Hati Senang

Shalat Orang Yang Khusyuk – Sayyid Abdul Husain Dastghaib – Perbuatan & Pendahuluan Shalat (3/10)

Shalat Orang Yang Khusyuk Sayyid Abdul Husain Dastghaib Penerjemah & Editor : Irwan Kurniawan Penerbit : Yayasan Bahtera Cinta Al Musthofa

(lanjutan)

takut kepada Allah Swt. Ketika orang-orang bertanya kepadanya tentang apa sebabnya, beliau menjawab, “Tahukah kamu, di hadapan siapa aku akan berdiri?”

Ketika Anda mendengar suara azan, Anda harus mengingat kengerian panggilan pada Hari Kiamat untuk hadir di Mahsyar:

وَاسْتَمِعْ يَوْمَ يُنَادِ الْمُنَادِ مِنْ مَّكَانٍ قَرِيبٍ

Dengarkanlah (seruan) pada hari (ketika malaikat) penyeru memanggil dari tempat yang dekat! (QS Qâf [50]: 41)

Jika Anda merasakan kegembiraan memenuhi hati saat mendengar suara lantunan azan dari muazin yang mengingatkan umat kepada Allah Swt, maka kabar baik dan kesuksesan akan datang kepada Anda pada hari kiamat.

Anda harus meninggalkan segala aktivitas dan mengosongkan hati untuk mendengarkan azan, dan mengikuti bait-bait lantunan azan yang dilantunkan muazin, dan mengulanginya di dalam hati.

Ketika mendengar seruan: Allahu Akbar, ingatlah kebesaran Allah Swt dan kehinaan segala sesuatu selain-Nya, apalagi di dunia ini, agar Anda bisa ikhlas ketika mengucapkan takbir.

Saat Anda mendengar tahlil (lâ ilaha illallâh), bersihkan pikiran Anda dari setiap sesembahan selain-Nya.

Ketika Anda mendengar nama Nabi Muhammad saw disebut, ingatlah keagungan dan kemuliaan Rasulullah saw, dan bershalawat atasnya dan atas keluarganya.

Ketika Anda mendengar Hayya ‘alâ…, bersiaplah untuk menunaikan shalat yang menjadi sarana meraih kejayaan dan kesuksesan dengan bertawakal kepada Allah dan memohon taufik-Nya dalam menunaikan hak dan kewajiban tersebut. Jadi, ketika Anda mendengar muazin berkata: Hayya ‘alash-shalah – Hayya ‘alal-falâh Hayya ‘alâ khairil-‘amal, ucapkanlah: Lâ haula wa lâ quwwata illâ billâhil-‘aliyyil-‘azhîm, tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan Allah Yang Mahatinggi lagi Maha Agung, sehingga membantu Anda dalam me-nunaikan hak-hak shalat.

MENGHADAP KEPADA ALLAH

Menghadap kiblat adalah salah satu syarat sahnya shalat. Sebagaimana wajah harus dihadapkan ke Ka’bah, demikian pula hati harus menghadap kepada Allah Swt. Inilah tujuan menundukkan anggota badan dan mengendalikan gerakan tubuh. Sebagaimana orang yang shalat hendaklah memusatkan pandangannya pada suatu titik, hendaklah ia juga mengarahkan hatinya hanya kepada Allah Swt. Jika tidak, maka ia akan terhalang dari mencapai derajat-derajat tinggi yang disediakan bagi orang yang shalat.

Disebutkan dalam hadis mulia dari Rasulullah saw, bahwa beliau bersabda:

أَمَّا يَخَافُ الَّذِي يُحَوِّلُ وَجْهَهُ فِي الصَّلَاةِ أَنْ يُحَوِّلَ اللَّهُ وَجْهَهُ وَجْهَ حِمارٍ

“Tidakkah orang yang memalingkan mukanya dalam shalat takut kalau Allah akan mengubah wajahnya menjadi muka keledai?1

Menoleh ke kanan dan ke kiri menunjukkan kurang-nya kehadiran hati. Sebagaimana seekor keledai terhalang dari mencapai kedudukan tinggi bagi orang yang shalat, demikian pula orang yang tidak mengarahkan hatinya kepada Allah (tawajjuh) dalam shalatnya.

