(lanjutan)
Shalat merupakan suatu praktik eksternal maupun internal: serangkaian latihan fisik (ada yang membandingkannya dengan yoga asanas), serta latihan spiritual yang sangat tinggi nilainya. Dengan mempertimbangkan setiap aspek tersebut secara terperinci, kita dapat mempelajari mengapa para Sufi, dalam beberapa keadaan, berpikir bahwa mereka lebih baik mati daripada tidak melaksanakan shalât. Mâsya’ Allah!
Praktik shalat dikerjakan pada interval waktu yang teratur sepanjang hari dan seringan mungkin, dan dapat dikerjakan pada waktu yang lain sesuai dengan kemampuan yang melaksanakannya. Waktu pelaksanaan ditentukan menurut peredaran matahari dan planet-planet. Waktu-waktu shalât adalah sebagai berikut:
#Subuh: Berawal kira-kira empat puluh lima menit sebelum matahari terbit dan berlangsung sampai terbitnya matahari.
#Dzuhur: Berawal setelah matahari melewati titik tengah di langit dan baru mulai condong ke arah barat.
#’Asar: Berawal ketika matahari melintasi bagian tengah dari setengah lengkung yang dibuat matahari, titik tengah antara batas siang dan garis horizon, atau apabila bayangan tubuh sama dengan panjang tubuh.
#Maghrib: Berawal setelah matahari baru saja terbenam di bawah garis horizon sampai tak ada lagi cahaya yang terpantul pada awan (yaitu apabila tak ada lagi warna kemerahan di langit).
#Isya: Berawal ketika malam telah tiba, kira-kira satu jam dua puluh menit setelah waktu maghrib atau matahari terbenam.
Dengan mengikuti waktu-waktu shalat ini, orang secara sempurna akan menyelaraskan diri dengan gerakan-gerakan planet, perubahan-perubahan musim dan beberapa variasi geografis. Dengan demikian, orang akan menjadi harmonis dengan seluruh siklus alam semesta.
Terdapat tiga aspek shalat, yaitu pikiran, perkataan dan perbuatan. Sebelum memulai shalât, orang harus membersihkan dirinya dari kotoran-kotoran fisik pada tubuh atau pakaian, atau pada tempat pelaksanaan shalat tersebut. Pada saat itu juga, orang harus menghilangkan seluruh pikiran yang negatif atau yang jahat serta membersihkan pikiran untuk berkonsentrasi penuh pada keagungan Allah Yang Mahakuasa.
Persiapan ini disebut wudhu’, yang terdiri dari pembersihan tangan, pembersihan mulut (dan penyikatan gigi jika perlu), memasukkan air ke dalam hidung, menyapu muka dari bagian dahi sampai ke dagu dan dari telinga ke telinga, membersihkan lengan dari ujung jari-jari sampai ke siku, menyapukan air ke atas kepala sampai belakang leher, dan yang terakhir membersihkan kaki sampai ke mata kaki. Setiap pembersihan ini diulang tiga kali dan harus dikerjakan secara berurutan.
Apabila semua kegiatan tersebut telah selesai dikerjakan secara cermat, seseorang dapat memulai shalâtnya, dengan sikap rendah hati, dengan kepala menghadap ke bawah, tangan di samping dan kaki membuka tepat selebar bahu, mengucapkan niat untuk mengerjakan shalat, sebagai berikut:
Saya berniat untuk mengerjakan shalat, (….jumlah yang di wajibkan) raka’at shalât, menghadap ke qiblat, Ka’bah yang suci, hanya untuk Allah semata. Aku berlindung kepada Allah dari godaan syetan yang terkutuk, dan memulai dengan Nama Allah, Yang Maha Pengasih, Maha Pemurah.
Permohonan tersebut diucapkan dalam bahasa Arab, tetapi dengan bahasa yang lain juga sudah cukup memadai. Namun demikian, bacaan shalat yang lainnya harus diucapkan seluruhnya dalam bahasa Arab. (Bab yang berikutnya akan membahas vokal, bunyi bahasa dan pola-pola napas dalam bahasa Arab). Orang yang mengerjakan shalat harus menghadap ke arah kota Mekah, Saudi Arabia.
Shalat dikerjakan dengan melakukan delapan posisi tubuh (arkan) yang berbeda-beda dan membaca beberapa ayat Al- Qur’an pada setiap postur. Postur-postur ini selanjutnya akan digambarkan pada halaman berikut dan akan diberikan penjelasan singkat mengenai manfaat dari setiap postur tersebut.
POSTUR 1
Angkatlah kedua tangan, telapak tangan terbuka, ke atas sampai telinga, dan letakkan ibu jari di bawah daun telinga, sambil mengucapkan Allahu akbar.
Nama postur: Niat
Waktu yang diperlukan: 5 detik
Bacaan: Allahu akbar
Pengaruh-pengaruh yang menguntungan: Tubuh terasa ringan karena berat badan terbagi pada kedua kaki. Luruskan bagian punggung untuk memperbaiki postur. Pikiran berada dalam keadaan terkendali. Pandangan lurus dengan berpusat pada lantai tempat kepala menyentuh permukaan lantai. Otot-otot punggung sebelah atas dan sebelah bawah dalam keadaan kendur. Pusat otak atas dan bawah menyatu untuk membentuk kesatuan tujuan.