Mengenal Musuh: Iblis – Kitab-ush-Shidq

JALAN CINTA MENUJU ALLAH
 
Dari naskah ath-Tharīqu ilā Allāh atau Kitāb ash-Shidq
 
Oleh: Abū Sa‘īd al-Kharrāz
Penerbit: Pustaka Shufi

Rangkaian Pos: Pintu-pintu Kebenaran - Kitab-ush-Shidq

BAGIAN DUA

MENGENAL MUSUH: IBLĪS

 

Allah telah berfirman:

إِنَّ الشَّيْطَانَ لَكُمْ عَدُوٌّ فَاتَّخِذُوْهُ عَدُوًّا إِنَّمَا يَدْعُوْ حِزْبَهُ لِيَكُوْنُوْا مِنْ أَصْحَابِ السَّعِيْرِ

Sesungguhnya syaithān itu adalah musuhmu, maka perlakukanlah ia sebagai musuh. Sungguh ia mengajak kepada seluruh anggota kelompoknya agar mereka menjadi penghuni Neraka as-Sa‘īr.” (Fāthir: 6)

يَا بَنِي آدَمَ لاَ يَفْتِنَنَّكُمُ الشَّيْطَانُ كَمَا أَخْرَجَ أَبَوَيْكُم مِّنَ الْجَنَّةِ

Wahai anak Ādam! Janganlah sekali-kali kalian tertipu oleh syaithān, sebagaimana ia telah mengeluarkan ibu-bapakmu dari Surga.” (al-A‘rāf: 27)

وَ زَيَّنَ لَهُمُ الشَّيْطَانُ أَعْمَالَهُمْ فَصَدَّهُمْ عَنِ السَّبِيْلِ

Dan syaithān telah menghiasi segala perbuatan mereka, lalu menghalangi mereka dari jalan (yang benar).” (an-Naml: 24)

Dalam hal ini, ‘Abd Allāh Ibn Mas‘ād r.a. berkata: “Malaikat mempunyai iming-iming dan demikian juga syaithān. Iming-iming malaikat menjanjikan yang baik, sedangkan syaithān menjanjikan yang jahat.” Hal ini sebagaimana yang disabdakan Nabi Muḥammad s.a.w.:

إِنَّ الشَّيْطَانَ جَاثِمٌ عَلَى قَلْبِ ابْنِ آدَمَ فَإِذَا ذَكَرَ اللهَ خَنِسَ وَ إِذَا غَفَلَ وَسْوَسَ

Sesungguhnya syaithān bersarang dalam hati manusia. Apabila si hamba mengingat Allah, maka syaithān akan terkejut dan lari. Dan sebaliknya, apabila dirinya lalai, maka syaithān akan terus berupaya meragukannya.”

Karena itu, seharusnya kamu kecewakan angan-angan syaithān dengan cara menguatkan hati untuk mengendalikan semua nafsumu. Tahanlah dirimu dari berbuat salah dan berangan-angan kosong, karena keduanya membantu syaithān dalam mempengaruhimu dan menguatkan tipu dayanya terhadapmu. Dan jikalau kamu telah terperangkap tipu-tipu dayanya terhadapmu. Dan jikalau kamu telah terperangkap tipu dayanya, hendaklah bersegera melepaskan diri dengan pemikiranmu yang jernih dan mengkajinya dengan ‘ilmu yang telah diajarkan Allah.

Selain itu, peliharalah hatimu dan kaji apa-apa yang mempengaruhinya. Jika dipengaruhi hal-hal baik, seperti oleh kebajikan dan ‘ilmu yang bermanfaat, ikutilah dia. Namun, jika dipengaruhi oleh hal-hal jahat, seperti keburukan dan nafsu keji, segeralah sucikan dan jangan sekali-kali membiarkannya bermain-main dengan bahaya. Karena, hal itu akan menjadi hasrat, hasrat menjadi cita-cita, dan cita-cita menjadi perbuatan.

Ketahuilah, bahwa Iblīs tidak akan pernah lalai menggodamu, baik saat kamu terdiam atau berbicara, bersembahyang atau berpuasa, bekerja atau beristirahat, dalam perjalanan atau di rumah, ketika seorang diri atau beramai-ramai, atau pun ketika tergesa-gesa atau giat, ketawa atau menangis, tersembunyi atau terang-terangan, sedih atau gembira, sehat atau sakit, bertanya atau menjawab, ber‘ilmu atau bodoh, jauh atau dekat, bergerak atau terdiam, bertaubat atau pun berdosa.

Oleh karena itu, waspadalah karena syaithān dan Iblīs tidak akan pernah lupa melemahkan semangatmu, mengurangi keteguhan hatimu, melengahkan taubatmu, atau pun menyuruhmu menangguhkan pekerjaan-pekerjaan baik yang semestinya segera dikerjakan. Sebaliknya, ia akan menganjurkanmu menyegerakan perbuatan-perbuatan yang kalau diperlambat sekali pun, kamu tidak akan bersalah. Itu semua ditunjukkan untuk memutuskanmu dari berbagai ‘amal kebajikan. Selain ini, jika kamu sedang mengerjakan suatu ‘amal ‘ibādah, atau kebajikan, maka syaithān akan selalu mengganggumu dengan selalu mengingatkanmu akan sesuatu pekerjaan penting, sampai kamu menyelesaikannya.

Di samping itu, syaithān pun kadang-kadang menganjurkanmu untuk berpindah dari suatu negeri ke negeri yang lain, seraya menggambarkan bahwa negeri tersebut lebih baik dan lebih utama, sampai hatimu sibuk terus memikirkannya. Namun, maksud syaithān yang sebenarnya adalah untuk menghilangkan pengaruh baikmu di negeri asalmu, yang mana kalau engkau mengikuti ajakannya, niscaya akan menyesal selama-lamanya.

Karena itu, hendaklah kamu menjaga diri dengan waspada dari seterumu dan bentengilah dirimu dalam lindungan-Nya, sebab tiada tempat yang lebih sama selain naungan-Nya. Jadikan Dia tempat berlindungmu dan peliharalah dirimu dari perangkap syaithān, terutama ketika kamu sedang berada dalam kondisi marah dengan cara mengingat bahwa Dia senantiasa mengawasimu, niscaya kamu akan menghentikan amarah yang akan mencelakaimu. Dan jika kamu melakukannya, maka seolah kamu mengagungkan-Nya. Tepatnya, sadarilah bahwa Allah s.w.t. menyaksikan semua perbuatanmu di kala kamu marah, sehingga dengan sebab perbuatan tersebut, bisa jadi akan menjadikan Allah murka kepadamu. Lebih dari itu, ingatlah bahwa syaithān akan senantiasa mengambil keuntungan kala manusia menampakkan kemarahannya serta melakukan suatu perbuatan yang ada pertimbangan terlebih dahulu.

Adanya keharusan manusia untuk menjaga diri dari akibat negatif amarahnya, karena pernah diceritakan bahwa syaithān telah berkata: “Seandainya manusia terbuat dari besi sekali pun dan jika dengan hanya berdoa saja ia bisa menghidupkan orang yang mati, kami tidak akan pernah merasa takut. Sebab pada suatu saat ia pasti akan berada dalam kondisi marah, dan pada saat itulah kami akan melaksanakan apa-apa yang kami rencanakan.” (81) Hal ini sesuai pula dengan firman Allah s.w.t.:

وَ مَن يَعْتَصِم بِاللهِ فَقَدْ هُدِيَ إِلى صِرَاطٍ مُّسْتَقِيمٍ

Dan barang siapa yang memegang teguh (agama) Allah, maka sesungguhnya ia telah diberi petunjuk ke jalan yang lurus.” (Āli ‘Imrān: 101).

Catatan:

  1. 8). Karena itu, pernah ada sahabat yang datang meminta nasehat kepada Nabi Muḥammad s.a.w. Dan waktu itu, pesan beliau adalah: “Jangan marah!”, tiga kali berturut-turut. “Sebab marah bisa menyebabkan manusia melakukan dosa yang tidak pernah diduganya.”

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *