Sunan Tirmidzi no.84 dan 85 – Terkena Jilatan Anjing atau Kucing, Bagaimana?

Dari Kitab:
Sunan Tirmidzi
Oleh: Abū ‘Īsá Muḥammad ibn ‛Īsá as-Sulamī aḍ-Ḍarīr al-Būghī at-Tirmidhī

سنن الترمذي ٤٨: حَدَّثَنَا سَوَّارُ بْنُ عَبْدِ اللهِ الْعَنْبَرِيُّ حَدَّثَنَا الْمُعْتَمِرُ بْنُ سُلَيْمَانَ قَال سَمِعْتُ أَيُّوْبَ يُحَدِّثُ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ سِيْرِيْنَ عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ يُغْسَلُ الْإِنَاءُ إِذَا وَلَغَ فِيْهِ الْكَلْبُ سَبْعَ مَرَّاتٍ أُولَاهُنَّ أَوْ أُخْرَاهُنَّ بِالتُّرَابِ وَ إِذَا وَلَغَتْ فِيْهِ الْهِرَّةُ غُسِلَ مَرَّةً قَالَ أَبُوْ عِيْسَى هذَا حَدِيْثٌ حَسَنٌ صَحِيْحٌ وَ هُوَ قَوْلُ الشَّافِعِيِّ وَ أَحْمَدَ وَ إِسْحَاقَ وَ قَدْ رُوِيَ هذَا الْحَدِيْثُ مِنْ غَيْرِ وَجْهٍ عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ نَحْوَ هذَا وَ لَمْ يُذْكَرْ فِيْهِ إِذَا وَلَغَتْ فِيْهِ الْهِرَّةُ غُسِلَ مَرَّةً وَ فِي الْبَابِ عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ مُغَفَّلٍ

Sunan Tirmidzī: 84. telah menceritakan kepada kami [Sawwār bin ‘Abdullāh al-‘Anbarī] berkata: Telah menceritakan kepada kami [al-Mu‘tamir bin Sulaimān] berkata: Aku mendengar [Ayyūb] menceritakan dari [Muḥammad bin Sirin], dari [Abū Hurairah], dari Nabi shallallāhu ‘alaihi wa sallam, bahwasanya beliau bersabda: “Jika bejana dijilat oleh anjing maka harus dicuci tujuh kali, yang salah satunya atau yang terakhir dengan tanah. Namun jika bejana tersebut dijilat oleh kucing cukup dicuci sekali.” Abū ‘Īsā berkata: “Hadits ini derajatnya adalah Ḥasan Shaḥīḥ. Ini adalah pendapat Syāfi‘ī, Aḥmad dan Isḥāq. Hadits ini juga dirwayatkan dengan jalur lain, dari Abū Hurairah, dari Nabi shallallāhu ‘alaihi wa sallam seperti ini. Hanya saja, tidak disebutkan di dalamnya: “Jika bejana tersebut dijilat oleh kucing cukup dicuci sekali.” Dalam bab ini juga ada riwayat dari ‘Abdullāh bin Mughaffal.”

Derajat: Syaikh al-Albani: Shaḥīḥ.

Pembanding: SM: 420, 421, 422; SAD: 65, 66; SN: 335, 336, 337; SIM: 357, 359, 360; MA: 7286, 7801, 8804, 9146, 9948; SD: 730.

سنن الترمذي ٥٨: حَدَّثَنَا إِسْحَاقُ بْنُ مُوْسَى الْأَنْصَارِيُّ حَدَّثَنَا مَعْنٌ حَدَّثَنَا مَالِكُ بْنُ أَنَسٍ عَنْ إِسْحَاقَ بْنِ عَبْدِ اللهِ بْنِ أَبِيْ طَلْحَةَ عَنْ حُمَيْدَةَ بِنْتِ عُبَيْدِ بْنِ رِفَاعَةَ عَنْ كَبْشَةَ بِنْتِ كَعْبِ بْنِ مَالِكٍ وَ كَانَتْ عِنْدَ ابْنِ أَبِيْ قَتَادَةَ أَنَّ أَبَا قَتَادَةَ دَخَلَ عَلَيْهَا قَالَتْ فَسَكَبْتُ لَهُ وَضُوْءًا قَالَتْ فَجَاءَتْ هِرَّةٌ تَشْرَبُ فَأَصْغَى لَهَا الْإِنَاءَ حَتَّى شَرِبَتْ قَالَتْ كَبْشَةُ فَرَآنِيْ أَنْظُرُ إِلَيْهِ فَقَالَ أَتَعْجَبِيْنَ يَا بِنْتَ أَخِيْ فَقُلْتُ نَعَمْ قَالَ إِنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ قَالَ إِنَّهَا لَيْسَتْ بِنَجَسٍ إِنَّمَا هِيَ مِنَ الطَّوَّافِيْنَ عَلَيْكُمْ أَوْ الطَّوَّافَاتِ وَ قَدْ رَوَى بَعْضُهُمْ عَنْ مَالِكٍ وَ كَانَتْ عِنْدَ أَبِيْ قَتَادَةَ وَ الصَّحِيْحُ ابْنُ أَبِيْ قَتَادَةَ قَالَ وَ فِي الْبَابِ عَنْ عَائِشَةَ وَ أَبِيْ هُرَيْرَةَ قَالَ أَبُوْ عِيْسَى هذَا حَدِيْثٌ حَسَنٌ صَحِيْحٌ وَ هُوَ قَوْلُ أَكْثَرِ الْعُلَمَاءِ مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ وَ التَّابِعِيْنَ وَ مَنْ بَعْدَهُمْ مِثْلِ الشَّافِعِيِّ وَ أَحْمَدَ وَ إِسْحَاقَ لَمْ يَرَوْا بِسُؤْرِ الْهِرَّةِ بَأْسًا وَ هذَا أَحَسَنُ شَيْءٍ رُوِيَ فِيْ هذَا الْبَابِ وَ قَدْ جَوَّدَ مَالِكٌ هذَا الْحَدِيْثَ عَنْ إِسْحَاقَ بْنِ عَبْدِ اللهِ بْنِ أَبِيْ طَلْحَةَ وَ لَمْ يَأْتِ بِهِ أَحَدٌ أَتَمَّ مِنْ مَالِكٍ

Sunan Tirmidzī: 85. telah menceritakan kepada kami [Isḥāq bin Mūsā al-Anshārī] berkata: Telah menceritakan kepada kami [Ma‘n] berkata: Telah menceritakan kepada kami [Mālik bin Anas], dari [Isḥāq bin ‘Abdullāh bin Abī Thalḥah], dari [Ḥumaid binti ‘Ubaid bin Rifā‘ah], dari [Kabsyah binti Ka‘b bin Mālik] istri Ibnu Abī Qatādah, bahwa [Abū Qatādah] masuk menemuinya. (Kabsyah) berkata: “Aku menuangkan air untuknya, tiba-tiba seekor kucing masuk dan meminumnya, Abū Qatādah kemudian memiringkan bejana tersebut hingga kucing tersebut dapat minum.” Kabsyah berkata: “Abū Qatādah tahu bahwa aku sedang memperhatikannya, maka ia pun berkata: “Apakah engkau heran wahai putri saudaraku?” Aku menjawab: “Ya, ” ia berkata: “Sesungguhnya Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Kucing tidak najis. Ia merupakan hewan yang biasa berkeliaran di sekelilingmu.” Dan sebagian mereka meriwayatkan dari Mālik, ia (Kabsyah) adalah istri Abū Qatādah, namun yang benar bahwa ia adalah istri Ibnu Abī Qatādah. Ia berkata: “Dalam bab ini juga ada riwayat dari ‘Ā’isyah dan Abū Hurairah” Abū ‘Īsā berkata: “Hadits ini derajatnya adalah Ḥasan Shaḥīḥ, ini adalah pendapat kebanyakan ulama dari kalangan sahabat Nabi shallallāhu ‘alaihi wa sallam, tābi‘īn dan orang-orang setelah mereka seperti Syāfi‘ī, Aḥmad dan Isḥāq. Mereka berpendapat bahwa sisa minum kucing tidak apa-apa. Dan ini adalah hadits yang paling baik dalam bab ini. Imām Mālik menganggap baik hadits ini, yaitu dari Isḥāq bin ‘Abdullāh bin Abī Thalḥah. Dan tidak ada yang lebih sempurna dalam periwayatannya selain Mālik.”

Derajat: Syaikh al-Albani: Shaḥīḥ.

Pembanding: SAD: 68, 69; SN: 67, 338; SIM: 361; MA: 21490, 21535, 21586; MM: 38; SD: 729.