(lanjutan)
Puasa selama bulan Ramadhan diwajibkan bagi semua umat manusia, terutama bagi mereka yang menganggap dirinya seorang Muslim. Banyak orang yang berhubungan baik dengan kaum Muslimin juga mengerjakan bentuk puasa seperti ini dan mengalami banyak keuntungan darinya. Tetapi ada beberapa aturan yang harus diikuti agar puasanya dapat diterima.
Pertama kali, seseorang harus menyatakan tujuan atau niat puasa. Karena Allah telah berfirman bahwa kelak kita akan dihisab amalnya berdasarkan pada niatnya, seseorang tidak dapat memperoleh keuntungan dari pekerjaan baik yang dikerjakan secara tidak disengaja. Misalnya, seseorang yang terpaksa tidak makan karena tersesat di hutan luas. Keadaan ini akan membuatnya terpaksa untuk berpuasa dalam pengertian yang formal, karena jika ada kesempatan, maka ia akan segera makan.
Pernyataan formal untuk mengerjakan suatu tindakan ini disebut dengan niat. Biasanya niat ini dinyatakan dalam bahasa Arab, tetapi juga sama baiknya dalam bahasa-bahasa yang lain. Seseorang secara sederhana dapat menyatakan, “Saya berniat untuk mengerjakan puasa pada hari ini, hanya karena Allah dan semata-mata hanya untuk memperoleh keridhaan Allah swt“.
Setelah menyatakan kesepakatan formal terhadap Allah, yaitu setelah membuat perjanjian ini, apabila seseorang dengan sengaja menghentikan puasanya selama masih dalam periode berpuasa, maka orang itu bertanggung jawab untuk menggantikan puasanya dengan menyediakan satu atau beberapa hari. Pada umumnya, untuk mengerjakan puasa, maka kondisi-kondisi berikut harus dipenuhi:
1. Niat, atau tujuan puasa, harus dilafalkan, dengan pernyataan yang terdengar atau diucapkan dalam hati.
2. Periode puasa harus berlangsung sejak beberapa saat sebelum terbitnya matahari (fajar) sampai sesaat setelah terbenamnya matahari (maghrib).
3. Selama waktu puasa, diharuskan untuk menahan diri secara total terhadap makan, minum (termasuk air), mero- kok atau konsumsi tembakau, hubungan seksual dan beberapa macam perbuatan negatif, seperti memfitnah, ber- kelahi, mengumpat, bertengkar dan beberapa tingkah laku sejenis.
4. Tidak boleh mengeluarkan air mani dengan sengaja, dan juga tidak boleh muntah dengan sengaja.
5. Para perempuan yang hamil atau sedang menyusui, orang yang sakit keras, orang yang telah lanjut usia dan orang gila boleh tidak mengerjakan puasa, tetapi pada keadaan-keadaan tertentu harus mengganti hari-hari puasanya yang telah hilang. Perempuan tidak diwajibkan untuk mengerjakan puasa pada saat sedang mengalami menstruasi, tetapi harus mengganti hari-hari puasa yang hilang tersebut. Apabila masa menstruasinya telah selesai maka dia harus melanjutkan puasanya. Anak-anak di bawah usia dua belas tahun pada umumnya boleh tidak mengerjakan puasa, tetapi dapat berpuasa setengah hari atau beberapa hari saja.
6. Berbuka puasa dilakukan setelah matahari terbenam, dengan sebuah kurma atau segelas air, yang diikuti dengan makan yang tidak terlalu berlebihan.
Ada banyak masalah khusus yang berhubungan dengan orang-orang yang sedang berpuasa, dan keterangan tentang pelaksanaan puasa dari para syeikh Muslim sebaiknya diperhatikan untuk menyempurnakan permasalahan tersebut.
Sifat khusus dari puasa adalah membangkitkan kesabaran serta pengorbanan. Puasa terutama merupakan aktivitas batin, sehingga tersembunyi dari semua penglihatan manusia, dan yang dapat melihat hanyalah Allah, inilah rahasia kelebihan pelaksanaan puasa.
Selama waktu tertentu, sejak dari tengah malam sampai permulaan waktu puasa, biasanya merupakan saat Rasulullah saw. makan, yang disebut sahûr. Makan sahur ini terdiri dari makanan yang halal. Puasa biasanya dibuka dengan makan satu atau beberapa potong kurma, yang diikuti dengan minum air, yang sebaiknya dilakukan sebelum melaksanakan shalat maghrib.
Walaupun pembersihan gigi boleh dilakukan pada saat berpuasa, tetapi akan lebih baik jika seseorang tidak meng- gosok giginya setelah tengah hari.
Selain anjuran-anjuran tersebut, orang sebaiknya sebisa mungkin memperbanyak pembacaan Al-Qur’an, dan banyak membagikan sedekah sesuai dengan kemampuannya.
Seperti itulah aturan minimal pelaksanaan puasa. Dan ini merupakan puasa bagi orang-orang pada umumnya, yang bertujuan untuk mengendalikan diri dari makan, minum dan berhubungan seksual. Bentuk puasa yang lebih tinggi, selain hal- hal yang telah disebutkan di atas, meliputi penahanan diri untuk tidak melakukan kesalahan pada aktivitas tangan, kaki, penglihatan dan anggota badan atau organ tubuh yang lain.
Para orang suci melaksanakan puasa yang paling baik, yaitu puasa dalam dimensi pikiran. Dengan kata lain, orang-orang ini tidak memikirkan apa pun kecuali Allah. Mereka telah …
(bersambung)