Penyembuhan Cara Sufi – Shalat : Postur Para Nabi – Pendahuluan (1/2)

Syakh Ghulam Moinuddin

Judul Asli : The Book of Sufi Healing
Penerjemah : Arif Rakhmat
Penyunting : Ahmad Norma Permata
Penerbit : Yayasan Bentang Budaya, Yogyakarta

Allah Yang Mahatinggi tidaklah mengutamakan pelaksanaan ibadah yang lain sebanyak yang Dia utamakan terhadap pelaksaan ibadah shalat. (Hazrat Khwaja Gharib Nawaz ra.)

Surat al-Fâtihah, surat pembuka Al-Qur’an, pada batas tertentu merupakan salah satu doa yang paling dalam dan paling terkonsentrasi, yang dapat dibaca oleh seseorang. Telah dinyatakan bahwa seluruh kandungan Al-Qur’an tercakup dalam surat pembuka Al-Qur’an ini. Dua dari tujuh ayatnya merupakan suatu permohonan khusus oleh seorang hamba kepada Allah yang Mahakuasa untuk memohon petunjuk-Nya:

Ihdinash-shirâth al-mustaqim

Shirath alladzina an’amta ‘alaihim

Tunjukkanlah kami jalan yang lurus.

Yaitu jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat atas mereka

Tidak hanya karena Allah Yang Maha Pemurah telah memberi manusia dengan permohonan yang paling baik, tetapi segera setelah mendengar permohonan yang tulus ini, Allah akan menerangkan kepada makhluk-Nya maksud dari dikabulkannya permohonan itu, dengan menyingkapkan seluruh Al- Qur’an sebagai petunjuk yang sempurna dan menyeluruh bagi umat manusia.

Namun demikian, dalam ayat-ayat pertama dari surat Al- Qur’an yang kedua, Allah telah memperlihatkan kunci-kunci yang dapat membuka rahmat dari kitab ini:

Dzalikal-kitabu lâ rayba fih

Hudan lil-muttaqin,

Alladzina yu’minuna bil-ghaybi wa yuqimúnash-shalâta wa mimmâ

razaqnahum yunfiqun

Kitab Al-Qur’an ini

tidak ada keraguan di dalamnya

Petunjuk bagi mereka yang bertaqwa,

Yaitu mereka yang beriman kepada yang ghaib

dan yang mendirikan shalat

dan menafkahkan sebagian rezeki

yang Kami anugerahkan kepada mereka

Kata shalat dalam bahasa Arab bermakna doa atau ibadah, dan juga sebagai suatu permohonan ampunan, kemurahan hati serta kasih sayang Allah. (Dalam bahasa Persia, bahasa Turki dan bahasa Urdu istilah tersebut adalah namaz).

Para sarjana Barat sayangnya telah memberikan keterangan yang kurang tepat mengenai konsep shalat yang sebenarnya dengan menerjemahkan kata itu secara sederhana sebagai “doa” atau “ibadah”. Sebenarnya, praktik shalât adalah sangat khusus dan membentuk gambaran kehidupan keagamaan yang sangat khusus dan sentral dalam agama Islam dan Sufisme. Nabi Muhammad saw. dilaporkan telah bersabda, “Perbedaan antara seorang yang beriman kepada Allah dengan seorang yang tidak beriman kepada-Nya adalah pelaksanaan shalât-nya.

Seorang ulama besar Hazrat Khwaja Gharib Nawaz ra, telah memberikan komentar tentang pentingnya shalat dengan pernyataan-pernyataan berikut:

Tanpa mengerjakan shalat, tidak seorang pun yang dapat mendekati Allah, karena shalât merupakan puncak dalam proses pendekatan seperti itu bagi orang-orang yang taat.

Shalat merupakan jenjang untuk dapat mendekatkan diri (qurb) kepada Allah.

Shalat merupakan keyakinan terhadap pengawasan Allah atas segala perbuatan manusia, suatu hubungan yang tak terlihat antara si penyembah dengan Yang Disembah.

Seorang musisi mistik India, Hazrat Inayat Khan, yang membawa beberapa pemikiran Sufisme ke dunia Barat pada awal abad ini, telah menyatakan, “Seorang yang tidak pernah melaksanakan shalat tidaklah memiliki harapan akan perkembangan jalan-jalan yang lainnya, karena setiap postur dalam shalât memiliki suatu makna yang indah dan pengaruh tertentu. Shalât ini diperintahkan sebelum meneruskan pengajaran sakral berikutnya. Jika dia gagal mengembangkannya, maka tidak ada harapan baginya akan masa depan.”

(bersambung)

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *