itu, kita mesti bergantung kepada Allah Swt. dan memusatkan perhatian penuh kepada-Nya di sepanjang jalan kesabaran. Ini akan memberikan kebahagiaan luar biasa. Inilah awal dari apa yang dibicarakan kaum sufi. Orang yang sabar bakal benar-benar bisa mencapainya.

Sahl Ibn ‘Abdullah berkata, “Seorang hamba dalam segala keadaan, harus berjalan menuju Tuannya. Tindakan kembalinya, terus-menerus kepada-Nya merupakan keadaan spiritual paling baik dalam diri sang hamba. Manakala dia tidak patuh; dia berkata, “Ya Tuhan, ampunilah aku.” Manakala ketidakpatuhannya berakhir, dia mengatakan, “Ya Tuhan berpalinglah kepadaku.” Manakala Dia sudah berbuat begitu, sang hamba pun berkata, Ya Tuhan, terimalah daku.” Mengomentari kata-kata Nabi Saw., Dia menjadikan segala sesuatu mudah, karenanya jangan mempersulitnya”. Salah seorang sufi berkata, “Maksud ucapan itu ialah, ‘Bimbinglah mereka kepada Tuhan dan jangan kepada sesuatu selain-Nya; sebab orang yang menuntunmu kepada dunia ini telah menipumu, dan orang yang menuntunmu kepada Tuhan telah melindungimu.”

Hanya orang yang kalbunya hidup dengan keimanan saja yang mampu menempuh Jalan ini. Tandanya yang pasti adalah bahwa orang seperti ini bangkit, bersiap siaga dan peka dengan amalan keagamaannya manakala timbul berbagai perubahan dan rintangan, entah dalam bentuk kesempatan atau keluasan. Orang yang kalbunya mati, dan yang kebal terhadap hal-hal semisal itu serta asik benar mengumbar hawa nafsunya dalam kejahatan, tidak boleh memandang hal ini. Orang semisal itu makin bertambah saja pengetahuannya tentang kejahatan dan kemaksiatan, dan akan mendapati kelakuannya hanyalah kesesatan dan kerugian. Dia mesti menghindari racun mematikan dan menyibukkan diri dengan berbagai peringatan tentang keingkaran yang telah sampai kepada kita di dalam Kitab Suci Al-quran dan Sunnah Nabi serta ucapan-ucapan para ulama. Dia mesti pula memperhatikan batas-batas dan sangsi-sangsi hukum di alam jasmani maupun rohani. Tak ada obat lain terhadap jenis penyakit ini.

Terlepas dari apa yang aku jelaskan dalam uraian singkat dan tak memadai ini, aku tak bisa berbicara lebih dari ini dalam masalah itu. Yakinilah ini dan amalkanlah, sebab ini adalah cara yang mujarab dalam menuju kebaikan dan peningkatan. Dan Allah berjaya dalam urusan-Nya,(QS 12-21). Jika Allah menolongmu, maka tak bakal ada seorang pun mampu mengalahkanmu; dan jika Allah tidak menolongmu, lantas siapa lagi yang bisa menolongmu?” (QS 3 : 160). Segala sesuatu kembali kepada-Nya. Karena itu, sembahlah Dia, dan berimanlah kepada-Nya, sebab cukuplah Allah bagi yang bertawakal kepada-Nya.[*]

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *