Hati Senang

Lebih Dekat Dengan Sang Penulis (at-Tirmidzi) – Biarkan Hatimu Bicara!

Cover Buku Biarkan Hatimu Bicara - Mencerdaskan Dada, Hati, Fu’ad, dan Lubb - At-Tirmidzi
Biarkan Hatimu Bicara! MENCERDASKAN DADA, HATI, FU’AD, DAN LUBB Oleh: Abū ‘Abd Allāh Muḥammad ibn ‘Alī al-Ḥakīm at-Tirmidzī   Judul Asli: بيان الفرق بين الصدر و القلب و الفؤاد و اللب للحاكم التلمذي   Penerjemah: Fauzi Faisal Bahreisy Penerbit: PT SERAMBI ILMU SEMESTA

Lebih Dekat Dengan Sang Penulis

 

At-Tirmidzī – nama lengkapnya, Abū ‘Abd Allāh Muḥammad ibn ‘Alī al-Ḥakīm at-Tirmidzī – lahir di Tirmidz, salah satu daerah di sekitar Persia, kira-kira pada awal abad ke-3 H. Sebagian orang menyebut beliau hidup hingga usia delapan puluh (11) atau sembilan puluh tahun (22).

At-Tirmidzī mulai belajar ‘ilmu hadits dan ‘ilmu nalar sejak usia delapan tahun. Ketika berusia 27 tahun, beliau bertekad untuk pergi haji (33). beliau melewati ‘Irāq untuk sekaligus mencari hadits. Saat tiba di kota Makkah – seperti yang beliau tuturkan sendiri – qalbunya tergerak untuk benar-benar bertobat serta keluar dari segala hal yang samar dan yang tampak. Beliau berdoa agar Allah memperbaiki dirinya dan membuatnya zuhud di dunia. Kala pulang ke tanah air, dalam dirinya tumbuh keinginan yang kuat untuk menghafal al-Qur’ān. Sejak itulah beliau mulai menghafalnya. Pada waktu yang sama, beliau juga mencari seorang syaikh (guru) yang dapat membimbingnya ke jalan taqwā, tapi tidak menemukan. Akhirnya beliau mendengar ucapan ahli ma‘rifat dan tertarik dengan buku al-Anthākī (44). Darinya beliau belajar tentang “latihan jiwa” (55). Di saat itulah beliau menghabiskan banyak waktunya menyendiri di gurun pasir. Dari sana, tersingkaplah berbagai pengertian dan tajallī (manifestasi). (66).

At-Tirmidzī juga bercerita bagaimana dirinya diterpa cobaan. Ia dituduh melakukan kesalahan, berbuat bid‘ah, mengaku sebagai nabi, berbicara tentang cinta, dan menyesatkan manusia. Tuduhan ini disampaikan kepada pemimpin Balkh yang kemudian melarang ia bicara tentang cinta lagi. Bagi at-Tirmidzī, ujian dan cobaan itu justru memacunya untuk membersihkan hati dan mengendalikan diri. (77)

Selain biografi yang ditulis sendiri oleh at-Tirmidzī, tidak ditemukan biografi lain yang lebih tua daripada apa yang ditulis oleh as-Sulamī dalam Thabaqāt-ush-Shūfiyyah. (88) As-Sulamī (w. 412 H.) menceritakan bahwa at-Tirmidzī merupakan salah satu guru besar di Khurāsān. Beliau banyak menulis dan meriwayatkan hadits, serta menyusun beberapa buku terkenal. Disebutkan pula bagaimana beliau bersahabat dengan Abū Turāb an-Nakhasī (99). Yaḥyā al-Jalā’ (1010). dan Aḥmad ibn Khadrawaih (1111). Sanad-sanad yang dipakai oleh as-Sulamī untuk meriwayatkan perkataan-perkataan at-Tirmidzī terdiri dari ketiga orang muridnya. Yaitu, al-Qādhī Abū Muḥammad Yaḥyā ibn Manshūr, (1212) Manshūr ibn ‘Abd Allāh, (1313) dan al-Ḥasan ibn ‘Alī (1414).

Abū Na‘īm al-Ashbāhānī (w. 430 H.) menyebutkan dalam Ḥilyat-ul-Awliyā’ (1515) bahwa at-Tirmidzī menyanggah kaum Murji’ah dan berbagai golongan yang berlawanan. Al-Ashbāhānī juga menyitir beberapa paragraf dari buku ‘Arsy-ul-Muwaḥḥidīn karya at-Tirmidzī dengan sanad yang memuat nama salah satu murid beliau yang lain, Aḥmad ibn Muḥammad ibn ‘Īsā (1616).

Sementara al-Qusyairī (w. 465 H.) dalam ar-Risālah (1717), Ibn Khamīs (wafat tahun 552 H.) dalam Manāqib-ul-Abrār (1818), dan Ibn-ul-Jauzī (w. 597 H.) dalam Sifat-ush-Shafwah (1919), tidak menyebutkan hal baru. Mereka hanya mengulang ucapan para generasi terdahulu.

Al-Hujwirī (w. 469 H.) dalam Kasyf-ul-Maḥjūb (2020). ‘Alī ibn ‘Utsmān al-Jalābī al-Hujwirī, Kasyf-ul-Maḥjūb.[/efn_note]) menyebutkan delapan judul buku karya at-Tirmidzī. Di antaranya adalah Tafsīr al-Qur’ān. Menurutnya, beliau terlebih dahulu meninggal dunia sebelum sempat menyelesaikan bukunya itu (2121). Al-Hujwirī juga menyebutkan bahwa at-Tirmidzī pernah berguru kepada salah satu sahabat dekat Abū Ḥanīfah. Di samping itu, al-Hujwirī menambahkan at-Tirmidzī dengan salah satu kelompok shūfī bernama al-Ḥakīmiyyah serta secara khusus membicarakannya dalam satu bab bukunya (2222). Menurutnya, at-Tirmidzī menjadi rujukan pemikiran mereka dalam hal kewalian.

Adz-Dzahahī (w. 728 H.) dalam Tadzkirat-ul-Ḥuffāzh meriwayatkan dari as-Sulamī bahwa at-Tirmidzī pernah dibuang dari Tirmidz lantaran dua buku yang ditulisnya: Khatm-ul-Auliyā’ dan ‘Ilal-usy-Syarī‘ah. Sebab, beliau berpendapat bahwa para wali memiliki tanda seperti tanda yang dimiliki para nabi. Menurut sebagian orang, beliau memosisikan kewalian di atas kenabian. Beliau berargumentasi dengan sabda Rasūlullāh s.a.w.: “Para nabi dan syuhadā’ iri kepada mereka (para wali).” Lebih lanjut kata beliau: “Apabila mereka tidak lebih mulia, mustahil para nabi dari syuhadā’ itu iri kepada mereka. (2323)

Lalu adz-Dzahabī menyebutkan bahwa beliau kemudian pergi ke Balkh. Penduduk Balkh memuliakan beliau karena mempunyai kesamaan mazhab. Setelah itu beliau berangkat menuju Nisabur pada 285 H dan tinggal di sana sampai usia delapan puluh tahun.

As-Subkī (w. 771 H.) dalam Thabaqāt-usy-Syāfi’iyyah (2424) mengulang sebagian besar pernyataan adz-Dzahabī dan hanya menambahkan beberapa tulisan at-Tirmidzī. Ibn Ḥajar al-Asqalānī (2525) (w. 832 H.) menyebutkan bahwa Ibn al-Najjār (w. 693 H.) telah menyebutkan biografi beliau dalam kitab Tārīkh-nya (2626). Disebutkan pula bahwa menurut Kamāl-ud-Dīn ibn al-Adīm dalam kitabnya, al-Mulhatu fir-Raddi ‘alā Abī Thalḥah, at-Tirmidzī tidak termasuk ahli hadits. Beliau hanya seorang tokoh yang berbicara mengenai isyarat-isyarat keshūfīan serta mengaku mengetahui hal-hal tersembunyi dan berbagai hakikat sehingga dalam hal itu beliau dianggap keluar dari kaidah fuqahā’ dan berhak mendapat kecaman. Juga disebutkan bahwa beliau telah memenuhi buku-buku tulisannya dengan hadits-hadits maudhū‘ (palsu) serta mengisinya dengan sesuatu yang tak pernah diriwayatkan dan tidak pernah didengar.” (2727) Kemudian Ibn Ḥajar juga meriwayatkan bahwa al-Anbarī (2828) pernah mendengar darinya pada tahun 318 H. (2929)

Adapun para sejarawan dari generasi kemudian seperti al-Jāmī (3030) (w. 898 H.), asy-Sya‘rānī (3131) (w. 973 H.). al-Munāwī (3232) (w. 1031 H.), Darasykou (3333) (w. 1056 H.) tidak mengetengahkan hal baru tentang at-Tirmidzī.

Tulisan dan Pengaruh at-Tirmidzī

Pengaruh at-Tirmidzī terhadap tashawwuf pada era sesudahnya lebih jelas terlihat lewat tulisan-tulisannya daripada lewat murid-muridnya (3434). Banyaknya proses penyalinan terhadap kitab-kitabnya hingga masa belakangan ini menjadi bukti bagaimana ia diterima secara baik dan tersebar luas di masyarakat. Para generasi kemudian banyak yang mempelajari dan mengambil manfaat dari tulisan-tulisan at-Tirmidzī. Prof. Massignon menyatakan bahwa seratus lima puluh lima pertanyaan yang diutarakan oleh at-Tirmidzī dalam kitabnya, Khatm-ul-Auliyā’ (3535) banyak dicuplik oleh Ibn ‘Arabī dalam kitabnya, al-Futūḥāt-ul-Makkiyyah dan dalam kitab lain yang secara khusus memuat pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan judul al-Jawāb-ul-Mustaqīmu ‘ammā Sa’ala ‘anh-ut-Tirmidzī al-Ḥakīm. (3636)

Al-Ghazālī juga mengambil dari Kitāb-ul-Akyāsi wal-Mughtarrīn pada seperempat terakhir bagian ketiga dari kitab Iḥyā’ (3737) ketika berbicara tentang tercelanya penyakit ghurūr (lupa diri). Di samping itu, Ibn Qayyim al-Jawziyyah juga menukil satu alinea dari Kitāb-ul-Farūq pada Kitāb-ur-Rūḥ (3838). Penelitian lebih lanjut akan mengungkap siapa saja yang telah mengambil manfaat dari buku-buku tulisan at-Tirmidzī.

Berikut ini terdapat beberapa judul tulisan at-Tirmidzī. Meski pun tidak menghimpun semua tulisan, namun paling tidak ia menambahkan beberapa judul dan manuskrip baru kepada penemuan sebelumnya (3939) sekaligus menguatkannya.

1). Abwāb Mukhtalifah (Naskah manuskrip: Perhimpunan Asia di Calcutta, no. 1056). (4040)

2). Itsbāt-ul-Hāl.
Naskah manuskrip:
(1) Berlin no. 3504.
(2) Kharājiji Oglu no. 806.
(3) Waliyy-ud-Dīn no. 770.
Disebutkan dalam:
(1). Kasyf-udz-Dzunnūn, taḥqīq oleh Flugel, jilid 1, hal. 155.
(2). Tadzkirat-ul-Ḥuffāzh karya adz-Dzahabī, jilid 2, hal. 197.
(3). Thabaqāt-usy-Syāfi‘iyyah, karya as-Subkī, jilid 2, hal. 20.
(4). Al-Manhiyyāt, karya at-Tirmidzī dari manuskrip Paris no. 5018.

3). Ajwibah Masā’il
Naskah manuskrip:
(1). Ismā‘il Shā’ib, no. 1571. (4141)
(2). Leipzig, no. 212. (4242)
(3). Azh-Zhāhiriyyah, tashawwuf, no. 104.

4). Al-Iḥtiyāthāt
Naskah manuskrip:
(1). Paris no. 5018.
Disebutkan dalam:
(1). Kasyf-udz-Dzunnūn, jilid 5, hal. 33.

5). Adab-un-nafs
Naskah manuskrip:
(1) Chester Beti.
(2). Ismā‘īl Shā’ib no. 1571.
(3). As‘ad no. 1312.
Naskah cetakan:
(1) Kitāb-ur-Riyādhah wa Adab-un-Nafs, taḥqīq oleh Prof. A. J. Arberry dan ‘Alī Ḥasan ‘Abd al-Qādir (Kairo 1947).

6). Al-Akyāsu wal-Mugtarrūn
Naskah manuskrip:
(1). Azh-Zhāhiriyyah tashawwuf no. 104.
(2). Ismā‘īl Shā’ib no. 1571.
(3). Leipzig, no. 212 (tidak lengkap).

7). Al-Atsmāl
Naskah manuskrip:
(1). Paris, no. 5018.
(2). As‘ad no. 1479.

8). Anwā‘ul ‘Ulūm
Naskah manuskrip:
(1). Waliyy-ud-Dīn, no. 770.

9).Bad’u Sya‘ni Abī ‘Abdillāh (Biografi yang ditulis sendiri oleh at-Tirmidzī).
Naskah manuskrip:
(1) Ismā‘īl Shā’ib, no. 1571.

10). Bayānu Ādāb-il-Murīdīn
Disebutkan dalam:
(1). Kasyf-ul-Maḥjūb, oleh al-Hujwirī, edisi Persia, hal. 439.

11). Bayān-ul-‘Ilm
Naskah manuskrip:
(1). Ismā‘īl Shā’ib no. 1571.

12). Bayān-ul-Farqi bain-ash-Shadri, wal-Qalbi, wal-Fu’ādi wal-Lubb
Naskah manuskrip:
(1) Dār-ul-Kutub al-Mishriyyah, tashawwuf no. 367.

13). Bayān-ul-Kasb
Naskah manuskrip:
(1) Azh-Zhāhiriyyah, tashawwuf, no. 104.

14). Bayān-ul-Ma‘rifat wash-Shafā’
Disebutkan dalam:
(1). Ma‘rifat-ul-Asrār karya at-Tirmidzī, lembar 217 dari manuskrip Qastamūni.

15). Tārīkh-ul-Masyāyīkh
Disebutkan dalam:
(1) Kasyf-ul-Maḥjūb karya al-Hujwirī, cetakan Persia, hal. 50.

16). Tibyān-ul-Amtsāl
Naskah manuskrip:
(1) Perhimpunan Asia di Calcutta, no. 1056.

17). Taḥshīlu Nazhā’ir-il-Qur’ān.
Naskah manuskrip:
(1) Iskandariyyah, berbagai disiplin ‘ilmu, no. 145

18). Tafsīr
Disebutkan dalam:
(1) Kasyf-ul-Maḥjūb karya al-Hujwiri, cetakan Persia, hal. 178.
(2) Nafaḥāt-ul-Uns karya al-Jāmī, hal. 131.

19). At-Tauḥīd
Disebutkan dalam:
(1) Kasf-ul-Maḥjūb karya al-Hujwirī, terjemahan Nicholson, hal. 141.

20). Al-Jumal
Naskah manuskrip:
(1) Paris, no. 5018.
(2). Mansytar, no. 106

21). Jawābu Kitābi min-ar-Rayy
Naskah manuskrip:
(1) Ismā‘īl Shā’ib, no. 1571.
(2) Azh-Zhāhiriyyah, tashawwuf, no. 104.
(3) Leipzig, no. 212.

22). Al-Ḥajju wa Asrāruhu.
Naskah manuskrip:
(1) Paris, no. 5018.
Disebutkan dalam:
(1) Al-Furūq karya at-Tirmidzī, hal: 106 dari manuskrip Iskandariyyah.

23). Al-Ḥuqūq.
Naskah manuskrip:
(1) Ismā‘il Shā’ib, no. 1571.

24). Al-Ḥikmah.
Naskah manuskrip:
(1) Kharājiji Oglu, no. 806.

25). Khatm-ul-Anbiyā’
Disebutkan dalam:
(1) Kashf-udz-Dzunnūn, jilid 3, hal.131

26). Khatm-ul-Auliyā’
Naskah manuskrip:
(1) Waliyy-ud-Dīn, no. 770.
(2) Fātiḥ, no. 5322.
Disebutkan dalam:
(1) Ḥaqā’iq-ut-Tafsīr karya as-Sulamī, lembar 104, dari manuskrip Iskandariyyah, no. 1018.
(2) Kasyf-udz-Dzunnūn, jilid 5, hal. 79.
(3) Kasyf-ul-Maḥjūb, karya al-Hujwirī, cetakan Persia, hal. 178.
(4) Tadzkirat-ul-Ḥuffāzh karya adz-Dzahabī, jilid 2, hal. 197.
(5) Nafaḥāt-ul-Uns karya al-Jāmī, hal. 131.
(6) Thabaqāt-usy-Syāfi‘iyyah karya as-Subkī, jilid 2, hal. 20.

27). Ar-Raddu ‘alar-Rāfidhah (ringkasan)
Naskah manuskrip:
(1) Waliyy-ud-Dīn, no. 770.

28). Ar-Raddu ‘alal-Mu‘aththilah.
Naskah manuskrip:
(1) Iskandariyyah berbagai disiplin ‘ilmu, no. 145.

29). Riyādhat-un-Nafs
Naskah manuskrip:
(1) Ismā‘il Shā’ib, no. 1571 (tidak lengkap).
(2) Azh-Zhāhiriyyah, tashawwuf, no. 104.
(3) Chester Beti.
(4) As‘ad, no. 1479.
(5) Paris, no. 5018.
(6) Al-Khizānat-ut-Taimūriyyah, kumpulan, no. 227.
Naskah yang sudah dicetak:
(1) Kitāb-ur-Riyādhati wa Ādāb-un-Nafs dikeluarkan oleh Prof. A.J. Arberry dan ‘Alī Ḥasan Abd-ul-Qādir (Kairo, 1947).
(2) Ḥaqīqat-ul-Idāmiyyah, taḥqīq oleh Abdul-Muḥsin al-Ḥasīnī, dalam majalah Fakultas Sastra, Universitas Iskandariyyah, jilid 3 (1946) hal. 50-108.
Disebutkan dalam:
(1) Ajwibatu Masā’il karya at-Tirmidzī, hal. 250 dari manuskrip azh-Zhāhiriyyah.
(2) Kasyf-udz-Dzunnūn, jilid 3, hal. 522.

30). Sīrat-ul-Auliyā’
Disebutkan dalam:
(1) Ajwibatu Masā’il karya at-Tirmidzī, hal. 250 dari manuskrip azh-Zhāhiriyyah.
(2) Jawābu Kitābi minar-Rayy, karya at-Tirmidzī, hal. 158 dari manuskrip azh-Zhāhiriyyah.

31). Syarḥ-ush-Shalāt.
Naskah manuskrip:
(1) Paris, no. 5018.
(2) As‘ad, no. 1479.
Disebutkan dalam:
(1) Thabaqāt-usy-Syāfi‘iyyah karya as-Subkī, jilid 2, hal. 20.
(2) Kasyf-udz-Dzunnūn, jilid 4, hal. 39.

32). Syarḥu Qaulihi mal-Imāni, wal-Islām, wal-Iḥsān.
Naskah manuskrip:
(1) Ismā‘il Shā’ib no. 1571.
(2) ?????
(3) Leipzig, no. 212.

33). Sifat-ul-Qulūb
Naskah manuskrip:
(1) Qastamūni, no. 2713.
(2) Berlin, no. 3130 (hilang pada perang dunia kedua).
Disebutkan dalam:
(1) Itsbāt-ul-‘Ilal karya at-Tirmidzī, lembar 3 dari manuskrip Berlin, 3504.
(2) Adab-un-Nafsi karya at-Tirmidzī (Kairo, 1947), hal. 104.

34). Thabaqāt-ush-Shūfiyyah
Disebutkan dalam:
(1) Kasyf-udz-Dzunnūn, jilid 4, hal. 148.

35). Adzāb-ul-Qabr
Disebutkan dalam:
(1) Kasyf-ul-Maḥjūb karya al-Hujwirī, terjemahan Nicholson, hal. 141.

36). ‘Arasy-ul-Muwaḥḥidīn
Naskah manuskrip:
(1) Paris, no. 5018.
(2) As‘ad, no. 1479.
(3) Ismā‘il Shā‘ib, no. 4824.
Disebutkan dalam:
(1) Al-Muntakhab mimmā fī Khazā’in-il-Kutub bi Ḥalab, taḥqīq oleh Boul Sabbats (Kairo, 1946), no. 267.
(2) Kasyf-udz-Dzunnūn, jilid 4, hal. 321 (Ghars-ul-Muwahhidin).
(3) Thabaqāt-usy-Syāfi‘iyyah, karya as-Subkī jilid 2, hal. 20 (Ghars-ul-Muwaḥḥidīn).

37). Al-‘Aql wal-Hawā
Naskah manuskrip:
(1) Paris, no. 5018.
(2) As‘ad, no. 1479.

38). ‘Ilm-ul-Auliyā’
Naskah manuskrip
(1) Dār-ul-Kutub-il-Mishriyyah, kumpulan, no. 694.
(2) Perhimpunan Asia Calcuta, no. 1056.
(3) Kharājiji Oglu, no. 806.
Disebutkan dalam:
(1) Itsbāt-ul-‘Ilal karya at-Tirmidzī, lembar 21 dari manuskrip Berlin.

39). Al-‘Ulūm
Disebutkan dalam:
(1) Al-Akyāsu wal-Mughtarrīn karya at-Tirmidzī, lembar 75 dari manuskrip Ismā‘il Shā‘ib.

40). Ghars-ul-‘Ārifīn
Naskah manuskrip:
(1) Perhimpunan Asia Calcutta, no. 1056.
Disebutkan dalam:
(1) Itsbāt-ul-‘Ilal karya at-Tirmidzī, lembar 17 dari manuskrip. Berlin.

41). Ghūr-ul-‘Umūr (anggota badan dan nafs)
(1) Paris, no. 5018.
(2) As‘ad, no. 1479.
(3) As‘ad, no. 1312.
Disebutkan dalam:
(1) Manāzil-ul-‘Ibād karya at-Tirmidzī, lembar 129 dari manuskrip Paris.
(2) Kasyf-udz-Dzunūn, jilid 4, hal. 340.
(3) Thabaqāt-usy-Syāfi‘iyyah, karya as-Subkī, jilid 2, hal. 20.
(4) Syarḥ-ush-Shalāt karya at-Tirmidzī, lembar 95 dari manuskrip As‘ad, no. 1479.

42). Al-Farqu Bain-al-Āyāt wal-Karāmāt
Naskah manuskrip:
(1) Ismā‘il Shā‘ib, no. 1571.
(2) Perhimpunan Asia Calcutta, no. 1116 (tidak lengkap).

43). Al-Furūq
Naskah manuskrip:
(1) Paris, no. 5018.
(2) Iskandariyyah, fiqih Syāfi‘ī, no. 33 (tidak lengkap).
(3) As‘ad, no. 1479.
(4) Aya Shopia, no. 1975.
(5) Wahid Pasya, no. 2251.
Disebutkan dalam:
(1) Kasyf-udz-Dzunnūn, jilid 4, hal. 418.
(2) Thabaqāt-usy-Syāfi‘iyyah karya as-Subkī, jilid 2, hal. 20.

44). Al-Kalāmu ‘alā Ma‘nā Lā Ilāha Illā Allāh.
Naskah manuskrip:
(1) Khazīnah, no. 1762.
(2) Waliy-ud-Dīn, no. 770.

45). Masā’il (1)
Naskah manuskrip:
(1) Ismā‘il Shā‘ib, no. 1571.
(2) Leipzig, no. 212.

46). Masā’il (2).
Naskah manuskrip:
(1) Ismā‘il Shā‘ib, no. 1571.
(2) Leipig, no. 212.
Naskah yang telah dicetak:
(1) A.J. Arberry, Notes on a “Tirmidi Manuscript” di Rivista degli Studi Orientali, XVIII (1940), 315, 327.

47). *Missing

48). Al-Masā’il-ul-Maknūnah.
Naskah manuskrip:
(1) Iskandariyyah, berbagai disiplin ‘ilmu, no. 145.
(2) Leipzig, no. 212.

49). Mas’alatu fil-Īmāni wal-Islāmi wal-Iḥsān.
Naskah manuskrip:
(1) Leipzig, no. 212.
(2) Waliy-ud-Dīn, no. 770.
(3) Chester Beti.

50). Ma‘rifat-ul-Asrār.
Naskah manuskrip:
(1) Qastamūnī, no. 2713

51). Manāzil-ul-‘Ibādi min-al-‘Ibādah (Berbagai kedudukan orang yang menuju kepada Allah).
Naskah manuskrip:
(1) Ismā‘īl, no. 1571.
(2) Paris, no. 5018.
(3) As‘ad. No. 1479.

52). Muntakhabātu min Kitāb-ish-Shafā’.
Naskah manuskrip:
(1) Chester Beti.

53). Al-Minhāju fil-‘Ibādah.
Disebutkan dalam:
(1) Kasyf-udz-Dzunnūn, jilid 6, hal. 231.

54). Manhāju fī….
Disebutkan dalam:
(1) Kasyf-udz-Dzunnūn, jilid 6, hal. 221.

55). Al-Manhiyyāt.
Naskah manuskrip:
(1) Paris, no. 5018.
(2) As‘ad, no. 1479.
Disebutkan dalam:
(1) Kasyf-udz-Dzunnūn, jilid 5, hal. 159.
(2) Thabaqāt-usy-Syāfi‘iyyah karya as-Subkī, jilid 2, hal. 20.

56). An-Nahj.
Disebutkan dalam:
(1) Nafaḥāt-ul-Uns, karya al-Jāmī, hal. 131.
(2) Kasyf-ul-Maḥjūb karya al-Hujwirī, edisi Persia, hal. 178.

57). Nawādir-ul-Ushūl.
Naskah manuskrip:
(1) Brokelmann, GAL, I, 216. I, 326.
(2) Max Weissweller, Bibliotheca Islamica, X, 193, n. 1
Naskah yang sudah dicetak:
(1) Nawādir-ul-Ushūl-il-Mulaqqabi bi Silwat-il-‘Ārifīni wa Bustān-il-Muwaḥḥidīn, (Istambul, 1293) serta penjelasan dari Mirqāt-ul-Wushūli li Nawādir-il-Ushūl karya Musthafā ibn Ismā‘īl al-Dimasyqī. (4343)
Disebutkan dalam:
(1) Kasyf-udz-Dzunnūn, jilid 6, hal. 385.
(2) Kasyf-ul-Maḥjūb karya al-Hujwirī, edisi Persia, hal. 178.
(3) Nafaḥāt-ul-Uns, karya al-Jāmī, hal. 131.

 

Berbagai Karya yang Dinisbatkan Kepada at-Tirmidzī

1). Al-Ad‘iyah.
Naskah manuskrip:
(1) Aya Sophia, no. 1814.

2). Al-Hidāyatu ilā Ma‘rifati Ādāb-il-Wilāyah
Naskah manuskrip:
(1) Al-Khizānat-ut-Taimūriyyah, kumpulan, no. 27.

3). Nawādiru Ushūl-il-‘Irfāni wa Zhawāhiru Furū‘-ul-Iqān.
Naskah manuskrip:
(1) Winā, no. 640.

Catatan:

  1. (1). Syams-ud-Dīn Abū ‘Abdillāh adz-Dzahabī dalam Tadzkirat-ul-Ḥuffāzh, cet. ke-2, Hedarabat 1333 H, jilid 2 hal. 197.
  2. (2). Abul-Fadhl Aḥmad ibn Ḥajar al-‘Asqalānī dalam Lisān-ul-Mīzān, hedarabat 1329 – 1331 H, jilid 5 hal. 310.
  3. (3). Bad‘u Sya’ni Abī ‘Abdillāh.
  4. (4). As-Sulamī menyebutkan dua orang yang mempunyai nisbah sama. Yaitu, Abū ‘Abdillāh Aḥmad ibn ‘Āshim al-Anthākī dan ‘Abdullāh ibn Khabīq al-Anthākī. Lihat Thabaqāt-ush-Shūfiyyah karya Abū ‘Abd-ur-Raḥmān Muḥammad ibn al-Ḥusain as-Sulamī, Peneliti: Nūr-ud-Dīn Syarībah, Kairo 1953, hal. 137 dan 145.
  5. (5). Bad‘u Sya’ni Abī ‘Abdillāh.
  6. (6). Ibid.
  7. (7). Ibid.
  8. (8). As-Sulamī, Thabaqāt-ush-Shūfiyyah, hal. 217 dan 220.
  9. (9). Ia adalah Abū Turāb Askar ibn al-Ḥasīn an-Nakhas. Lihat biografinya di Thabaqāt-us-Sulamī hal. 146-151.
  10. (10). As-Sulamī menyebutkan biografi anaknya, Abū ‘Abdillāh Aḥmad ibn Yaḥyā al-Jalā’. Lihat Thabaqāt-us-Sulamī hal. 176-179.
  11. (11). Ia adalah Abū Ḥāmid Aḥmad ibn Khadrawaih al-Balkhī. Lihat biografinya dalam Thabaqāt-us-Sulamī hal. 103-106.
  12. (12). Lihat dalam Syadzarāt-udz-Dzahabi fī Akhbāri min Dzahab karya Abul-Falāḥ ‘Abd-ul-Ḥayy ibn al-‘Imād-il-Ḥanbalī (Kairo 1350-1351 H) jilid 3 hal. 9.
  13. (13). Barangkali ia adalah Abū ‘Alī Manshūr ibn ‘Abdillāh Khālid adz-Dzihli al-Harawī. Lihat biografinya di Tārīkh Baghdād karya Abū Bakr Aḥmad ibn ‘Alī al-Khathīb al-Baghdādī (Kairo 1349 H) jilid 13, hal. 84.
  14. (14). Ia adalah Abū ‘Alī al-Ḥasan ibn ‘Alī al-Jūzjānī. Lihat biografinya dalam Thabaqāt-us-Sulamī hal. 246-248.
  15. (15). Abū Na‘īm Aḥmad ibn ‘Abdillāh ash-Ashbāhānī, Ḥilyat-ul-Auliyā’i wa Thabaqāt-ul-Ashfiyā’, (Kairo 1351-1357 H), jilid 10 hal. 233-235.
  16. (16). Mungkin ia adalah Aḥmad ibn Abil-Ward. Lihat biografinya dalam Thabaqāt-us-Sulamī hal. 249-253, dan dalam Tārīkh Baghdād, jilid 5 hal. 60.
  17. (17). Abul-Qāsim; ‘Abd-ul-Karīm ibn Hawazan al-Qusyairī, ar-Risālat-ul-Qusyairiyyati fi ‘Ilm-it-Tashawwuf, (1248 H) hal. 29.
  18. (18). Abū ‘Abdillāh ibn Nashr ibn Muḥammad Khamīs, Manāqib-ul-Abrāri wa Maḥāsin-ul-Akhyār, lembar 50 dari manuskrip Museum Inggris, nomor 408 Or.
  19. (19). Abul-Faraj ‘Abd-ur-Raḥmān ibn ‘Alī ibn Muḥammad ibn ‘Alī ibn al-Jauzī, Shifat-ush-Shafwah (Hedarabat: 1355-1357 H), jilid 4 hal. 141.
  20. (20). ‘Alī ibn ‘Utsmān al-Jalābī al-Hujwirī, Kasyf-ul-Maḥjūb.
  21. (21). Ini termuat dalam biografi berbahasa Inggeris. Pada cetakan Zokfasky yang berbahasa Persia disebutkan lima buku saja.
  22. (22). Kasyf-ul-Maḥjūb, cetakan Persia, hal. 265.
  23. (23). Tampaknya yang menjadi rujukan riwayat ini adalah Tārīkh-ush-Shūfiyyah karya as-Sulamī (Lihat pendahuluan dari Thabaqāt-us-Sulamī hal. 34). Sebab, ia tidak ada dalam Thabaqāt-nya. Bandingkan buku Khatm-ul-Auliyā’ dengan manuskrip Waliy-ud-Dīn nomor 770 di mana menurut at-Tirmidzī, mereka menyebutkan beberapa riwayat yang berasal dari Rasūlullāh s.a.w. bahwa Allah mempunyai para hamba yang bukan nabi, tetapi para nabi dan syuhadā’ iri kepada mereka disebabkan oleh kedekatan dan kedudukan mereka di sisi Allah. Lalu ada yang bertanya: “Bukankah dalam riwayat tersebut ada indikasi melebihkan posisi selain nabi atas para nabi?” Beliau menjawab: “Aku berlindung kepada Allah darinya. Tidak ada satu orang pun yang melebihi kedudukan para nabi. Para nabi mempunyai kenabian dan kedudukan khusus.” Beliau ditanya lagi: “Lalu mengapa para nabi iri kepada mereka padahal mereka tidak lebih mulia dari para nabi?” “Telah disebutkan secara jelas dalam riwayat tersebut mengapa demikian. Yaitu karna kedekatan dan kedudukan mereka di sisi Allah,” jawab beliau.
  24. (24). Tāj-ud-Dīn Abū Nashr ‘Abd-ul-Wahhāb ibn Taqiyy-ud-Dīn as-Subkī, Thabaqāt-ush-Shāfi‘iyyat-il-Kubrā, (Kairo), jilid 2 hal. 20.
  25. (25). Lisān-ul-Mizān, jilid 5, hal. 308-310.
  26. (26). Abū ‘Abdillāh Muḥammad ibn Maḥmūd al-Ḥasan ibn an-Najjār, Dzailu ‘alā Tārīkhi Baghdād. Lihat 613 I, Suppl, GAL, Brockelmann.
  27. (27). Layak untuk diperhatikan apa yang dikatakan oleh Yaqūt dalam Mu‘jam-ul-‘Ubadā’ bahwa paman dari Kamāl-ud-Dīn ibn al-Adīm adalah Jamāl-ud-Dīn Muḥammad ibn Hibatullāh ibn Muḥammad ibn Hibatullāh. Ia merupakan salah seorang wali, abid, serta tekun melakukan latihan ruhani dan ijtihad. Ia juga sangat tertarik dengan tulisan-tulisan Abī ‘Abdillāh Muḥammad ibn ‘Alī al-Ḥakīm at-Tirmidzī. Ia kumpulkan sebagian besar tulisannya dan menulis sebagian darinya dengan tulisan sendiri. Lihat Yaqūt ibn ‘Abdillāh ar-Rūmī, Irsyād-ul-Arībi ilā Ma‘rifat-il-Adīb, taḥqīq oleh Margoliouth, London dan Leiden, 1907-1926, jilid 6 hal. 33-34. Kami memiliki dua naskah yang ia tulis sendiri. Yaitu naskah Leipzig no. 145 dan Fiqh Syāfi‘ī no. 33.
  28. (28). Barang kali yang dimaksud adalah Abū Bakar Muḥammad ibn Ja‘far ibn Muḥammad ibn al-Haitsam ibn ‘Imrān ibn Barīdah al-Ambarī (wafat tahun 360 H). Lihat Tārīkh Baghdād, jilid 2, hal. 150.
  29. (29). Draskou dan Ḥāji Khalīfah menyebutkan bahwa at-Tirmidzī wafat pada tahun 255. Ini tidak benar berdasarkan apa yang dikatakan oleh at-Tirmidzī sendiri dalam biografinya mengenai mimpi yang dilihat istrinya pada tahun 269.
  30. (30). Nūr-ud-Dīn ‘Abd-ur-Raḥmān ibn Aḥmad al-Jāmī, Nafaḥāt-ul-Unsi min Ḥadhrat-il-Quds, (1858 M) hal. 131.
  31. (31). ‘Abd-ul-Wahhāb ibn Aḥmad asy-Sya‘rānī, ath-Thabaqāt-ul-Kubrā, (Kairo: 1343 H), jilid 1 hal. 78.
  32. (32). ‘Abd-ur-Ra’ūf ibn Tāj-ul-‘Arifīn ibn ‘Alī al-Ḥaddād al-Munāwī, al-Kawākib-ud-Durriyyati fī Tarājum-is-Sādat-ish-Shūfiyyah, naskah no. 249 di Univertas Princton.
  33. (33). Safīnat-ul-Auliyā’.
  34. (34). Louis Massignon, Essai sur les origines du lexique technique de la mystique musulmane, 2d ed. (Paris, 1954), hal. 264.
  35. (35). Khatm-ul-Auliyā’ dari manuskrip Waliy-ud-Dīn no. 770.
  36. (36). Massignon, Lexique, hal. 259-262, dan Recueil de textes inedits concernant i’historie de la mystique en pays d’Islam. (Paris 1929), hal. 33-36, 253-254.
  37. (37). Abū Ḥāmid Muḥammad ibn Muḥammad al-Ghazālī, Iḥyā’-ul-‘Ulūm-id-Dīn, (Kairo, 1306 H), jilid 3 hal. 326-356.
  38. (38). Abū ‘Abdillāh Muḥammad ibn Qayyim al-Jauziyyah, Kitāb-ur-Rūḥ (Hedarabat, 1357 H) hal. 283-326.
  39. (39). Hal. 13-14 dari Mukaddimah Kitāb-ur-Riyādhati wa Adab-un-Nafs, karya at-Tirmidzī. Taḥqīq oleh Prof. Dr. Arbery dan ‘Alī Ḥasan ‘Abd-ul-Qādir (Kairo, 1947 M).
  40. (40). Lihat gambaran manuskrip ini di M. Hidayat Husein, Catalague of the Arabic Manuscripts in the Collection of the Royal Asiatic society of Bengal, Val. II (Calcutta, 1949) 531-535.
  41. (41). Lihat deskripsi tentang manuskrip tersebut di Hellmut Ritter, Philologika XIII in Oriens, III (Leiden, 1950), lembar 30-35.
  42. (42). Lihat deskripsi tentang manuskrip ini di A.J. Arberry, Notes on a Tirmidi Manuscript, di Rivista degli Studi Orientali, XVIII (Roma, 1940) lembar 315-327.
  43. (43). Dia adalah Musthafā ibn Ismā‘īl ad-Dimasyqī asy-Syāmī al-Ḥanafi. Lihat biografinya di Hadiyyat-ul-‘Ārifīn karya Ismā‘īl Pasya al-Baghdādī (Istanbul, 1951-1955 M), jilid 2, hal. 460.
Alamat Kami
Jl. Zawiyah, No. 121, Rumah Botol Majlis Dzikir Hati Senang,
RT 06 RW 04, Kp. Tajur, Desa Pamegarsari, Parung, Jawa Barat. 16330.