Majelis Pertama
Yang Menuntun Orang Buta Hanyalah Orang Normal
Anakku, pertama-tama nasihatilah dirimu, barulah menasihati orang lain. Perbaiki dulu kekurangan diri sendiri. Jangan tergesa-gesa memperbaiki orang lain. Karena khawatir, orang lain kaunasihati sedangkan diri sendiri masih perlu diperbaiki.
Celakalah jika kautahu bagaimana menyelamatkan orang lain, juga tahu bagaimana menuntun orang lain, tapi kau sendiri buta dan tak bisa melihat jalan. Tahukah engkau jika yang boleh menuntun orang buta itu hanyalah orang normal? Tahukah engkau bahwa yang boleh menyelamatkan orang tenggelam hanyalah orang yang pandai berenang? Ketahuilah, orang yang boleh menuntun manusia ke jalan Allah hanyalah orang yang telah mengenal Allah. Orang yang belum mengenal-Nya, bagaimana mungkin dia bisa menunjukkan orang lain ke jalan-Nya?!
Manakala tauhid berada di pintu rumah, sedangkan kesyirikan berada di dalamnya, maka itulah kemunafikan yang sesungguhnya. Celakalah engkau ketika lisanmu bertakwa, tapi hatimu maksiat! Celakalah ketika lisanmu bersyukur, tapi hatimu berpaling!
Orang Mukmin Tak Pernah Menyarungi Pedang
Muridku, tetaplah engkau dalam ketakwaan. Tetaplah engkau dalam batas-batas syara. Tetaplah engkau menentang hawa nafsu, menghadang bisikan setan, dan melawan antek-antek keburukan. Ingatlah, orang muk- min selalu berperang melawan semua itu. Kepalanya tak pernah lepas dari topi perang, pedangnya tak pernah disarungkan, dan pedal-pedal kudanya tak per- nah dilepaskan.
Tetaplah Diri Merasa Menyendiri, Teruslah Diri Merasa Diawasi
Anakku, dalam kesendirianmu, engkau butuh sikap wara yang mampu mengeluarkanmu dari kemaksiatan dan kesalahan. Dalam kesunyianmu, engkau butuh sebuah pengawasan yang mampu mengingatkanmu pada penglihatan Dzat yang mahanyata yang selalu tertuju padamu. Engkau benar-benar butuh kepada semua itu dalam kesendirianmu. Setelah itu, barulah engkau memerangi hawa nafsu dan bisikan setan. Ketahuilah, kebanyakan orang celaka karena kesalahannya dan kebanyakan orang zuhud celaka karena syahwatnya.
Tobat Jantungnya Kekuasaan
Anakku, janganlah kau berdiri di samping nafsumu. Jangan pula berdiri di samping keinginan syahwatmu, apalagi di samping duniamu! Jika itu telah terpenuhi, hidayah Dzat yang mahabenar akan datang ke hadapanmu sehingga kau tak lagi tersesat. Tobatilah dosa-dosamu. Palingkanlah diri dari dosa-dosamu, lalu hadapkan kepada Tuhanmu azza wajalla. Dan tatkala engkau tobat, lakukanlah dengan lahir dan batinmu. Sungguh, tobat adalah jantungnya kekuasaan. Tanggalkan pakaian kemaksiatan. Bertobatlah setulus-tulusnya dan malulah dengan sebenar-benarnya kepada Allah. Bukan sekadar basa-basi. Sadarilah, tobat semata amalan hati yang dilakukan setelah penuhnya anggota badan dengan amalan-amalan syara. Jika anggota tubuh memiliki amalan, hati pun demikian.
Hadapilah Penyakit dengan Sabar, Sambutlah Kesembuhan dengan Syukur
Muridku, jika datang suatu penyakit kepadamu, hadapilah dengan kesabaran. Tenanglah sampai obatnya datang. Setelah obat itu datang, sambutlah dengan rasa syukur.
Jangan Jadikan Dunia Sebagai Pusat Perhatianmu!
Muridku, jangan jadikan apa yang engkau makan dan apa yang engkau minum sebagai titik perhatianmu! Begitu pun dengan pakaian yang ingin kau pakai, wanita yang ingin kau nikahi, rumah yang ingin kau tempati, dan harta yang ingin kau kumpulkan. Ingat- lah, semua itu hanyalah keinginan nafsu dan tabiat burukmu. Justru jadikanlah Tuhanmu dan kenikmatan yang ada di sisi-Nya sebagai pusat perhatianmu.