فضيلة السكوت عن السفيه
23 – حدثني عبد الرحمن بن صالح، أنا محمد بن بشير، قال: أنشد رجل، مسعر بن كدام: لا ترجعن إلى السفيه خطابه إلا جواب تحية حياكها فمتى تحركه تحرك جيفة (1) تزداد نتنا إن أردت حراكها
__________
(1) الجيفة: تشبيه له بالميِّت المنتن
“Abd-ur-Raḥmān ibn Shāliḥ menceritakan dari Muḥammad ibn Basyīr yang berkata, (seseorang yang bernama) Mus‘ir ibn Kadām melantunkan sebuah nasyid:
Jangang sekali-kali kau membalas perkataan si mulut kotor (safīh)
Kecuali dengan balasan yang lebih baik (11)
Setiap kali kau bergerak untuk melawannya
Perlawananmu hanya akan menambah keburukan.
24 – حدثني الحسن بن الصباح، قال: حدثت عن عبادة بن كلب، قال: أتاني المؤمل الشاعر، فقال: قد علمت أنك لا تروي لي شيئا ولكن اسمع هذه الليلة الأبيات: إذا نطق السفيه فلا تجبه فخير من إجابته السكوت لئيم القوم يشتمني ليحظى ولو دمه سفكت لما حظيت فلست مشابها أبدا لئيما خزيت لمن يشاتمه خزيت
Dari Ḥasan ibn ash-Shabāḥ yang menceritakan dari ‘Ubādah ibn Kalab yang berkata: “Seorang penyair yang suka merenung datang kepadaku dan berkata: “Aku tahu bahwa engkau tidak pernah mendengarkan apa-apa dariku, tetapi malam ini dengarlah bait-bait syair di bawah ini:
Apabila orang safīh bicara, janganlah engkau membalasnya.
Sebaik-baiknya balasan adalah dengan cara diam
Orang yang keji telah mencaciku
Dengan harapan akan beruntung (22)
Sekalipun engkau membunuhnya,
Kau tak akan beruntung (33)
Sampai kapan pun
Kau haram melayani orang keji
Itu hanya akan menyebabkan
Kau rendah di mata orang yang mencaci.”
25 – حدثني صالح بن مالك، نا أبو عبيدة الرياحي، عن الحسن، قال: «لأهل التقوى علامات يعرفون بها: صدق الحديث، وأداء الأمانة، والإيفاء بالعهد وقلة الفخر، والخيلاء (1)، وصلة الرحم، ورحمة الضعفاء وقلة المثافنة للنساء، وحسن الخلق وسعة العلم واتباع العلم فيما يقرب إلى الله زلفى (2)»
__________
(1) الخيلاء: الكِبْرُ والعُجْبُ والزَّهْو
(2) الزلفى: من الازدلاف أي التقرب
Dari Shāliḥ ibn Mālik, dari Abū ‘Ubaidah ar-Riyāḥī, dari al-Ḥasan yang berkata: “Para ahli taqwā memiliki beberapa ciri, yaitu berkata jujur, (44) menunaikan amanat, (55) menepati janji, (66) tidak congkak dan tidak sombong, (77) menyukai silaturahmi, menyayangi orang yang lemah, jarang bergaul dengan wanita, berakhalak baik, ber‘ilmu luas, dan rajin mencari ‘ilmu yang dapat mendekatkan dirinya kepada Allah.”
26 – أنشدني الحسين بن عبد الرحمن، لمحمد بن زياد الحارثي: تخالهم للحلم صما عن الخنا (1) وخرسا عن الفحشاء، عند التهاجر ومرضى إذا لقوا حياء وعفة وعن الحفاظ كالليوث الخوادر لهم ذل إنصاف ولين تواضع بذلهم ذلت رقاب المعاشر كأن بهم وصما يخافون عاره وما وصمهم إلا اتقاء المعاير
__________
(1) الخنا: الفحش
Al-Ḥusain ibn ‘Abd-ir-Raḥmān mendendangkan sebuah nasyid untuk Muḥammad ibn Ziyād al-Ḥāritsī:
Lihatlah, orang yang murah hati itu tuli (88)
Tidak mendengar perkataan kotor
Bisu untuk bicara keji karena menghindar
Sakit jika berbuat yang memalukan
Atau seperti singa yang lapar ketika berjalan (99)
Jika bertindak yang mengurangi harga diri
Mereka penuh kasih, adil, lembut, dan rendah hati (1010)
Pengorbanan dan kasih sayang mereka
Seperti kepada keluarga sendiri
Mereka seperti orang yang menghindari kesulitan
Jika takut terlihat aibnya (1111)
27 – وأنشدني محمود الوراق: رجعت على السفيه بفضل حلم وكان الفعل عنه له لجاما (1) وظن بي السفاه فلم يجدني أسافهه وقلت له سلاما فقام يجر رجليه ذليلا وقد كسب المذمة والملاما وفضل الحلم أبلغ في سفيه وأحرى أن ينال به انتقاما
__________
(1) اللجام: هو ما يوضع في فم الخيل أو أنف البعير فيسهل قيادها
Nasyid Maḥmud al-Warrāq:
Aku menyahut ocehan orang safīh dengan keutamaan ḥilm
Inilah tali kekang saat menghadapinya
Orang safīh mengira aku tidak bisa mencaci
Karena aku membalas caciannya dengan ucapan selamat
Kemudian, ia pergi dalam keadaan terhina
Karena sadar telah berbuat hina dan tercela
Keutamaan ḥilm dapat menyadarkan orang yang safīh
Bahwa ia layak mendapatkan balasan. (1212)
28 – حدثني ابن أبي حاتم الأزدي، نا عبد الله بن داود، قال: سمعت الأعمش، يقول: «السكوت جواب»
Dari Ibn Abī Ḥātim al-Azdī, dari ‘Abdullāh ibn Dāwūd yang berkata: “Aku mendengar al-A‘masy (1313) berkata: “Diam adalah sebuah jawaban yang tepat untuk orang safīh.” (1414)
29 – حدثنا إسحاق بن إسماعيل، نا أبو بكر بن عياش، قال: قال كسرى لوزيره: من الحليم؟ قال: «الذي يصلح السفيه»
Dari Isḥāq ibn Ismā‘īl, dari Abū Bakar ibn ‘Iyāsy yang berkata: “Seorang kaisar bertanya kepada menterinya: “Siapa orang yang murah hati itu?” Menterinya menjawab: “Orang yang berbuat baik kepada orang safīh.”
30 – وكتب إلي الزبير بن أبي بكر: ذكر عمي مصعب بن عبد الله قال: قيل لعيسى بن عبد الله قال: قيل لعيسى بن طلحة بن عبيد الله وكان حليما: «ما الحلم؟ قال: الذل»
Zubair ibn Abī Bakar menulis surat kepadaku. Ia menyebutkan bahwa pamanku (Mus‘ab ibn ‘Abdillāh) berkata: “‘Īsā ibn ‘Abdillāh – ada juga yang menyebutkan ‘Īsā ibn Thalḥah ibn ‘Ubaidillāh – adalah seorang yang ḥalīm. Ketika ditanya tentang ḥilm, dia menjawab: “Lemah lembut.” (1515)
31 – حدثنا الحسن بن الصباح، نا يعقوب بن إسحاق الحضرمي، نا سلام بن سليمان، نا عمر بن عتبة قال: قال معاوية: «إن الحلم الذل»
Dari Ḥasan ibn Shabāḥ, dari Ya‘yūb ibn Isḥāq al-Ḥadhramī, dari Salām ibn Sulaimān, dari ‘Umar ibn ‘Utbah yang berkata: “Mu‘āwiyah (1616) berkata: “Ḥilm adalah lemah lembut.”
32 – حدثني الحسين بن عبد الرحمن، عن عمرو بن عبد الملك البصري، قال: سمعت أبا عمرو بن العلاء، يقول: قال معاوية: «ما يسرني بدل الكرم حمر النعم (1)»
__________
(1) حمر النعم: إبل حمراء من أجود ثروات العرب
Dari Ḥusain ibn ‘Abd-ir-Raḥmān, dari ‘Amr ibn ‘Abd-il-Mālik al-Bashrī, dari Abū ‘Amr ibn-ul-‘Allā’, dari Mu‘āwiyah yang berkata: “Aku tidak merasa gembira jika kemuliaan akhlāq diganti dengan harga unta merah.”
33 – حدثني عبد الرحمن بن صالح الأزدي، عن شيخ، له قال: قال معاوية: «يا بني أمية» قارعوا قريشا بالحلم، فوالله إن كنت لألقى الرجل من الجاهلية يوسعني شتما وأوسعه حلما فأرجع وهو لي صديق أستنجده فينجدني وأثيره فيثور معي وما دفع الحلم عن شريف شرفه ولا زاده إلا كرما «
Dari ‘Abd-ur-Raḥmān ibn Shāliḥ-il-Azdī, dari gurunya, dari Mu‘āwiyah yang berkata: “Wahai Bani Umayyah, undilah orang Quraisy dengan kemurahan hatinya (ḥilm)! Demi Allah, jika aku menjumpai seorang jahiliah yang mencaciku, aku akan membalasnya dengan murah hati, kemudian aku akan menjadikan dia sebagai temanku; aku minta tolong kepadanya; ia pun menolongku; aku membuatnya marah, ia pun marah kepadaku. Sifat murah hati yang dilakukan oleh orang yang mulia akan semakin menambah kemuliaannya.” (1717)
34 – حدثني أبي قال: ذكر الأصمعي، أنا الوليد بن قشعم، عن رجل من آل جعونة قال: «شتمت فلانا لرجل من أهل البصرة فحلم عني فاستعبدوني بها زمانا»
Dari ayahku, dari al-‘Ashmu‘ī, dari Walīd ibn Qasy‘am, dari seorang laki-laki dari keluarga Ju‘ūnah yang berkata: “Aku mencaci seorang laki-laki penduduk Bashrah, tetapi ia bersikap sabar dan murah hati kepadaku. Lalu, mereka memintaku untuk menjadi budak dalam beberapa waktu.” (1818)
35 – أخبرني العباس بن هشام بن محمد، عن أبيه، قال قال عيينة بن حصن: «ما يسرني بنصيبي من الذل حمر النعم (1) قيل: وكيف ذاك؟ قال: أسمع الكلمة فأكرهها فأحتملها كرامة أن أجيب فتعاد علي»
__________
(1) حمر النعم: إبل حمراء من أجود ثروات العرب
Dari ‘Abbās ibn Hisyām ibn Muḥammad, dari ayahnya, dari ‘Uyainah ibn Ḥishn yang berkata: “Aku tidak merasa gembira dengan nasibku, jika kerendahan hati diganti dengan unta merah.” (1919) Ia ditanya: “Bagaimana bisa begitu?” Ia menjawab: “Aku mendengar perkataan yang kubenci, lalu aku menganggapnya sebagai suatu kemuliaan yang akan dicabut dariku, jika aku membalasnya.”
36 – حدثني إبراهيم بن عبد الله، ذكر علي بن الحسين قال: قيل لرجل من الفرس: أي ملوككم كان أحمد عندكم؟ قال: لأردشير فضيلة السبق غير أن عندنا سيرة أنو شيروان قيل: فأي أخلاقه كان أغلب عليه؟ قال: «الحلم والأناة (1)، قيل: هما توأمان ينتجهما علو الهمة»
__________
(1) الأناة: التمهل والتثبت والانتظار والتأخر
Dari Ibrāhīm ibn ‘Abdillāh, dari ‘Alī ibn Ḥusain yang berkata: “Seorang laki-laki dari Persia ditanya: “Siapakah saja yang paling terpuji dari bangsamu?” Ia menjawab: “Ardasyīr. Dia memiliki kelebihan dibandingkan Anū Syīrwān yang memiliki ekspansi hebat.” Laki-laki itu ditanya lagi: “Akhlak apa yang dia miliki?” Ia menjawab: “Murah hati dan penuh pertimbangan (anāh).” (2020) Itulah kunci sukses untuk mencapai keinginan yang tinggi.”
37 – حدثني إبراهيم بن عبد الله، قال: سمعت علي بن الحسن، قال: قيل لبعض الحكماء: أي عقاب الحلم أصعب؟ قال: أن تسمع صاحبك ما فيه فيكظم، وليس الحليم من قرف ولكن من صدق فصبر
Ibrāhīm ibn ‘Abdillāh bercerita: “Aku mendengar ‘Alī ibn Ḥusain berkata: “Seorang filosof ditanya: “Ujian apa yang paling sulit?” Ia menjawab: “Engkau berbicara kepada temanmu tentang keburukannya, lalu ia diam dalam kesabaran. (2121) Ia diam bukan karena takut menghadapi tuduhan, tetapi sabar atas sesuatu yang benar-benar terjadi.”
