18
Qalbu ibarat sebuah pohon, bila disiram dengan air ketaatan buahnya akan tampak jelas. Maka akan membuahkan penjagaan. Telinga akan membuahkan perhatian terhadap al-Qur’ān dan ‘ilmu. Lidah akan membuahkan dzikir dan ucapan yang baik. Kedua tangan dan kaki akan membuahkan ‘amal-‘amal kebajikan, taat, serta sikap mau membantu orang. Sementara bila qalbu kering, buahnya akan rontok dan manfaatnya hilang.
Oleh karena itu, kalau qalbu sudah kering perbanyaklah berdzikir. Kunjungilah majelis orang-orang wara‘ dan bijak. Jangan seperti orang sakit yang berkata: “Saya tak mau berobat. Nanti juga akan sembuh sendiri. Pasti lama-kelamaan sakitnya juga hilang.” Orang seperti ini harus dinasihati dengan mengatakan: “Engkau baru bisa sembuh kalau mau bertobat. Tak ada jaminan penyakitnya akan hilang sebelum berusaha mencari sebab.”
Perjuangan memang tidak manis. Ia disertai oleh ujung-ujung panah dan pertumpahan darah. Berjuanglah melawan nafsu agar ia mau taat. Itulah yang disebut dengan jihād terbesar.
Qalbu ibarat cermin, sedangkan nafsu seperti asap atau uap. Setiap kali asap itu menempel di cermin, cermin itu pun akan menghitam sehingga kejernihan dan keindahannya pudar. Qalbu yang lemah tak ubahnya seperti cermin milik orang tua renta yang sudah tak punya perhatian untuk membersihkannya. Ia abaikan cermin itu dan tak pernah lagi ia pakai sehingga wajahnya pun tak karuan.
Sebaliknya, qalbu yang mengenal Allah seperti cermin milik pengantin wanita yang cantik. Setiap hari ia bersihkan cermin tersebut dan ia pakai sehingga tetap bening dan mengkilat.
Rasūlullāh s.a.w. bersabda: “Qalbu manusia lebih bergolak daripada kuali yang sedang mendidih di atas api”. Betapa banyak orang mu’min yang qalbunya kadang menyatu dengan Allah tetapi sebentar kemudian berpisah. Betapa banyak ahli ibadah yang menghabiskan malamnya dalam taat kepada Allah, tetapi ketika matahari menyingsing ia tak ingat lagi pada-Nya. oleh karena itu, Rasūlullāh s.a.w. berdoa: “Yā Mutsabbit-al-qulūbi wal-abshār, tsabbit qalbi ‘alā dīnika wa thā‘atika (Wahai yang membolak-balikkan qalbu dan pandangan. Teguhkan qalbuku ini di atas agama dan ketaatan pada-Mu).
Qalbu sama seperti mata. Bukan keseluruhan mata yang bisa melihat. Tetapi, lensanya saja. Demikian pula dengan qalbu. Yang dimaksud bukanlah unsur dagingnya. Tetapi, unsur halus yang Allah letakkan di dalamnya. Unsur itulah yang bisa memahami. Sengaja Allah tempatkan qalbu bergantung di sisi bagian kiri seperti ember. Kalau dibebani oleh lintasan taqwā ia juga akan bergerak. Kadangkala lintasan hawa nafsu atau syahwat yang lebih dominan, dan kadangkala pula lintasan taqwā yang lebih dominan. Pada saat tertentu lintasan nafsu dikalahkan oleh lintasan taqwā sehingga qalbu pun memujimu. Tetapi, pada saat yang lain, lintasan taqwā dikalahkan lintasan nafsu sehingga qalbu pun mencelamu. Kedudukan qalbu seperti atap rumah. Bila engkau menyalakan api di dalam rumah, asapnya akan membumbung ke atap hingga membuatnya hitam.
Begitulah api syahwat, kalau sedang berkobar di dalam tubuh, asap-asap dosanya akan naik ke qalbu dan membuat qalbu tersebut hitam. Sehingga ia menjadi hijab yang membungkus permukaannya. Jika engkau hendak membersihkan dan membuatnya kembali bening, serta hendak mengangkat karat yang menempel padanya, engkau harus melakukan empat hal:
Qalbu yang lemah tak ubahnya seperti cermin milik orang tua renta yang sudah tak punya perhatian untuk membersihkannya. Ia abaikan cermin itu dan tak pernah lagi ia pakai sehingga wajahnya pun tak karuan. Sebaliknya, qalbu yang mengenal Allah seperti cermin milik pengantin wanita yang cantik. Setiap hari ia bersihkan cermin tersebut dan ia pakai sehingga tetap bening dan mengkilat.
1). Banyak berdzikir dan membaca al-Qur’ān,
2). Selalu diam dan sedikit bicara,
3). Menyendiri untuk munajat kepada Tuhan Yang Maha Kuasa dan Maha Mengetahui,
4). Sedikit makan dan sedikit minum.
Sebaliknya, ada empat hal yang bisa mematikan qalbu:
1). Duduk bersama orang kaya,
2). Berbicara dengan wanita,
3). Jarang berdzikir,
4). Banyak makan.
Bila ingin membersihkan air, engkau harus menjauhkannya dari barang-barang kotor yang bisa membuatnya najis. Sementara itu anggota badan manusia ibarat saluran air yang mengalir menuju qalbu dan menumpahkan airnya di sana.
Oleh karena itu, janganlah engkau menyiram qalbumu dengan perbuatan hina seperti ghībah, namīmah, berkata kotor, mendengar yang terlarang, melihat kepada yang tidak ḥalāl, memakan yang haram, dan sejenisnya. Qalbu tidak dikotori oleh yang keluar darinya. Tetapi, ia dikotori oleh yang masuk ke dalamnya.
Qalbu baru bersinar dan bercahaya dengan memakan yang ḥalāl, selalu berdzikir dan membaca al-Qur’ān disertai tadabbur, duduk bersama para ‘ulamā’ dan orang-orang mu’min, menjaga diri dari melihat sesuatu yang mubāḥ, memelihara diri dari yang terlarang dan makrūh, serta cemas terhadap segala maksiat. Peliharalah cahaya qalbumu wahai saudaraku. Janganlah engkau membuka tatapan mata kecuali untuk menambah ‘ilmu atau ḥikmah. Siapa yang ingin melihat kepada berbagai macam qalbu, hendaknya ia melihat berbagai jenis rumah di daerahnya. Ada rumah yang sudah rusak dan menjadi tempat ular dan macan. Ada rumah yang tak bercahaya, gelap gulita. Ada rumah yang menjadi tempat berkicaunya burung gagak dan hantu. Dan ada pula rumah yang ramai oleh penghuninya, menyebarkan wewangian dan bunga-bunga, serta disinari oleh kilauan bintang gemintang.
Lalu perhatikan qalbumu, termasuk yang manakah ia sehingga engkau benar-benar mengetahui. Bila ketika shalat, membaca al-Qur’ān, berdzikir, dan berkhalwat, qalbumu tidak hadir, tangisilah dirimu, taburilah kepalamu dengan tanah, (111) serta berdoalah agar Allah memberi qalbu yang khusyū‘. Ketahuilah bahwa orang yang qalbunya sedang sakit, karena maksiat dan nifāq, ia takkan bisa memakai baju ketaqwāan. Bila qalbumu terbebas dari segala penyakit nafsu dan syahwat, berarti engkau telah memperoleh taqwā.