Diriwayatkan dari Imam Ja’far ash-Shadiq as, bahwa beliau berkata:

إِذَا اسْتَقْبَلْتَ الْقِبْلَةَ فَانْسَ الدُّنْيَا وَمَا فِيهَا ، وَالْخَلْقَ وَمَا هُمْ فِيْهِ، وَاسْتَفْرِغْ قَلْبَكَ عَنْ كُلِّ شَاغِلٍ يَشْغَلُكَ عَنِ اللهِ، وَعَايِنْ بِسِرِّكَ عَظَمَةَ اللَّهِ، وَاذْكُرْ وُقُوْفَكَ بَيْنَ يَدَيْهِ يَوْمَ تَبْلُوكُلُّ نَفْسٍ مَا أَسْلَفَتْ

“Ketika kamu menghadap kiblat, lupakanlah dunia dan segala isinya, serta manusia dan keadaan serta kondisinya, dan bebaskan hatimu dari segala sesuatu yang akan mengalihkan perhatianmu dari Allah. Lihatlah kebesaran Allah dengan mata hatimu, dan bayangkanlah saat engkau berdiri di hadapan-Nya pada hari ketika setiap jiwa akan merasakan pembalasan atas apa yang telah dikerjakannya.2

ANUGERAH ALLAH DALAM AZAN BAGI HAMBA-NYA

Setelah melaksanakan pendahuluan-pendahuluan shalat dengan tatacara seperti yang telah disebutkan di atas, ia mulai mengerjakan amalan-amalan shalat yang permulaannya adalah berdiri (qiyâm). Orang yang shalat harus membayangkan bahwa ia sedang berdiri di hadapan Penguasa Agung yang mengawasi batin dan perbuatan anggota badannya, sehingga ia harus berdiri seperti seorang hamba yang hina di hadapan tuannya dengan tunduk dan rendah hati.

Bilamana hati khusyuk maka anggota badan juga akan menjadi khusyuk. Oleh karena itu, hendaklah ia tidak memandang apa pun kecuali tempat sujudnya dan meletakkan kedua telapak tangannya di atas pahanya, serta mengingat-ingat ayat mulia berikut:

الَّذِي يَرَاكَ حِينَ تَقُوْمُ وَتَقَلُّبَكَ فِي السَّاجِدِينَ

(Dia) yang melihat ketika engkau berdiri (untuk shalat). Dan, (melihat) perubahan gerakan badanmu di antara orang-orang yang sujud. (QS asy-Syu’ara’ [26]: 218-219)

Sambil melakukan hal tersebut, ia bermaksud me-nunaikan kewajibannya, mendekatkan diri kepada Tu-hannya, dan menaati perintah-Nya. Ia mengingat bahwa Allah Swt telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepadanya dengan memperbolehkannya beribadah dan bermunajat kepada-Nya, terlepas dari segala dosa dan kemaksiatan yang mungkin telah dia lakukan.

Ia harus merenungkan keagungan Tuhan yang di-ajaknya bicara. Pantaslah bila dahinya bercucuran ke-ringat karena rasa malu yang luar biasa dan urat-uratnya gemetar.

Sebelum mulai bertakbiratul-ihram, hendaklah ia membaca doa berikut:

اللَّهُمَّ إِلَيْكَ تَوَجَّهْتُ، وَمَرْضَاتِكَ ابْتَغَيْتُ، وَبِكَ آمَنْتُ، وَعَلَيْكَ تَوَكَّلْتُ ، صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَآلِ مُحَمَّدٍ، وَافْتَحْ قَلْبِي لِذِكْرِكَ ، وَثَبِّتْنِي عَلَى دِينِكَ، وَلَا تُزِغْ قَلْبِيْ بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنِي، وَهَبْ لِي مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ

Ya Allah, kepada-Mu aku menghadap, keridhaan-Mu kucari, kepada-Mu aku beriman, dan kepada-Mu aku bertawakal, sampaikanlah shalawat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad, bukalah hatiku untuk mengingat-Mu, teguhkanlah aku dalam agama-Mu, jangan biarkan hatiku menyimpang setelah Engkau memberiku petunjuk, dan berilah aku rahmat dari sisi-Mu, sesungguhnya Engkau Maha Pemberi.

Kemudian dianjurkan untuk mengucapkan takbir dan membaca doa berikut ini:

اللَّهُمَّ أَنْتَ الْمَلِكُ الْحَقُّ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ، سُبْحَانَكَ إِنِّي ظَلَمْتُ نَفْسِي فَاغْفِرْ لِي ذَنْبِي إِنَّهُ لَا يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا أَنْتَ

Ya Allah, Engkaulah Raja yang sebenarnya, tidak ada Tuhan selain Engkau. Mahasuci Engkau. Sungguh aku telah menganiaya diriku sendiri, maka ampunilah dosaku. Tidak ada yang mengampuni dosa-dosa kecuali Engkau.

Setelah itu, ia bertakbir satu kali sebagai takbir wajib, atau tiga kali takbir mustahab sambil membaca doa tawajjuh berikut:

وَجَّهتُ وَجْهِيَ لِلَّذِي فَطَرَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ حَنِيفًا

(bersambung)

Catatan:

  1. 6. Mizan al-Hikmah, juz 5, hal. 406.
  2. 7. Mizan Al Hikmah, juz 5, hal.396.

Laman Terkait

Alamat Kami
Jl. Zawiyah, No. 121, Rumah Botol Majlis Dzikir Hati Senang,
RT 06 RW 04, Kp. Tajur, Desa Pamegarsari, Parung, Jawa Barat. 16330.