Hati Senang

Penyembuhan Cara Sufi – Makanan Rasulullah S.A.W. (1/7)

Syakh Ghulam Moinuddin Judul Asli : The Book of Sufi Healing Penerjemah : Arif Rakhmat Penyunting : Ahmad Norma Permata Penerbit : Yayasan Bentang Budaya, Yogyakarta

Dan Allah telah meratakan bumi untuk makhluk-Nya. Di bumi itu ada buah-buahan dan pohon kurma yang mempunyai kelopak mayang. Dan biji-bijian yang berkulit dan bunga-bunga yang harum baunya. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang telah kamu dustakan? (Al-Qur’an 55: 10-13).

Nabi Muhammad saw. pernah dilaporkan telah bersabda, “Ada dua jenis pengetahuan, yaitu pengetahuan tentang agama dan pengetahuan mengenai tubuh.” Nabi saw. sering berkomentar tentang alam serta manfaat makanan dan rempah-rempah. Pernyataan-pernyataan ini dicatat oleh istrinya dan para sahabat dan tetap ada sampai sekarang ini.

Bagi para Sufi, Nabi Muhammad saw. adalah sosok manusia yang berusaha hidup sesempurna mungkin, termasuk dalam kebiasaan makannya, anjuran-anjuran beliau dalam pengaturan makanan membentuk dasar pengaturan makanan sehari-hari bagi para Sufi. Pada awalnya, para pengikut Sufi melakukan tingkah laku sehari-hari yang disebut sebagai fanâ’ fi syeikh – melebur diri dalam syeikh. Periode peniruan tingkah laku ini mungkin sebentar atau lama. Selama waktu ini, murid sebisa mungkin melakukan tingkah laku syeikh dalam beberapa hal. Antara lain, murid berpakaian seperti syeikh (atau seperti anjuran dari syeikh), memakan makanan seperti yang dimakan syeikh, melakukan ibadah seperti yang dianjurkan syeikh. Singkatnya, murid meleburkan dirinya sendiri dalam bayangan syeikhnya. Tujuannya bagi murid adalah untuk menghilangkan tingkah laku sebelumnya dan selalu mengadaptasikan dirinya dengan karakter syeikhnya.

Sasaran dari latihan seperti ini, pada salah satu tingkatan, adalah untuk mengharmoniskan tindakan dari dalam dengan kondisi di luar. Interaksi ini dilambangkan dalam tiga kata, yaitu îmân, islâm dan ihsân. Imán berarti memiliki kepercayaan yang sebenarnya dan keyakinan yang mutlak hanya kepada Allah. Apabila seseorang memiliki keyakinan seperti ini, hal ini membuat dia akan mengikuti semua perintah Allah, yang disebut syari’at. Orang yang secara sadar mengikuti hukum-hukum syari’at ini disebut hidup dalam Islam.

Apabila jalan hidup yang disebut islam diikuti dengan sungguh-sungguh, maka akan memacu perkembangan tahap perhentian jiwa sebelah dalam, yang disebut sebagai ihsan, yang berarti penuh dengan berkah. Pada jalan Sufisme, orang tidak dapat mencapai kondisi ini tanpa orang lain; mereka saling tergantung. Seperti yang pernah dinyatakan oleh Sufi Abu Anees Barkat Ali, “Mengikuti tingkah laku Nabi Muhammad saw. adalah sunnah, yang merupakan akar agama Islam. Sufisme merupakan buah dari pohon Islam, atau bau harum dari buahnya. Jika tidak ada akar, bagaimana bisa ada buah?

Apabila periode fana’ fi syeikh telah selesai, maka murid masuk ke dalam fase berikutnya, yang disebut faná fi mursyid, di mana seorang murid memakai pakaian, memakan makanan, dan bertingkah laku seperti pimpinan atau mursyid-nya dari ordo yang diikuti murid. Jadi, praktik-praktik diperbanyak, makanan dikurangi dan puasa ditambah, dan pengertian-pengertian Al-Qur’an yang lebih dalam dipelajari, diungkap melalui perantaraan syeikhnya.

Evolusi selanjutnya adalah menuju tahap yang disebut dengan fanâ fi rasul, yang di dalamnya insya Allah, murid akan melebur dalam bayangan rasul Allah, Nabi Muhammad saw. Akhirnya, setelah mengikuti tahap ini, apabila berhasil, murid akan mencapai keadaan yang disebut dengan fanâ fillah, atau penyatuan yang menyeluruh dalam Yang Mahakuasa.

Karena jalan Sufisme merupakan suatu jalan yang bertahap dan dapat dibuktikan, yang sesuai dengan sifat manusia dalam setiap hal, maka murid pada awalnya berkonsentrasi pada pelaksanaan mengenai cara yang benar dalam hal makan, tidur, berjalan, duduk, berdoa dan semua tingkah laku. Setiap saat, syeikh mempertahankan pengaruhnya pada murid, untuk memberikan nasihat-nasihat dan petunjuk yang sangat bermanfaat, dan untuk memperbaiki tindakan-tindakan yang murid barangkali melakukannya secara tidak benar.

Pada tahap-tahap awal Sufisme, perjuangan adalah untuk mengalahkan sebagian besar keinginan fisik dari nafs, dan karena itu mengikuti pernyataan dan nasihat Nabi Muhammad saw., yang juga termasuk beberapa pengetahuan yang berhubungan dengan kesehatan dalam Islam, sangat penting bagi setiap pengikut yang sedang belajar untuk memahami dan mengamalkannya.

Sebelum mengemukakan sekumpulan Hadits yang secara khusus berkaitan dengan kesehatan, perlu memahami sifat dari beberapa nasihat tersebut. Bagi beberapa orang, barangkali nasihat-nasihat itu kelihatan kuno, ketinggalan zaman atau agak aneh. Beberapa orang merasakan bahwa pernyataan-pernyataan itu belum atau tidak dapat dikonfirmasikan dengan pengetahuan ilmiah. Namun demikian, seluruh pernyataan dan tindakan Rasulullah saw. telah terjalin pada inti dari inspirasi suci dan juga tidak menunjukkan adanya kesalahan, ketidaktepatan atau perubahan. Beberapa ilustrasi akan membuat hal ini lebih jelas.

Ada sebuah Hadits yang mengatakan bahwa jika seekor lalat jatuh ke dalam minuman sewaktu seseorang akan meminumnya, maka orang tersebut pertama kali harus mencelupkan lalat tersebut seluruhnya ke bawah permukaan air dan menenggelamkan lalat sebelum membuangnya (untuk kemudian tetap meminum airnya-ed.). Anjuran ini kelihatan sangat aneh, jika tidak membahayakan.

Berdasarkan ilmu kesehatan, diketahui bahwa lalat membawa beberapa mikroorganisme patogen pada beberapa bagian tubuhnya (hal ini telah dinyatakan oleh Nabi Muhammad saw. 1400 tahun yang lalu, yang pada waktu itu secara praktis tidak ada pengetahuan kesehatan formal). Tetapi Allah telah berfirman bahwa Dia tidak menciptakan penyakit tanpa menciptakan obatnya, kecuali kematian (yang berarti batas usia tua).

Karena itu, pada masa modern telah ditemukan penicillin, yang digunakan untuk mengatasi organisme yang membahayakan, seperti Staphylococci. Namun demikian, Dr. Muhammad M. el-Samahy, direktur Departemen Hadits di Univer sitas Al-Azhar, Kairo, Mesir, telah menulis sebuah artikel yang memperlihatkan kejeniusan medis dari anjuran-anjuran yang kelihatannya aneh ini.

Dr. El-Samahy menyatakan para ahli mikrobiologi telah menemukan adanya sel-sel longitudinal yang hidup sebagai parasit dalam perut lalat. Sel-sel ragi ini, sebagai bagian dari siklus reproduksinya sendiri, terdapat di sepanjang saluran respirasi lalat. Apabila lalat ditenggelamkan ke dalam cairan, maka..

(bersambung)

Alamat Kami
Jl. Zawiyah, No. 121, Rumah Botol Majlis Dzikir Hati Senang,
RT 06 RW 04, Kp. Tajur, Desa Pamegarsari, Parung, Jawa Barat. 16330.