SURAT KE DELAPAN
Kepada Yahya Al-Sarraj. Surat tentang amal dan keadaan-keadaan spiritual (hal) yang dibutuhkan oleh orang yang bertobat jika dia ingin mantap dalam keadaan tobat. Disertakan juga hal-hal bermanfaat lainnya.
Segala puji bagi Allah semata.
Telah kuterima suratmu, dan telah kubaca surat itu seluruhnya dengan teliti dan cermat. Kecuali untuk soal hamba bertobat yang telah mengalami perubahan dan tengah menempuh jalan orang yang mengabdi kepada Allah. Aku tahu tak ada satu soalpun dalam surat itu yang memerlukan jawaban sangat mendalam. Aku gembira bahwa engkau memusatkan perhatianmu pada soal itu. Sebab kita tahu bahwa seorang hamba seperti ini bakal beroleh ganjaran melimpah dari Allah Swt. dalam kehidupan akherat nanti. Semoga Allah Swt. menganugerahkan kemenangan surgawi dan keharuman samawi yang tidak bisa diukur kecuali oleh orang yang memiliki makrifat (pengetahuan mendalam) tentang-Nya.
Tobat adalah salah satu keharusan utama yang diperintahkan dalam berbagai hadis Nabi yang terkenal. Di antara soal-soal penting, kedudukan iman didasarkan pada tobat: Tidak ada seorang pencari pun bisa menghilangkannya dalam kemajuan spiritualnya. Tidak pula dia bisa menghindarinya hanya dengan berpaling darinya. Jelaslah bahwa sang hamba mesti harus memperhatikan awal, kelanjutan, pertumbuhan, dan peningkatan tobatnya. Dia mesti melindungi watak hakikinya dengan rajin bekerja, dan memperkuatnya dengan meningkatkan daya tahan.
Untuk tawakal dan mengalami tobat sepenuhnya, dia harus benar-benar beribadah dan bersikap murah hati. Begitulah cara mensyukuri kedudukan yang dianugerahkan oleh Allah. Mensyukuri keadaan yang meningkat yang bertalian dengannya. Dari sudut pandang iman, pengetahuan dan tindakan yang didasarkan atas tobat merupakan kewajiban-kewajiban penting. Segenap kehidupan orang-orang yang bijak dan memiliki pengetahuan spiritual, sibuk dengan tobat dan penyesalan, sebagai salah satu perhatian utama mereka. Setelah engkau memahami hal itu dengan jelas, aku ingin agar engkau mengetahui juga bahwa apa yang sedang aku bahas ini terbagi kedalam dua kategori, yang umum dan yang khusus.
Segi umum tobat ditunjukkan dan dijelaskan dalam Kitab Allah, hadis-hadis Rasul-Nya, dalam ucapan-ucapan para salaf (pendahulu kita dalam agama), dan dalam berbagai sumber-sumber tersebut di atas yang disampaikan oleh para pemimpin agama. Seseorang yang berusaha beroleh manfaat dari pengetahuan ini dan menempuh jalan ini, mestilah mendengarkan, dengan telinga qalbunya, sanggahan-sanggahan tak bermakna yang dilontarkan oleh orang munafik dan suka membantah tentang soal-soal ini.
Dia mesti sanggup menghadapi berbagai rasionalisasi mereka yang sudah diputarbalikkan, hingga suatu saat semuanya itu menampakkan hakikatnya. Dengan demikian, segenap keraguan dalam diri sang pencari pun akan bisa dijelaskan.
Segi-segi khusus itu meliputi pengetahuan tentang berbagai kedudukan dan keadaan sang hamba. Entah dalam keadaan diam atau bergerak, entah di depan umum atau dalam kesendirian, dalam soal-soal yang sudah ditetapkan baginya atau dalam situasi-situasi di mana dia menjalankan kebebasan pribadi. Di saat-saat musim makmur atau paceklik, dalam kesendirian atau dalam bergaul dengan orang lain, dalam semua tindakan dan juga perkataannya. Sang hamba tidak boleh beranggapan bahwa dia memilki kesadaran penuh, kecuali melalui pergaulan dengan seseorang yang berpegang pada kebenaran, yang sudah terjun kedalam lautan ini dan yang sudah belajar membedakan antara permata berharga dan batu karang.
Dia harus menerima bantuan yang hanya bisa diberikan seorang guru, ketika guru tersebut memberikan kepada sang pencari apa yang dikehendakinya, memberinya fondasi dalam kebenaran Mistik dan dalam menghilangkan kepura-puraan. Biarlah sang guru yang mengajari sang pencari beberapa rahasia yang tampak jelas bagi sang guru, menunjukkan kegagalan dan hambatan sang pencari, serta memberinya pengajaran yang tepat tentang keadaan spiritualnya. Jika sang hamba berhasil menemukan guru yang unik ini, dia mesti benar-benar mengikutinya dan menempuh jalannya yang terang. Kalau tidak, dia mestilah mengikuti kehati-hatian dan kebijaksanaan tanpa ragu-ragu sedikit pun. Dengan demikian, jalan ketabahan dan ketakwaan kepada Allah akan terbuka lebar dihadapannya. Inlah cara yang paling bermanfaat untuk mencari dan mencapai tujuan.
Aku memutuskan untuk menyebutkan di sini hanya beberapa sifat kedudukan tobat, yang kelihatannya paling cocok dalam konteks ini. Uraian dan paparan yang mendalam tentang sifat-sifat setiap kedudukan tidaklah bisa banyak membuka kunci khazanah rahasia-rahasianya selama hidup kita, dan bakal sia-sia saja dalam hal ini.
Engkau mesti memahami bahwa kedudukan tobat itu paling utama dan merupakan fondasi bagi berbagai kedudukan lainnya. Penyesalan berarti menukar perbuatan-perbuatan dosa dengan perilaku terpuji. Ini meliputi gerakan lahir dan batin, keyakinan, kata-kata, dan tindakan. Dalam penyesalan dan tobatnya, sang hamba pertama-tama mesti menaruh kepercayaan kuat-kuat pada ketulusan gurunya agar beroleh keputusan dengannya, tunduk kepada perwaliannya, dan mencari apa yang diinginkan sang guru ketika bergaul dengannya. Kemudian sang hamba mestilah meneliti memeriksa perilaku batiniahnya, lalu meninggalkan kelakuan-kelakuan bodoh dan kegemarannya akan kesia-siaan duniawi.
Dia juga harus memeriksa dengan cermat perilaku lahiriahnya agar selaras dengan syarat-syarat hukum, dan menyucikannya dari berbagai pengaruh kebiasaan dan kecenderungan hawa nafsu. Yang demikian itu menyiapkan dirinya untuk memperoleh berbagai rahmat dan manfaat dari perilaku yang baik sewaktu dia bergegas menuju kesalehan, ketaqwaan kepada Allah, dan mengutamakan kehidupan akherat ketimbang kehidupan dunia ini; dan sewaktu dia perlahan-lahan bergerak maju memantapkan pijakan yang kokoh di bawah bimbingan dan pengawasan yang baik dari sang guru.
Selain itu, sang hamba bakal memetik buah dari kegiatan memanfaatkan waktunya dengan sangat baik: mawas diri, mencela perbuatan dosanya, dan menundukkan kecenderungan-kecenderungan untuk durhaka yang ada dalam dirinya; memeriksa ketulusan niatnya; mengutamakan pemikiran qalbunya; segera memperbaiki kezaliman dan menghormati kesepakatan; mengejar berbagai kewajiban dan keharusan yang terlewatkan; menghindari kesombongan, menghindari dosa-dosa; mengurangi kemaksiatan; lemah-lembut; menyelamatkan inti wujudnya dari berbagai bencana dan kemalangan; tekun mengamalkan agama; dan bersikap-kasih sayang dan menasihati sesama Muslim sesuai dengan syarat-syarat agama dan perilaku teladan Rasulullah Muhammad Saw. Berkat manfaat-manfaat inilah, sang hamba terbebas dari tirani penindasan, dosa-dosa besar, dan kebencian. Kita berlindung kepada Allah dari hal-hal yang demikian itu.
Kemudian engkau perlu memahami, bahwa dalam tahap-tahap awal, orang yang bertobat terus-menerus dirundung kesedihan dan penyesalan yang mendalam. Sejenis kemabukan yang disebabkan oleh keadaan spiritual menguasai dirinya, mengalahkannya, dan mengancam bakal membuatnya lelah. Dia hanya bisa melihat kondisinya sendiri, dan tidak kuasa mengubahnya. Jiwanya tertundukkan, kemampuan berdoanya pun berkurang. Watak kemanusiaannya mengalahkan dirinya. Dia terus dalam keadaan demikian, hingga berbagai angan-angan kecemasan yang tak terhindarkan pun menimpa dirinya. Tentara ketakutan dan kekhawatiran, yang sebelumnya dia terbebas darinya, kini berkemah di halaman rumahnya. Maka dia harus percaya pada keimanannya dan tetap teguh dalam komitmennya. Begitulah, dia mesti bersabar dalam keadaan spiritual sejatinya dan memulai menakhlukkan tantara hawa nafsu yang tak terkendalikan.
Beraneka ragam orang mendapati diri mereka berada dalam situasi ini. Situasi ini menguji keberanian orang-orang jahil dan bodoh maupun orang-orang bijak. Inilah “Perjuangan Besar”, yang bila perjuangan melawan orang-orang kafir dibandingkan dengannya nampak tak berarti apa-apa dan lebih rendah derajatnya.1
Manakala sang hamba keluar sebagai pemenang, berarti dia telah menaklukkan kerajaan jiwa rendah (nafsu-ed.), dan berbahagia dalam taman-taman kesucian. Jika dia kalah, watak kemanusiaannya menguasai dirinya. Akhirnya dia memperoleh apa yang bertentangan dengan keinginannya. Dalam hal terakhir ini, dia mesti memperbarui tobatnya, memperhatikan sekali lagi masalah itu, dan kembali kepada kondisi yang lebih tepat. Dia harus terus melanjutkan proses ini sepanjang berada di dunia ini.
Dalam menolak mentah-mentah kekuatan dan kemampuannya sendiri, dia harus bisa menemukan bagi tindakan-tindakan lahiriah dan batiniahnya, sehingga tak ada sesuatu pun bisa mencegah dirinya dari menuju dengan penuh kebebasan keharibaan Tuhan untuk selama-lamanya. Itulah dasar persoalan ini, dan merupakan tambahan yang kokoh. Orang yang berpegang erat-erat padanya bakal mampu bertahan secara lebih pasti.
Banyak pendahulu kita yang saleh (salaf) telah beroleh kemajuan dengan cara begini, dan bergegas penuh kepatuhan menuju tujuan ini. Sikap keagamaan dan praktik kebiasaan mereka terbentuk berkat semua sifat iman dan keyakinan yang bertambah, baik yang telah kusebutkan maupun tidak aku sebutkan. Bagi mereka, jalan kemajuan itu laksana kedudukan jalan penyegaran bagi pencari kehidupan abadi. Mereka bergembira dan berbahagia dengannya, tak ada usaha dan tak ada musuh yang mencegah mereka. Mereka bertahan dalam tujuan mereka, sebab mereka memiliki tanda-tanda yang jelas dari Tuhan dan keyakinan hakiki sebagai hasil dari amal mereka.
(bersambung)