Dari Ibn Mas‘ūd, Rasūlullāh s.a.w. telah bersabda: “Hendaklah kalian bersikap jujur karena kejujuran menunjukkan kebaikan dan kebaikan menunjukkan ke surga. Orang yang senantiasa jujur dan berusaha untuk berkata jujur, Allah akan mencatat ia sebagai orang yang shiddīq. (H.R. al-Bukhārī dan Muslim).
Seorang pemuda tampan lewat di depan Mālik ibn Dīnār. Ia berjalan dengan penuh kesombongan. Mālik ibn Dīnār berkata kepada dia: “Wahai anakku, andai kau tidak sombong, pasti kau akan lebih tampan.” Laki-laki itu bertanya: “Apa yang kau ketahui tentang aku?” Mālik menjawab: “Aku mengenalmu dengan baik sekali. Cikal bakal penciptaanmu adalah air mani. Engkau akan mati dan busuk di dalam tanah. Di antara kedua hal itu engkau membawa penyesalan.”
Al-A‘masy berkata: “Jika seorang alim ditanya dan ia tidak tahu jawabannya, hendaklah ia diam karena diam itu merupakan jawaban. Sedangkan, menjawab dengan kata “tidak tahu” akan menjadi fatwa bagi orang awam.”
Seorang anak laki-laki datang kepada Abū Dzarr. Lalu, ia mematahkan kaki kambing milik Abū Dzarr. Abū Dzarr bertanya: “Siapa yang mematahkan kaki kambing ini?” Anak laki-laki itu menjawab: “Aku yang melakukannya dengan sengaja supaya engkau marah lalu memukulku. Dengan demikian, engkau telah berbuat dosa besar.” Abū Dzarr berkata: “Kalau begitu, aku tidak akan marah karena kau memancing kemarahanku.” Lalu, Abū Dzarr membebaskan anak laki-laki itu.
Suatu ketika, ‘Umar Ibn ‘Abd-ul-‘Azīz masuk ke masjid dalam keadaan gelap gulita. Dia menabrak seorang laki-laki yang sedang tidur sehingga menyebabkan lelaki tersebut jatuh. Laki-laki itu mengangkat kepalanya sambil bertanya: “Apakah engkau gila?” ‘Umar menjawab: “Tidak”. Seketika itu pengawal ‘Umar marah dan bermaksud memukul laki-laki tersebut. Akan tetapi, ‘Umar menahannya: “Biarkanlah! Ia hanya bertanya apakah aku gila, lalu aku menjawab tidak.”
Dengan demikian, sangat jelas bahwa sifat murah hati (ḥilm) dapat mendatangkan kebaikan, keluhuran hati, dan kemuliaan bagi pemiliknya.
Perhatikanlah, bagaimana seseorang bisa menjadi budak karena perkataan buruk yang dia ucapkan dan hal itu terjadi pada orang yang suka mencaci orang yang murah hati.
Demikianlah, setiap kali engkau bersikap lemah lembut dan murah hati, engkau akan menjadi majikan (tuan) dan orang yang mencacimu akan menjadi budakmu.
“Ketahuilah bahwa sifat murah hati (ḥilm) lebih utama daripada menahan marah. Menahan marah merupakan salah satu sifat yang muncul ketika seseorang melatih dirinya untuk bersikap murah hati. Sikap ini dibutuhkan pada saat seseorang diliputi kemarahan dan hanya dapat dilakukan dengan penuh kesungguhan. Namun, jika seseorang membiasakan hal itu dalam beberapa kesempatan, ia akan menjadi terlatih untuk bersabar. Kemarahannya tidak akan mudah bangkit, sekalipun sudah menguasai jiwa dan raganya. Ia tidak akan lelah dalam menahan kemarahan. Itulah sifat murah hati. Ia adalah tabiat yang menunjukkan kesempurnaan dan ketinggian akal yang dapat dicapai dengan berlatih diri dalam menahan kemarahan, sekalipun terasa berat. Rasūlullāh s.a.w. bersabda: “Sesungguhnya ilmu diperoleh dari belajar dan murah hati (ḥilm) diperoleh dari melatih diri dengan membiasakan sikap sabar. Siapa saja yang memilih kebaikan, Allah akan memberinya. Siapa saja yang menjauhi kejahatan, Allah akan menjaganya.” Nabi s.a.w. memberikan isyārat bahwa untuk mendapatkan sifat murah hati, jalan pertama yang harus ditempuh adalah melatih diri dengan bersikap sabar, sebagaimana jalan untuk meraih ‘ilmu adalah belajar.”