Hati Senang

Shalat Orang Yang Khusyuk – Sayyid Abdul Husain Dastghaib – Kehadiran Hati dalam Ibadah (3/3)

Shalat Orang Yang Khusyuk Sayyid Abdul Husain Dastghaib Penerjemah & Editor : Irwan Kurniawan Penerbit : Yayasan Bahtera Cinta Al Musthofa

(lanjutan)

PETUNJUK UNTUK MEMPEROLEH KEHADIRAN HATI

Jika Anda mencari [kebahagiaan] akhirat, bacalah lebih banyak Al-Quran dan biasakan, seperti yang diperintahkan oleh Al-Quran sendiri : فَاقْرَءُوا مَا تَيَسَّرَ من القرآن

Oleh karena itu, bacalah [ayat] Al-Quran yang mudah [bagimu]-QS al-Muzzammil [73]: 20). Jangan lalai untuk merenungkan ayat-ayatnya, dan jangan abai untuk mengingat kematian dan kengeriannya. Jangan meninggalkan ziarah, mendengarkan khotbah, dan membaca buku-buku nasihat dan akhlak.

Jadi, sudah jelas bahwa syarat kehadiran hati da- lam shalat adalah orang yang shalat memperhatikan shalatnya. Kami akan tunjukkan beberapa kendala dalam memperoleh kehadiran hati.

MELIHAT DAN MENDENGAR SAAT SHALAT

Adapun hambatan kehadiran hati [dalam shalat] adalah pikiran-pikiran yang muncul dalam hati orang yang shalat. Untuk menghilangkannya perlu dihilangkan dulu sebab-sebabnya, baik eksternal maupun internal.

Hambatan eksternal kebanyakan muncul melalui panca indera, dan yang terpenting di antaranya adalah mata dan telinga.

Hati bagaikan sebuah baskom yang di dalamnya terdapat aliran panca indera. Makna dan pikiran masuk ke dalam hati melaluinya, dan beberapa gambaran dan pemikiran dapat masuk ke dalam hati dari melihat gambar atau mendengar suara.

Menghilangkan hambatan seperti ini dilakukan dengan cara orang yang shalat mengendalikan matanya dan tidak melihat ke arah tertentu di sekelilingnya, melainkan ketika berdiri ia melihat ke tempat sujud, dan ketika rukuk ia melihat apa yang ada di antara kedua kakinya, ketika sujud ke ujung hidung, dan ketika tasyahud ke pangkuannya. Hendaklah ia tidak mengerjakan shalat di tempat yang banyak orang berlalu-lalang, atau di tempat yang banyak tulisan dan gambar. Secara umum, ia harus menahan diri untuk tidak melakukan apa pun yang bisa menarik perhatian.

Sekiranya menutup mata lebih mengundang kehadiran hati, maka silakan dilakukan. Meskipun hal itu adalah makruh, namun jika bermanfaat dalam mengundang kehadiran hati maka tidak apa-apa dilakukan. Beberapa orang saleh shalat di tempat yang hampir gelap dan sempit untuk menyingkirkan hambatan dari luar atau eksternal.

HAMBATAN INTERNAL LEBIH BERAT KETIMBANG HAMBATAN EKSTERNAL

Penyebab batiniah dan hambatan yang bersifat internal terhadap kehadiran hati selalu lebih besar pengaruhnya dibandingkan dengan hambatan yang bersifat eksternal, sebab barangsiapa yang ternoda oleh hal-hal material dan perhatiannya pada urusan duniawi semakin besar, maka pikirannya tidak akan tenang dan jernih. Dengan demikian, diperolehnya ke- hadiran hati bagi orang yang hanyut dalam hambatan internal akan menjadi mustahil atau sulit. Namun demikian, memperoleh kehadiran hati bukan berarti hal mustahil. Oleh karena itu, orang yang berusaha untuk menghilangkannya harus menempuh caranya yang khusus.

Mula-mula, ia harus memahami makna perbuatan dan bacaan yang dilakukan di dalam shalat secara detail, dan mengosongkan hatinya sebisa mungkin dari urusan duniawi selama mengerjakan shalat. Hal itu bisa dilakukan dengan mengingat betapa sulitnya keadaan saat kematian serta kengerian saat dicabut nyawa dan keluarnya ruh dari raga. la juga harus mengingat kiamat dan kengeriannya, terutama posisi timbangan amal (Al- Mizân) dan tidak diterimanya shalat yang berarti tidak diterimanya seluruh amal perbuatan, sehingga ia harus berupaya untuk mengisi kekurangannya dan mencapai kondisi kehadiran hati selama mengerjakan shalat.

Setelah hatinya lembut dengan cara itu, dan air mata terkadang meleleh akibat mengingat kesulitan dan kengerian yang akan datang, maka ia akan siap untuk masuk ke dalam shalat.

MENINGGALKAN SEGALANYA KECUALI ALLAH

Diriwayatkan dari Amirul Mukminin as:

إِنَّ مِنْ أَحَبِّ عِبَادِ اللَّهِ إِلَيْهِ عَبْدًا … وَتَخَلَّى مِنَ الْهُمُومِ إِلَّا هَمَّا وَاحِدًا انْفَرَدَ بِهِ

Sesungguhnya hamba Allah yang paling Dia cintai adalah… dan yang bebas dari kekhawatiran kecuali satu kekhawatiran yang hanya ada pada dirinya.1

Maksudnya, ia tidak boleh mempunyai kekhawatiran atau kesedihan apa pun selain untuk urusan akhirat.

Jika urusan duniawinya sedemikian rupa sehingga tidak bisa ditinggalkan saat shalat, mengingat apa yang telah kami sebutkan, jika ia tulus mencari akhirat maka ia harus terlebih dahulu menghilangkan penyebab kelalaiannya, serta menyadari bahwa segala sesuatu yang membuatnya lalai terhadap Allah adalah musuhnya dan musuh agamanya, dan mereka adalah tentara setan.

la harus menghilangkan cinta dunia itu dari hatinya, mengarahkan hatinya kepada Allah, dan memusuhi segala sesuatu yang mempengaruhi serta melemahkan spiritualitasnya. Ia juga harus mencintai apa pun yang akan mendekatkannya kepada Allah.

KEBUN ABU THALHAH ADALAH SEDEKAH KARENA KELALAIANNYA

Diriwayatkan bahwa pada suatu hari, Abu Thalhah mengerjakan shalat di kebunnya. Ketika sedang shalat, ia melihat seekor burung di pohon yang ingin keluar dari dalam rimbunan pohon itu. Burung tersebut menarik perhatiannya sehingga ia tidak mengetahui berapa rakaat yang sudah dilakukannya.

Kemudian ia mendatangi Rasulullah dan menjelaskan apa yang telah dialaminya. Setelah itu, ia berkata, “Saya telah menyedekahkan kebun ini dan menyerahkan urusannya ke tangan Rasulullah untuk digunakan apa saja sesuai keinginan beliau.”

Perhatikanlah, bagaimana ia berjuang melawan nafsunya dan menentang setan, sehingga ia meninggalkan kebun yang menyebabkannya lalai dalam shalatnya.

Oleh karena itu, bagi mereka yang telah jatuh ke dalam perangkap dunia ini dan terikat padanya, sepatutnya melakukan apa yang akan kami sebutkan secara ringkas di bagian akhir buku ini.

PERTOLONGAN DARI ALLAH SWT

Setiap orang harus berusaha sekuat tenaga untuk menghilangkan hambatan-hambatan yang tampak maupun yang tersembunyi terhadap kehadiran hati. Jika ia mencurahkan perhatiannya untuk mencapai hal itu, niscaya Allah Swt akan membantunya, memberinya taufik, dan membukakan pintu rahmat-Nya baginya, seperti yang dijelaskan dalam Al-Quran:

وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِيْنَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ

Orang-orang yang berusaha dengan sungguh-sungguh untuk (mencari keridaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Sesungguhnya Allah benar-benar bersama orang- orang yang berbuat kebaikan. (QS al-‘Ankabût [29]: 69)

Catatan:

  1. Nahj al-Balaghah, Khutbah no.87
Alamat Kami
Jl. Zawiyah, No. 121, Rumah Botol Majlis Dzikir Hati Senang,
RT 06 RW 04, Kp. Tajur, Desa Pamegarsari, Parung, Jawa Barat. 16330.