Hati Senang

Shalat Orang Yang Khusyuk – Sayyid Abdul Husain Dastghaib – Perbuatan & Pendahuluan Shalat (2/10)

Shalat Orang Yang Khusyuk Sayyid Abdul Husain Dastghaib Penerjemah & Editor : Irwan Kurniawan Penerbit : Yayasan Bahtera Cinta Al Musthofa

(lanjutan)

Penyucian dari penyakit cinta dunia adalah dengan mengingat kematian, kiamat, pertemuan dengan Allah, mereduksi ambisi dan keinginan, serta merenungkan lenyapnya dunia dan gejolaknya.

Bau busuk cinta duniawi muncul dan berpengaruh setelah kematian. Namun, para wali Allah menyaksikan hal itu di dunia ini. Hal itu disebutkan dalam hadis dari Imam Ja’far ash-Shadiq as:

مَثَلُ الدُّنْيَا كَمَثَلِ مَاءِ الْبَحْرِ كُلَّمَا شَرِبَ مِنْهُ الْعَطْشَانُ ازْدَادَ عَطَشًا حَتَّى يَقْتُلَهُ

Perumpamaan dunia ini adalah seperti air laut; semakin banyak orang haus meminumnya, semakin haus pula dia sehingga membunuhnya.1

Untuk meringkas, kami cukupkan dengan apa yang sudah disebutkan di atas tanpa membahas dalil-dalil tentang najis-najis batiniah ini yang terkandung dalam ayat-ayat Al-Quran dan riwayat-riwayat. Bagaimanapun, kita harus tahu bahwa hal yang paling penting dalam menghilangkan hambatan-hambatan ini adalah usaha dan kemampuan seseorang. Artinya, setiap individu harus berusaha sekuat tenaga untuk membuang kotoran hati dan batin tersebut serta menjauhkan dirinya dari kotoran-kotoran batiniah ini sebagaimana ia menyucikan tubuhnya dari kotoran lahiriah.

MENUTUPI CACAT BATINIAH

Di antara sejumlah pendahuluan shalat adalah menutup badan-sebagaimana disebutkan di dalam rilasah-risalah amaliah dan keharusan memakai pakaian yang suci dan bukan hasil rampasan. Maka kami katakan: Jika menutup aurat lahiriah adalah wajib, maka apalagi menutupi aurat batiniah, yang merupakan penyakit dan keburukan akhlak, yaitu menahan diri dari hal-hal yang haram dan dosa. Allah Swt berfirman:

وَلِبَاسُ التَّقْوَى ذَلِكَ خَيْرٌ

Dan pakaian takwa itulah yang paling baik. (QS al- A’raf [7]: 26)

Oleh karena itu, orang yang shalat harus mengetahui bahwa keburukan dan kekotoran batinnya hanya bisa ditutupi dengan penyesalan, rasa malu, dan ketakutan kepada Allah. Kemudian dia berdiri di hadapan Tuhannya seperti seorang budak yang kabur ketika dia kembali kepada tuannya, dan ia muncul di hadapan-Nya setelah mengetahui bahwa tidak ada tempat berlindung atau jalan keluar dari-Nya kecuali kepada-Nya. Oleh karena itu, dia kembali sambil menundukkan kepalanya karena malu dan takut.

Sudah jelas bahwa orang yang menundukkan kepalanya pada hari ini maka kelak kepala itu diangkat, dan akan selamat pada hari kiamat, sebagaimana firman Allah Swt dalam Kitab-Nya:

وَلَوْ تَرَى إِذِ الْمُجْرِمُوْنَ نَاكِسُوا رُءُوسِهِمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ

Sekiranya kamu melihat orang-orang yang berdosa itu menundukkan kepala mereka di hadapan Tuhan mereka. (QS as-Sajdah [32]: 12)

PERBUATAN TERBAIK DI TEMPAT TERBAIK

Shalat di mana saja adalah boleh dan sah, sebagai- mana tercantum dalam hadis Nabi saw: جُعِلَتْ لِي الْأَرْضُ مَسْجِدًا وَطَهُورًا (Bumi ini dijadikan masjid dan suci bagiku)2. Namun, yang terbaik dan paling sempurna adalah menunaikan amalan mulia ini di tempat yang paling suci, yaitu masjid dan tempat mulia lainnya.

Diriwayatkan dari Imam Ja’far ash-Shadiq as, bahwa beliau berkata:

إِذَا بَلَغْتَ بَابَ الْمَسْجِدِ فَاعْلَمْ أَنَّكَ قَصَدْتَ بَابَ بَيْتِ مَلِكٍ عَظِيمٍ لَا يَطَأُ بِسَاطَهُ إِلَّا الْمُطَهَّرُونَ

Ketika kamu sampai di pintu masjid, ketahuilah bahwa kamu telah menuju pintu rumah Raja Yang Agung yang karpetnya tidak boleh diinjak kecuali oleh orang-orang yang telah bersuci.3

Kalimat dalam lanjutan hadis itu antara lain adalah:

وَاعْلَمْ أَنَّهُ قَادِرٌ عَلَى مَا يَشَاءُ مِنَ الْعَدْلِ وَالْفَضْلِ مَعَكَ وَبِكَ، فَإِنْ عَطَفَ عَلَيْكَ بِفَضْلِهِ وَرَحْمَتِهِ قَبِلَ مِنْكَ يَسِيرَ الطَّاعَةِ وَأَجْزَلَ لَكَ عَلَيْهَا ثَوَابًا كَثِيرًا، وَإِنْ طَالَبَكَ بِاسْتِحْقَاقِهِ الصِّدْقَ وَالْإِخْلَاصَ عَدْلًا بِكَ حَجَبَكَ وَرَدَّ طَاعَتَكَ وَإِنْ كَثُرَتْ، وَهُوَ فَعَّالٌ لِمَا يُرِيدُ . وَاعْتَرِفْ بِعَجْزِكَ وَتَقْصِيرِكَ وَفَقْرِكَ بَيْنَ يَدَيْهِ
فَإِذَا عَلِمَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ مِنْ قَلْبِكَ صِدْقَ الْالْتِجَاءِ إِلَيْهِ، نَظَرَ إِلَيْكَ بِعَيْنِ الرَّحْمَةِ وَالرَّأْفَةِ وَالْعَطْفِ وَوَفَّقَكَ لِمَا يُحِبُّ وَيَرْضَى فَإِنَّهُ كَرِيمٌ يُحِبُّ الْكَرَامَةَ لِعِبَادِهِ الْمُضْطَرِّينَ إِلَيْهِ الْمُحْتَرِقِينَ عَلَى بَابِهِ لِطَلَبِ مَرْضَاتَهُ، قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ: ﴿ أَمَّنْ يُجِيبُ الْمُضْطَرَّ إِذَا دَعَاهُ )

Ketahuilah bahwa Dia Mahakuasa atas apa pun yang Dia kehendaki, seperti berbuat adil dan memberikan anugerah-Nya kepadamu. Jika Dia berbelas kasih padamu dengan memberimu anugerah dan rahmat-Nya, maka Dia menerima ketaatanmu yang sedikit dan memberimu pahala yang banyak atasnya. Tetapi jika Dia menuntut keadilan darimu atas ketulusan dan keikhlasan yang sepantasnya ditujukan kepada-Nya maka Dia akan menghalangimu dan menolak ketaatanmu walaupun banyak. Dia Maha Melaksanakan apa yang Dia kehendaki. Dan akuilah kelemahan, kelengahan, dan kemiskinanmu di hadapan-Nya.

Kemudian, jika Allah menemukan di dalam hatimu ketulusan untuk berlindung kepada-Nya, Dia akan memandangmu dengan pandangan belas kasihan dan kebaikan, dan akan memberimu taufik dalam melakukan apa yang diridhai-Nya. Sesungguhnya Dia Maha Pemurah dan Dia senang menunjukkan kemurahan-Nya kepada hamba-hamba-Nya yang kesusahan, yang terbakar di pelataran-Nya untuk mencari keridhaan-Nya. Allah Swt berfirman: Apakah (yang kamu sekutukan itu lebih baik ataukah) Zat yang mengabulkan (doa) orang yang berada dalam kesulitan apabila dia berdoa kepada-Nya. (QS an-Naml [27]: 62).

Ketika orang yang shalat sampai di depan pintu masjid, tangannya harus hampa dari benda-benda ma- teri, dan harapannya harus bergantung pada rahmat Allah yang mahaluas saja, serta lidahnya harus berkata: “Bolehkah aku masuk, ya Allah?”

SAATNYA UNTUK KEHADIRAN DAN MENDAPAT KEMULIAAN

Salah satu pendahuluan shalat yang lain adalah waktu.

Setelah memasuki waktu shalat, hendaklah ia merenungkan baik-baik bahwa inilah saatnya untuk me- nunjukkan peribadahan dan mencapai derajat orang- orang terdekat [dengan Allah] melalui ibadah dan ketaatan. Dengan demikian, ia bersiap dengan segala semangat dan kerinduan untuk mencapainya, sementara ia dalam keadaan cemas terhadap kekotoran batiniah dan najis ruhaniah dalam dirinya, yang beberapa di antaranya telah kami sebutkan sebelum ini. Kecemasan tersebut merupakan salah satu keadaan orang-orang saleh. Sebaliknya, ketidakpedulian dan kelalaian terhadap kotoran-kotoran jiwa merupakan salah satu tanda kecelakaan dan jauh dari rahmat Allah Swt.

BERZIKIR SAAT BERWUDHU DAN AZAN

Telah disebutkan tentang keadaan Imam As-Sajjad Ali bin al-Husain Zainul Abidin as bahwa ketika beliau sedang berwudhu, kulitnya menjadi pucat karena …

(bersambung)

Catatan:

  1. Al-Kafi, juz 2, hal. 136.
  2. Wasa’il asy-Syi’ah, Makaan al-Mushallå, bab 1, hadis no. 2.
  3. Mizan al-Hikmah, juz 4, hal. 396.

Laman Terkait

Alamat Kami
Jl. Zawiyah, No. 121, Rumah Botol Majlis Dzikir Hati Senang,
RT 06 RW 04, Kp. Tajur, Desa Pamegarsari, Parung, Jawa Barat. 16330.