Maksiat Adalah Musibah – Tutur Penerang Hati – Ibn ‘Atha’illah

Terapi Ma‘rifat
 
Tutur Penerang Hati

Oleh: Ibnu ‘Athā’illāh as-Sakandarī
Judul Asli: Bahjat-un-Nufūs
 
 
Penerjemah: Fauzi Faishal Bahreisy
Penerbit: Zaman

9

Maksiat Adalah Musibah

 

Orang yang mendapat musibah sejatinya bukanlah yang ditinggal mati anaknya atau kehilangan harta, keluarga, dan kekasihnya. Tetapi, yang sebenarnya tertimpa musibah adalah orang yang dihantam oleh dosa, diserang oleh syahwat, dan ditimpuk oleh berbagai kesalahan sehingga ia seperti kulit yang lapuk dan usang. Inilah orang yang sesungguhnya memperoleh musibah dan patut diberi ungkapan bela sungkawa.

Ia habiskan waktu mudanya untuk meraih semua kenikmatan. Ia habiskan umurnya untuk segala yang terlarang. Janganlah menganggap bahwa yang berduka dan mendapat musibah adalah mereka yang tertawan, terkena penyakit, dilanda kemiskinan, atau sedang dipenjara. Bahkan, bisa jadi semua itu justru membuat mereka bisa menjalin kedekatan dengan Allah sehingga memperoleh ampunan dan ridha-Nya. adakalanya kesembuhan itu datang setelah meminum obat yang pahit. Dan adakalanya pula kebaikan itu datang lewat jalan keburukan.

Yang sebenarnya ditimpa musibah adalah mereka yang bermaksiat kepada Allah dan tidak bertobat dari dosa. Ia masukkan kotoran maksiat ke dalam kerajaan yang bersih ini. Ia penuhi neraka dosa dalam qalbunya hingga datang kematian sedangkan ia hanya bisa menatap tanpa membawa dunia ataupun akhirat. Itu betul-betul merupakan kerugian yang nyata. Banyak sekali orang yang membelanjakan harta dan uangnya di jalan Allah. Namun, yang mau mengorbankan jiwanya guna meraih ridha Allah amatlah sedikit.

Apabila engkau ditanya tentang siapakah yang pantas diratapi, jawablah bahwa yang patut diratapi adalah seorang hamba yang Allah karuniai kesehatan dan kekayaan, lalu menghabiskan keduanya untuk bermaksiat kepada Allah, membuat kerusakan di muka bumi, dan menurut hawa nafsunya sendiri.

Bila engkau tidur dalam kondisi bermaksiat dan mencampuradukkan antara yang baik dan yang jahat, semua itu akan kau lihat dalam mimpi. Karena itu, hendaklah engkau tidur dalam keadaan suci dan bertobat, serta memperbanyak istighfār. Dengan begitu, qalbumu akan segera dimasuki oleh cahaya iman, engkau pun akan menyaksikan keajaiban dalam mimpimu,

Yang patut diratapi adalah seorang hamba yang Allah karuniai kesehatan dan kekayaan, lalu menghabiskan keduanya untuk bermaksiat kepada Allah, membuat kerusakan di muka bumi, dan menurut hawa nafsunya sendiri.

serta Allah akan melindungimu dari segala bisikan setan.

Abu Umamah mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: “Siapa memasuki tempat tidurnya dalam keadaan suci seraya mengingat Allah hingga kantuk tiba, maka jika di waktu malam ia bangun lalu meminta kebaikan dunia dan akhirat kepada Allah, niscaya Allah akan memberinya.” (H.R. at-Tirmidzi dalam Shahīh-nya).

Sebaliknya, siapa yang pada siang harinya bermaksiat dan melakukan perbuatan tak berguna, pada malamnya ia akan lalai dari Allah. Sungguh keliru kalau orang meratapi kepergian istri, suami, anak, atau orang tuanya. Tetapi, yang sesungguhnya perlu diratapi adalah kalau mereka tidak bertakwa kepada Allah, tidak takut dengan-Nya, serta tidak memiliki rasa cinta kepada-Nya.

Ketahuilah, yang seharusnya paling perlu ditangisi adalah akalmu. Akal tersebut kering sebagaimana tumbuhan hijau dan tanaman mengalami kekeringan. Padahal dengan akal, seseorang bisa hidup bersama Allah dan bersama manusia. Ia hidup bersama manusia dengan akhlaknya, dan bisa hidup bersama Allah dengan mengikuti syariat-Nya. Rasulullah s.a.w. bersabda: “Siapa yang tak menjaga diri ketika sudah beruban, tidak malu dengan aibnya, serta tidak takut kepada Allah di dunia, Allah pun tidak butuh padanya.” (71)

Catatan:

  1. 7). Hadis tersebut dinyatakan oleh ad-Dailami tanpa sanad dari Jabir r.a. secara marfu‘.

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *