Majelis Keenam
Terimalah Nasihat Saudaramu
Terimalah nasihat saudaramu dan janganlah kau tentang. Sebab, saudaramu lebih melihat apa yang tidak kaulihat pada dirimu. Sadarilah, setiap menyampaikan nasihat, orang mukmin akan menjelaskan bahwa pada diri saudaranya ada beberapa hal tersembunyi. Sehingga setelah dinasihati, saudaranya bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang hak dan yang mana kewajiban.
Mahasuci Dzat yang Telah Mengisi Hatiku dengan Nasihat untuk Orang Lain
Mahasuci Dzat yang telah mengisi hatiku dengan nasihat bagi orang lain, serta menjadikannya sebagai perhatian terbesarku. Sesungguhnya aku senang memberikan nasihat, dan aku tak mengharapkan balasan apa pun. Sungguh aku bukan pencari dunia. Kesenanganmu adalah melihat keberuntungan kalian. Dan kesedihanku adalah melihat kebinasaan kalian.
Kenalilah Jati Dirimu!
Wahai Kaumku, tinggalkanlah sifat takabur. Kenalilah jati dirimu. Rendahkanlah hakikat diri. Ingatlah, awal mulamu adalah setetes air hina, dan akhirmu adalah bangkai yang akan dilemparkan.
Janganlah engkau menjadi orang yang dituntun oleh ketamakan, diburu hawa nafsu, dan diseret ke pintu para penguasa demi mengharap sesuatu yang bukan bagian untukmu. Dengan begitu, engkau pasti mengemis-ngemis kepada mereka untuk diberi sesuatu yang telah menjadi bagian mereka.
Hai Orang yang Tak Tahu Takdir dan Tak Menerima Bagian yang Ditetapkan
Celakalah engkau, hai orang yang tidak tahu takdir dan bagian yang telah ditetapkan. Aku mengira kalian adalah budak-budak dunia yang ditetapkan untuk tidak mendapat bagian darinya. Keinginan itu hanyalah bisikan setan yang telah menguasai hati dan kepala kalian. Jika demikian, kalian bukan lagi hamba Allah, melainkan hamba hawa nafsu kalian, hamba setan dan tabiat buruk kalian, hamba dirham dan dinar kalian.
Bersungguh-sungguhlah, Sampai Melihat Orang Beruntung
Bersungguh-sungguhlah sampai engkau melihat orang yang beruntung, dan engkau pun beruntung karena berada di jalannya. Sayangnya, engkau justru melihat orang beruntung dengan mata kepalamu, bukan dengan mata hatimu. Akibatnya, engkau tidak akan bisa melihat kebahagiaan yang hakiki jika tidak memiliki mata hati. Allah berfirman, Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta ialah hati yang di dalam dada (al-Hajj [22]: 46).
Penjual Agama
Ketahuilah, orang tamak yang suka mengambil dunia dari tangan makhluk akan menjual agamanya demi harta, bahkan menjualnya demi sesuatu yang fana. Akibatnya, dia tidak mendapatkan apa-apa, baik agama maupun harta.
Perbaikilah Penghidupanmu, Jangan Pasrahkan Agamamu kepada Orang Lain
Selama keimananmu kurang, kau pasti memilih dunia. Maka perbaikilah penghidupanmu hingga kau tak lagi butuh kepada orang lain, sampai kau tak memasrahkan agamamu kepada mereka dan makan makanan mereka.
Tetaplah di Pintu Tuhanmu, dan Mohonlah Keyakinan pada-Nya
Muridku, jika kau mampu mengosongkan hati dari angan-angan dunia, maka lakukanlah. Jika tidak, maka larikanlah hatimu kepada Allah. Tetaplah berada di depan pintu-Nya dan mohonlah kepada-Nya agar hatimu dibersihkan dan dipenuhi keimanan. Sesungguh-nya, kekayaan sejati adalah kekayaan bersama-Nya. Mohonlah kepada-Nya agar diberi keyakinan dan hati yang tenang, serta dianugerahi anggota tubuh yang sibuk dengan ketaatan.
Mintalah segalanya kepada Allah, bukan kepada yang lain. Dan ingatlah, jangan tundukkan dirimu kepada makhluk sepertimu.
Kepandaian Lisan dan Kelalaian Hati
Anakku, kepandaian lisan tanpa amalan hati tidak akan mendekatkanmu selangkah pun kepada Allah. Sebab, perjalanan yang sesungguhnya adalah perjalanan hati. Dan amalan yang sejati adalah amalan batin dalam menjaga ketentuan-ketentuan syariat-Nya dengan anggota tubuh.
Jangan Ceroboh Menetapkan Fondasi
Sebelumnya, engkau telah ceroboh dalam menetapkan fondasi dasar. Sementara, fondasi sangatlah penting untuk mendirikan bangunan di atasnya. Kendati bangunan berubah, asalkan fondasinya kuat, maka engkau masih mungkin mempertahankan bangunan itu. Begitu pula dengan bangunan amal. Fondasi dasarnya adalah tauhid dan keikhlasan. Siapa pun yang tidak bertauhid dan tidak ikhlas hakikatnya tidak ada amal baginya. Maka tetapkanlah tauhid dan keikhlasan sebagai fondasi dasar amalmu.
Dengan kata lain, kekuatan yang menyangga adalah kekuatan tauhid, bukan kekuatan syirik, apalagi kekuatan munafik. []