Hati Senang

Pengertian Shufi dan Tashawwuf – Tashawwuf dan Thariqah – Sabil-us-Salikin (2/3)

Sabīl-us-Sālikīn – Jalan Para Sālik Ensiklopedi Tharīqah/Tashawwuf   Tim Penyusun: Santri Mbah KH. Munawir Kertosono Nganjuk Santri KH. Sholeh Bahruddin Sengonagung Purwosari Pasuruan   Penerbit: Pondok Pesantren NGALAH
  1. An-Nabājī, tashawwuf adalah mensucikan rahasia dari kotoran dengan berpaling pada selain Allāh yang Ḥaqq.
  2. Abū Turāb an-Nakhsyabī, Shūfī adalah:

a. Orang yang tidak mengotori segala sesuatu melainkan membersihkan segala sesuatu.

b. Orang yang bersih karena Allāh s.w.t.

  1. Samnūn al-Muḥibbī, tashawwuf adalah:

a. Masuk dalam segala budi pekerti yang baik dan keluar dari segala budi pekerti yang jelek.

b. Mengirimkan jiwa dalam hukum Allāh s.w.t.

  1. Abū Muḥammad al-Murta‘isyu, Shūfī adalah tidak sebaiknya mendahulukan jejak cita-citanya (hawa-nafsu)
  1. Abū Zayd al-Warrāq, tashawwuf adalah sebagaimana firman Allāh s.w.t.:

Orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allāh. Maka di antara mereka ada yang gugur. dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka tidak merubah (janjinya)” (Q.S. al-Aḥzāb: 23)

…رِجَالٌ صَدَقُوْا مَا عَاهَدُوا اللهَ عَلَيْهِ فَمِنْهُمْ مَّنْ قَضَى نَحْبَهُ وَمِنْهُمْ مَّنْ يَنْتَظِرُ وَمَا بَدَّلُوْا تَبْدِيْلاً (الأحزاب:23)

Dan sifat mereka adalah sebagaimana firman Allāh s.w.t. “….mata mereka tidak berkedip-kedip dan hati mereka kosong”, (Q.S. Ibrāhīm: 43)

…لَا يَرْتَدُّ إِلَيْهِمْ طَرْفُهُمْ وَأَفْئِدَتُهُمْ هَوَاءٌ (ابراهيم: 43)

  1. Ibrāhīm al-Khawwāsh, tashawwuf adalah meninggalkan beban dan mengerjakan uasaha sampai tampak indah (berhasil dengan baik)
  1. Abū Sa‘īd al-Ḥasan bin Yasār al-Bashrī, tashawwuf adalah senang dalam beribadah, mengerahkan kesunguh-sungguhan dan meninggalkan kesibukan perkara yang tidak ada gunanya.
  1. Abū Sulaimān al-Dārānī, tashawwuf adalah pekerjaannya itu hanya Allāh yang mengetahui, serta bersama Allāh dan hanya Allāh yang mengetahui.
  1. Abū Ya‘qūb al-Nahrajūrī ketika ditanya perihal tashawwuf, beliau berkata: mereka yang mengadu itu termasuk umat yang tertinggal, dan tashawwuf itu adalah membawa hati dengan menitipkan kehadiran kepada Allāh s.w.t. sehingga Allāh s.w.t. bercakap-cakap dengan hatinya.
  1. Abū-l-Ḥasan as-Sanjārī, Shūfī adalah orang yang berpuasa dan shalat dengan menetapi ataupun berpaling, baik berzuhud dan menyepi sendiri, baik cepat dan pelan.
  1. Al-Ḥasan bin Aḥmad al-Masūḥī, tashawwuf adalah memutus sesuatu yang menggantungkan kepadanya, mengambil dengan kebenaran, berbicara dengan lembut dan putus asa dari makhluk.
  1. Abū ‘Alī al-Makkī, tashawwuf adalah tiga nama/sifat yang terkumpul yaitu; penetapan, keikhlasan dan kebinasaan, penetapan yang dimaksud adalah bersama Allāh s.w.t, dan keikhlasan itu dari sifat kemanusiaan dan kebinasaan dari akhlaq.
  1. Mimsyād al-Dainūrī, tashawwuf adalah:

a. Kejernihan rahasia dan ‘amal (perbuatan) karena untuk mencari ridha Allāh al-Jabbār, dan persahabatan dengan manusia tanpa usaha (mencari).

b. Kecukupan, sedikit mengetahui manusia, dan meninggalkan sesuatu yang tidak ada gunanya.

  1. Abū ‘Alī al-Ḥasan al-Asfahānī, Shūfī adalah orang yang memakai pakaian kain wool (bulu domba) yang bersih, orang yang memakan hawa-nafsu dengan rasa pahit, orang yang membuang dunia di belakang tengkuk, dan mengikuti jejak Nabi s.a.w.
  1. Abū ‘Alī al-Ḥasan, Shūfī adalah kaum pilihan, dia dipilih maka dia memilih.
  1. Abū Ḥusain bin Jarīr, Shūfī adalah orang yang tidak terhalangi oleh bumi dan langit dan tidak tertutupi kecuali pandangan yang belawanan.
  1. Abū Bakar Muḥammad bin Mūsā al-Wāsithī, Shūfī adalah orang yang ucapannya penuh dengan ibarat, serta hatinya menerangi jalan fikirannya.
  1. ‘Alī bin Sahl, Shūfī adalah orang yang bersih dari bencana dan sirna dari melihat pemberian.
  1. Qazuwainī, tashawwuf adalah ilmu yang diperoleh tanpa belajar dan tanpa usaha.
  1. Abū Ja‘far al-Ḥaddād, tashawwuf adalah merasa tenang terhadap Allāh s.w.t., dan Lari dari makhluq.
  1. ‘Ali bin ‘Abdullāh, tashawwuf adalah ilmu yang samar sifatnya tapi tetap hakikatnya.
  1. Abul-Ḥusain al-Zanjānī, tashawwuf adalah bagusnya ‘amal (perbuatan), sempurnanya ‘ubūdiyyah (ibadah) dan merasa fakir kepada Allāh s.w.t. serta bagusnya orang yang mengikuti jejak Nabi Muḥammad s.a.w.
  1. Abul-Ḥusain al-Warrāq, Shūfī adalah orang yang jika dihadapkan pada dua keadaan, maka dia akan memilih hal yang paling baik dan yang paling luhur.
  1. Abū ‘Abdillāh bin Jallā’, Shūfī adalah:

a. Orang yang fakir dan sunyi dari sebab.

b. Orang yang selalu bersama Allāh s.w.t. di manapun berada dan dia tidak tercegah dari Allāh s.w.t. oleh setiap kedudukannya.

  1. Ibnu Yazdāniyār, tashawwuf adalah orang yang menerima agama dengan baik, menjaga, membersihkan dan memenuhi.
  1. Ghānim bin Sa‘īd, tashawwuf adalah memuliakan kefakiran dan mengagungkan Allāh yang Ḥaqq.
  1. ‘Utsmān al-Maghribī, tashawwuf adalah keadaan hatinya bercampur kebingungan dan orang yang bingung tidak ada nama yang dikenal.
  1. Abū Ḥatim al-‘Aththār, Shūfī adalah mereka para pemimpin yang membentangkan pemberitahuan.
  1. Al-Quhthabī, Shūfī adalah orang yang mensifati seluruh zhahirnya sebagai pertanda dirinya, meremehkan segala sesuatu yang rusak (sesuatu selain Allāh), jiwanya resah meninggalkan segala sesuatu yang bisa mendekatkan diri kepada Allāh s.w.t. (taqarrub), jiwanya memutuskan bukti dan fā’idah, keadaan jiwanya merasa lemah berhadapan dengan Allāh s.w.t.
  1. Abū Bakar bin Sannān, tashawwuf adalah engkau menemukan kelemahan dalam dirimu, sehingga kekuasaan (Allāh) menjadi jelas terhadapmu.
  1. Zanzānī, tashawwuf adalah menghilangkan kedudukan, tidak menghiraukan kehidupan dunia dan akhirat (lebih mementingkan bermu‘āmalah dengan Allāh), setiap orang yang kembali kepada Allāh maka dia telah mengesakan Allāh. setiap orang yang kembali kepada nafsunya maka dia telah menemukannya. Setiap orang yang kembali kepada makhluq maka dia telah menemukan mereka. Dan hal ini telah diketahui.
  1. Yūsuf bin Ḥusain, beliau berkata:

a.Tashawwufadalah menanggung resiko dalam bermu‘āmalah dengan Allāh sampai tidak menggunakan beberapa waktu yang dimakruhkan.

b. Orang-orang terbaik dariShūfī adalah yang terbaik dari manusia, yang terjelek dari Shūfī adalah yang terjelek dari manusia, sehingga para Shūfīadalah yang terbaik atas segala keadaan.

c. Setiap umat memiliki ahliShūfī, mereka adalah titipan Allāh yang keberadaannya dirahasiakan dari manusia.

  1. Abū Bakar al-Warrāq, Shūfī adalah orang yang hatinya bersih dari macam-macam kotoran, hatinya selamat dari kejelekan orang lain, hatinya mengakar dengan sifat mengerahkan seluruh kemampuan dan lebih mementingkan kepentingan orang lain daripada kepentingan diri sendiri (ngalah).
  1. Abū Bakar bin Thāhir: Shūfī adalah orang yang tidak cinta dengan jin dan manusia dibanding Allāh (lebih mencintai Allāh), karena barang siapa yang cinta tanpa melibatkan Allāh maka dia tidak beruntung.
  1. Az-Zaqāq, Shūfī adalah orang yang menjadikan pekerjaannya mengikuti kehendak orang lain (tidak mengecewakan).
  1. Abū Ya‘qūb al-Muzābilī, tashawwuf adalah melenyapkan keadaan jiwa dalam sisi kemanusiaan (keadaan hati tidak ditunjukkan kepada manusia).
  1. Hasnūn al-Dainūrī, tashawwuf adalah menjaga dzāt yang disembah, meninggalkan sesuatu yang tidak ada, dan mengambil sesuatu dari yang ada.
  1. Abū Bakar az-Zahdābādī, tashawwuf adalah:

a. Meninggalkan rasa aman dari ajakan nafsu.

b. Tidak hidup kecuali dengan dzāt yang wajib wujudnya di dunia dan akhirat.

  1. Abū Muḥammad al-Zanjānī, tashawwuf adalah mengeluarkan kesibukan dunia dari dalam hati.
  1. Abū Bakar al-Ḥalanji, tashawwuf adalah jernih, yang berarti orang yang mendatangi panggilan hakikat, yaitu tidak berbohong.
  1. Abū Ḥasan al-Sirwānī al-Kabīr, Shūfī adalah orang yang selalu bersama dengan al-Wāridāt (sesuatu pengetahuan ghaib yang datang ke dalam hati tanpa disengaja) bukan bersama wirid.
  1. Ja‘far bin Muḥammad bin Nashīr al-Khālidī, tashawwuf adalah menenggelamkan diri dalam ibadah, keluar dari (kebiasaan) manusia, dan melihat kepada Allāh secara menyeluruh.
  1. Abū-l-Ḥasan al-Būsyanji, tashawwuf adalah meringkas harapan, melanggengkan ‘amal (ibādah), memperbanyak takut (kepada Allāh), dan menyedikitkan malas (beribadah kepada Allāh).
  1. Abū Bakar ad-Dāqī, Shūfī adalah:

a. Bangun tidur langsung berdzikir atau tafakkur sampai tertidur.

b. Berhakikat dengan sungguh-sungguh bersama Allāh.

  1. Abū ‘Abdillāh Aḥmad bin ‘Athā’ al-Rūdzabārī, Shūfī adalah orang yang merasa ni‘mat dengan cobaan karena dia tidak memandang terhadap cobaan itu, tetapi cara pandangnya kepada dzāt yang telah menentukan cobaan tersebut, Allāh telah menentukan cobaan itu kepadanya sehingga dia merasakan keni‘matan terhadap sesuatu yang telah ditentukan oleh Allāh. Pandangan tersebut berlandaskan karena cinta kepada Allāh sehingga antara cobaan dan nikmat terasa sama.
  1. Umar bin Najīd, Shūfī adalah orang yang bersabar terhadap perintah dan larangan.
Alamat Kami
Jl. Zawiyah, No. 121, Rumah Botol Majlis Dzikir Hati Senang,
RT 06 RW 04, Kp. Tajur, Desa Pamegarsari, Parung, Jawa Barat. 16330.