Majelis Kedua
Kau Diciptakan Bukan untuk Selamanya, Maka Ber-amal-lah dengan Benar dan Ikhlas
Muridku, kau diciptakan di dunia bukan untuk selama-lamanya, bukan untuk bersenang-senang di dalamnya. Maka ubahlah cara pandangmu terhadap perintah-perintah Allah yang kurang kausenangi. Sesungguhnya, keimanan itu ucapan dan perbuatan. Artinya, ketika engkau telah mengucapkan La ilaha illallah, sejatinya engkau telah berikrar. Sehingga, tat- kala ada yang bertanya, “Hai orang yang berikrar, apakah kau memiliki bukti atas ikrarmu? Apa buktinya?” Jawabanmu tentunya adalah menjalankan perintah, menjauhi larangan, bersabar menghadapi ujian, berserah diri pada ketetapan takdir, dan seterusnya. Itulah bukti-bukti ikrarmu.
Namun, perlu diingat, ketika engkau menjalankan amalan itu, tidak akan ada yang diterima kecuali yang ikhlas karena Allah. Walhasil, tidak ada ucapan yang diterima tanpa amal. Tidak ada amal yang diterima tanpa ikhlas dan sejalan dengan ketentuan sunnah.
Santuni Orang Fakir, Bersyukurlah kepada Allah
Santunilah orang-orang fakir dengan sedikit hartamu. Jangan pernah kau tolak satu pun orang yang meminta-minta, sementara kausanggup memberinya, sedikit maupun banyak. Wakafkanlah pemberianmu sebagai wujud cintamu kepada Allah. Bersyukurlah kepada-Nya, karena Dia telah memberi dan memampukanmu untuk melakukan itu.
Rugilah engkau karena orang yang meminta-minta adalah hadiah dari Allah, apalagi engkau mampu memberinya. Bagaimana mungkin engkau mengembalikan hadiah tersebut kepada Dzat yang menghadiahkannya? Bagaimana mungkin engkau menyimak nasihatku dan menangis di hadapanku, tapi tatkala ada orang fakir yang datang, hatimu malah keras?
Semua itu tak lain menunjukkan bahwa menangismu dan menyimakmu belum karena Allah.
Zuhud Lahir, Zuhud Batin
Anakku, kezuhudan bukan terletak pada pakaian lusuhmu dan makanan sederhanamu, melainkan pada batinmu.
Jangan Kau Ambil Rezeki dengan Tangan Cintamu
Muridku, ambillah rezekimu dengan tangan zuhudmu, bukan dengan tangan cintamu. Tidaklah sama orang yang makan sambil menangis, dengan orang yang makan sambil tertawa. Karena itu, santaplah rezekimu, sementara hatimu bersama al-Haqq. Jika tidak, engkau akan tunduk pada keburukan bagianmu. Ibaratnya, engkau makan dari tangan (anjuran-ed.) dokter lebih baik daripada engkau makan sendiri dari apa yang tidak engkau ketahui sumber dan khasiatnya.
(bersambung)