Shalat Orang Yang Khusyuk – Sayyid Abdul Husain Dastghaib – Pendahuluan (6/8)

Shalat Orang Yang Khusyuk
Sayyid Abdul Husain Dastghaib
Penerjemah & Editor : Irwan Kurniawan
Penerbit : Yayasan Bahtera Cinta Al Musthofa

(lanjutan)

KEADILAN BERARTI MENEMPATKAN SESUATU PADA TEMPATNYA

Keadilan adalah bertindak dalam setiap hal sesuai dengan kuantitas dan kualitasnya, tanpa melampaui batas, seperti memberikan pahala kepada orang yang beramal sesuai dengan amal dan niatnya. Demikian juga, termasuk keadilan adalah memberikan taklif atau tugas kepada manusia sesuai dengan kadar kemampuan mereka.

Allah Swt menciptakan hamba-hamba-Nya dan membebankan tugas-tugas tersebut kepada mereka sesuai dengan kemampuan mereka, atau bahkan kurang dari itu. Dia memberi mereka kemampuan untuk melakukannya, dan menyempurnakan hujjah atas mereka melalui para Nabi dan menunjukkan kepada mereka jalan menuju surga. Dia memberitahukan kepada mereka tentang Hari Penghisaban dan Pembalasan, dan bahwa setiap jiwa akan diberi balasan atas apa yang telah dilakukannya:

فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَه وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَه

Siapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarah, dia akan melihat (balasan)-nya. Siapa yang mengerjakan kejahatan seberat zarah, dia akan melihat (balasan)-nya. (QS az-Zalzalah [99]: 7-8)

MENGINGKARI HARI KIAMAT ADALAH PENGINGKARAN TERHADAP SEMUA AGAMA DAN RASUL

Adapun kebangkitan (ma’ad), yaitu kembalinya ruh ke jasadnya pada hari kiamat setelah sekian lama berpisah, yang disebut kebangkitan jasmani, merupakan salah satu ajaran prinsip dalam agama Islam. Siapa pun yang mengingkarinya maka ia kafir. Bahkan hal ini berlaku dalam semua agama, karena setiap Nabi yang diutus kepada manusia menyeru mereka untuk beribadah kepada Allah dan kembali kepada-Nya. Mengingkari hari kiamat berarti mengingkari para Nabi dan agama yang mereka bawa.

Begitu pula, wajib meyakini beberapa hal yang diriwayatkan oleh Rasulullah saw dan para Imam as, dan beberapa di antaranya adalah ajaran prinsip dalam agama, seperti keyakinan akan pertanyaan Munkar dan Nakir, siksa kubur bagi orang-orang yang berdosa, pahala di Alam Barzakh bagi orang-orang yang berbuat baik, kitab catatan amalan, Ash-Shirath, Al-Mizân, surga serta kenikmatannya yang tidak terpikirkan dalam pikiran manusia, dan jahanam serta siksaannya yang tidak dapat dipikul oleh langit dan bumi.

MENYIRAM BENIH IMAN DENGAN AIR IBADAH

Setelah menanam benih keimanan dan keyakinan terhadap prinsip-prinsip agama yang telah kami jelaskan secara ringkas, maka semua itu harus disirami dengan air ibadah dan pengharapan pada rahmat Allah Swt. Hal ini juga harus dipupuk dengan api ketakutan dan mencari perlindungan di pelataran kesucian; disucikan dari noda- noda keburukan dan kemaksiatan hingga keyakinan bertambah dan semakin sempurna hari demi hari, dan cahaya iman memancar di dalam hati. Pada hari itu, seseorang akan mendapat manfaat dari keimanannya secara utuh. Allah Swt berfirman:

يَوْمَ تَرَى الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ يَسْعَى نُورُهُمْ بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَبِأَيْمَانِهِمْ

Pada hari engkau akan melihat orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan, cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka. (QS al-Hadid [57]: 12)

HAWA NAFSU ADALAH TABIR YANG PALING KUAT

Merendah kepada Allah dan bertawasul dengan Ahlulbait as sangatlah perlu agar Allah Swt memberi kita keyakinan, karena Dialah Sumber kebahagiaan abadi. Meminta keyakinan dari Allah dapat dilakukan dengan bertawasul kepada-Nya dan dengan amal-amal saleh yang disertai dengan ketulusan dan keikhlasan, karena hawa nafsu adalah musuh yang paling keras terhadap manusia.

Imam Ja’far ash-Shadiq as berkata:

وَلَا حِجَابَ أَظْلَمُ وَأَوْحَشُ بَيْنَ الْعَبْدِ وَبَيْنَ اللَّهِ تَعَالَى مِنَ النَّفْسِ وَالْهَوَى، وَلَيْسَ لِقَتْلِهِمَا فِي قَطْعِهِمَا سِلَاحٌ وَآلَةٌ مِثْلُ الْافْتِقَارِ إِلَى اللَّهِ وَالْخُشُوعِ وَالْجُوْعِ وَالظَّمَأِ بِالنَّهَارِ وَالسَّهَرِ بِاللَّيْلِ.

Tidak ada tabir yang lebih gelap dan lebih keras antara hamba dan Allah Swt daripada nafsu dan keinginan rendah. Untuk membunuh keduanya hingga tuntas, tidak ada senjata dan alat yang lebih ampuh daripada: berharap kepada Allah, kekhusyukan, lapar dan haus pada siang hari, dan terjaga pada malam hari-yakni puasa pada siang hari dan shalat tahajud pada malam hari.1

Di sini kami akan menyebutkan beberapa riwayat yang berkenaan dengan keutamaan shalat :

(bersambung)

Catatan:

  1. Bihar al-Anwar, juz 67, hal. 69.

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *