Pahala Murah Hati di Hari Kiamat – Al-Hilm – Ibnu Abid-Dunya

MENJINAKKAN MARAH DAN BENCI
NASIHAT-NASIHAT TENTANG KESABARAN DAN MURAH HATI

 
Diterjemahkan dari al-Hilm
Karya Ibnu Abid-Dunya
 
Penerjemah: Nani Ratnasari
Penyunting: Toto Edidarmo
 
Penerbit: AL-BAYAN MIZAN

ثواب الحلم يوم القيامة

Pahala Murah Hati di Hari Kiamat

122 – حدثنا محمد بن عباد بن موسى، نا ابن السماك، عن الحسن بن دينار، عن الحصيب بن حجلة، عن راشد بن سعد، عن أبي أمامة قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: «إن العبد لتدفع إليه صحيفته فيرى فيها حسنات لم يعملها فيقول: أي ربي، أنى لي هذه الحسنات؟ فيقول الله تعالى: هذا ما عيب به الناس إياك وأنت لا تعلم». وأنشد: عليك بأخلاق الكرام فإنها تديم لك الذكر الجميل مع النعم، وأنشد: تعلم فليس المرء يولد عالما وليس أخو علم كمن هو جاهل وإن كبير القوم لا علم عنده صغير إذا ضمت عليه المحافل

Muḥammad ibn ‘Ibad ibn Musa meriwayatkan dari ibn-us-Sammak, dari Hasan ibn Dīnār, dari Ḥashīb ibn Ḥajlah, dari Rāsyid ibn Sa‘ad, dari Abū Umāmah, Rasūlullāh s.a.w. bersabda: “Sesungguhnya seorang hamba (pada hari kiamat) akan diberi catatan semua amalnya. Ia melihat ada catatan-catatan kebaikan yang tidak pernah ia perbuat, lalu ia bertanya: “Wahai Tuhanku, bagaimana ini menjadi kebaikanku?” Allah menjawab: “Ini adalah pahala dari perbuatan orang yang mencelamu (11) dan engkau tidak mengetahuinya.” (22)

Kemudian, Nabi s.a.w. mendendangkan sebuah nasyid:

Jagalah olehmu akhlāq mulia
Ia akan mengekalkan kenangan indah yang disertai kebaikan
Belajarlah!
Tidak ada seorang pun yang dilahirkan dalam keadaan ber‘ilmu
Tidaklah sama orang yang ber‘ilmu dengan yang tidak ber‘ilmu (33)
Sesungguhnya, bangsa besar yang tidak ber‘ilmu
Menjadi kecil jika tak mampu menyelesaikan persoalan.

123 – حدثني عبد الله بن بكير بن يونس الشيباني، ذكر أبي ذكر السري بن إسماعيل الهمذاني، عن الشعبي قال: «أوفد أبو موسى الأشعري وفدا من أهل البصرة إلى عمر بن الخطاب فيهم الأحنف بن قيس ولم يكن عمر رأى الأحنف قبل ذلك فلما دخلوا عليه تكلم كل رجل فيهم في خاصة نفسه وكان الأحنف آخر القوم فقام وحمد الله وأثنى عليه وصلى على النبي صلى الله عليه وسلم ثم قال: يا أمير المؤمنين، إن أهل الشام نزلوا منازل أهل قيصر وإن أهل مصر نزلوا منازل فرعون وأصحابه وإن أهل الكوفة نزلوا منازل كسرى ومصانعه في الأنهار العذبة والجنان الحسنة وفي مثل عين البعير (1) وأتتهم ثمارهم قبل أن يحصدوا وإن أهل وطرفها بالفلاة لا يأتينا شيء إلا في مثل مدى النعامة فارفع خسيستنا لا تفش وقيصتنا وزد في رجالنا رجالا وفي عيالنا عيالا وأصغر درهمنا وأكبر فقيرنا ومر بنهر يكرى لنا نستعذب منه فقال عمر للقوم: أعجزتم أن تكونوا مثل هذا؟ هذا والله السيد قال الأحنف: فمازالت بعد أسمعها من الناس هذا والله السيد»
__________
(1) البعير: ما صلح للركوب والحمل من الإبل، وذلك إذا استكمل أربع سنوات، ويقال للجمل والناقة

‘Abdullāh ibn Bukair ibn Yūnus-isy-Syibānī menceritakan dari as-Sirr ibn Ismā‘īl-il-Hamdzānī, dari asy-Sya‘bī, Abū Mūsā al-Asy‘arī mengutus sekelompok orang dari Bashrah kepada ‘Umar ibn Qais. ‘Umar tidak pernah melihat Aḥnaf sebelumnya. Ketika para utusan menghadap ‘Umar, satu per satu dari mereka berbicara tentang keistimewaan masing-masing. Adapun Aḥnaf adalah orang terakhir yang diberi kesempatan untuk bicara. Pertama kali, ia berdiri dan memuji Allah s.w.t. serta bershalawat kepada Nabi s.a.w., lalu ia berkata: “Wahai Amīr-ul-Mu’minīn, sesungguhnya penduduk Syām tinggal di istana keluarga kaisar dan penduduk Mesir tinggal di Istana Fir‘aun dan pengikut-pengikutnya, penduduk Kūfah tinggal di istana dan gedung-gedung sepanjang sungai yang airnya jernih menyegarkan serta kebun-kebun yang baik laksana mata unta; mereka dapat memetik buahnya sebelum masa panen.

Sedangkan, penduduk Bashrah tinggal di tempat yang penuh dengan perhiasan yang tertimbun di dalam bumi. Kekayaan Bashrah tidak akan pernah habis, tumbuh-tumbuhannya tidak pernah berhenti tumbuh dan berkembang. Ujung yang satu adalah lautan yang asin dan dan ujung berikutnya padang sahara. Kami tidak mendapatkan apa-apa selain padang sahara. Maka, angkatlah kerendahan kami agar kebusukannya tidak tersebar, tambahlah jumlah kami dengan orang-orang yang baik, jadikanlah keluarga kami menjadi generasi yang unggul, permudahkanlah mata pencaharian kami, besarkanlah orang-orang fakir di antara kami, perintahkanlah untuk menggali sungai agar kami bisa minum dari sungai tersebut.” Maka, ‘Umar bertanya kepada orang-orang yang ada di hadapannya: “Apakah kalian tidak bisa seperti ini?” Mereka menjawab: “Demi Allah, Dialah Allah sebagai pelindung.” Kemudian, Aḥnaf berkata: “Sejak itu, selalu terngiang di telingaku orang-orang mengatakan: “Demi Allah, Dialah Allah sebagai pelindung.”

 

124 – حدثنا عبد الله بن محمد بن حفص القرشي ناذر بن مجاشع، عن غالب القطان، عن مالك بن دينار، عن الأحنف بن قيس قال: قال عمر بن الخطاب: «من كثر ضحكه قلت هيبته، ومن مزح استخف به، ومن أكثر من شيء عرف به، ومن كثر كلامه كثر سقطه، ومن كثر سقطه قل حياؤه، ومن قل حياؤه قل ورعه (1)، ومن قل ورعه قل خيره، ومن كثر أكله لم يجد لذكر الله لذة، ومن كثر نومه لم يجد في عمره بركة، ومن كثر كلامه في الناس سقط حقه عند الله، وخرج من الدنيا على غير الاستقامة»
__________
(1) الورع: في الأصْل: الكَفُّ عن المَحارِم والتَّحَرُّج مِنْه، ثم اسْتُعِير للكفّ عن المُباح والحلال.

‘Abdullāh ibn Muḥammad ibn Ḥafsh-il-Qurasyī meriwayatkan dari Nādzir ibn Majāsyi‘, dari Ghālib-ul-Qaththān, dari Mālik ibn Dīnār, dari Aḥnaf ibn Qais, ‘Umar ibn Khaththāb berkata: “Orang yang banyak tertawa, sedikit kemuliaannya; orang yang banyak bergurau akan diremehkan; orang yang banyak bicara akan sering tergelincir; orang yang sering tergelincir akan hilang rasa malunya; orang yang hilang rasa malunya akan sedikit kehati-hatiannya; orang yang sedikit kehati-hatiannya akan sedikit kebaikannya; orang yang banyak makan tidak akan merasakan lezatnya zikir kepada Allah; orang yang banyak tidur tidak akan mendapatkan berkah dari umurnya. Orang yang banyak membicarakan orang lain akan gugur haknya di sisi Allah dan akan meninggal dalam keadaan tidak baik.” (44)

Catatan:

  1. (1). Maksudnya, pahala yang menjadi hakmu dari perbuatan orang yang ghibah (membicarakan keburukan) tentang dirimu.
  2. (2). Dalam Jam‘-ul-Jawāmi‘, as-Suyūthī mengutip hadits ini dengan redaksi yang berbeda: “Sesungguhnya pada hari kiamat setiap hamba akan diberi kitab (catatan ‘amal) dalam keadaan terbuka.” Al-Kharā’ithī mencantumkan hadits tersebut dalam Makārim-ul-Akhlāq.

    Saudaraku, di sini tampak jelas bahwa ghībah termasuk perbuatan yang dapat menghapus kebaikan-kebaikan seorang hamba pada hari kiamat, seperti api yang membakar kayu. Oleh karena itu, sucikanlah hati dan lisanmu dari ghībah dan berusahalah terus dengan sungguh-sungguh agar engkau memiliki hati yang bersih dan lisan yang terpelihara.

  3. (3). Abū Ḥātim al-Bastī berkata: “Orang berakal apabila telah memperbaiki niatnya, ia wajib menggandakan niatnya tersebut untuk mencari ‘ilmu dan terus-menerus melakukannya. Sebab, seseorang tidak bisa mencapai sesuatu yang dia inginkan dari kehidupan dunia melainkan dengan perantaraan ‘ilmu. Dan, orang berakal tidak akan berhenti menempuh jalan yang menjadikan para malaikat membentangkan sayap mereka karena ridhā dengan apa yang ia perbuat. Dan, dalam usahanya itu, ia tidak memiliki tujuan untuk memiliki kekuasaan atau memperoleh kekayaan. Alangkah jeleknya orang ber‘ilmu (‘ālim) yang tunduk kepada kehidupan dunia.

    Abū-d-Dardā’ berkata: “Orang yang mengajar dan orang yang belajar, jika dibandingkan, tidak ada yang lebih baik di antara keduanya.

  4. (4). Semua nasihat tentang kesabaran dan murah hati di atas adalah firman-firman kudus Tuhan, sabda-sabda suci Nabi, nasihat-nasihat bijak para sahabat, dan mutiara-mutiara ḥikmah para salaf shāliḥ yang patut kita ‘amalkan. Semoga kita dapat berpegang teguh dengan semua ajaran keutamaan akhlāq dan kesucian hati ini. Dan, semoga Allah selalu membimbing kita menjadi orang yang sabar dan murah hati.

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *