Sunan Tirmidzi no.67 s.d 68 – Kencing Dari Binatang Yang Dikonsumsi Manusia (Kisah Qishash Orang Dari ‘Urainah)

Dari Kitab:
Sunan Tirmidzi
Oleh: Abū ‘Īsá Muḥammad ibn ‛Īsá as-Sulamī aḍ-Ḍarīr al-Būghī at-Tirmidhī

سنن الترمذي ٧٦: حَدَّثَنَا الْحَسَنُ بْنُ مُحَمَّدٍ الزَّعْفَرَانِيُّ حَدَّثَنَا عَفَّانُ بْنُ مُسْلِمٍ حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ سَلَمَةَ حَدَّثَنَا حُمَيْدٌ وَ قَتَادَةُ وَ ثَابِتٌ عَنْ أَنَسٍ أَنَّ نَاسًا مِنْ عُرَيْنَةَ قَدِمُوا الْمَدِيْنَةَ فَاجْتَوَوْهَا فَبَعَثَهُمْ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ فِيْ إِبِلِ الصَّدَقَةِ وَ قَالَ اشْرَبُوْا مِنْ أَلْبَانِهَا وَ أَبْوَالِهَا فَقَتَلُوْا رَاعِيَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ وَ اسْتَاقُوا الْإِبِلَ وَ ارْتَدُّوْا عَنِ الْإِسْلَامِ فَأُتِيَ بِهِمُ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ فَقَطَعَ أَيْدِيَهُمْ وَ أَرْجُلَهُمْ مِنْ خِلَافٍ وَ سَمَرَ أَعْيُنَهُمْ وَ أَلْقَاهُمْ بِالْحَرَّةِ. قَالَ أَنَسٌ فَكُنْتُ أَرَى أَحَدَهُمْ يَكُدُّ الْأَرْضَ بِفِيْهِ حَتَّى مَاتُوْا وَ رُبَّمَا قَالَ حَمَّادٌ يَكْدُمُ الْأَرْضَ بِفِيْهِ حَتَّى مَاتُوْا قَالَ أَبُوْ عِيْسَى هذَا حَدِيْثٌ حَسَنٌ صَحِيْحٌ وَ قَدْ رُوِيَ مِنْ غَيْرِ وَجْهٍ عَنْ أَنَسٍ وَ هُوَ قَوْلُ أَكْثَرِ أَهْلِ الْعِلْمِ قَالُوْا لَا بَأْسَ بِبَوْلِ مَا يُؤْكَلُ لَحْمُهُ.

Sunan Tirmidzī: 67. telah menceritakan kepada kami [al-Ḥasan bin Muḥammad az-Za‘farānī] berkata: Telah menceritakan kepada kami [‘Affān bin Muslim] berkata: Telah menceritakan kepada kami [Ḥammād bin Salamah] berkata: Telah menceritakan kepada kami [Ḥumaid] dan [Qatādah] dan [Tsābit], dari [Anas] berkata: ” Beberapa orang dari ‘Urainah datang ke Madinah, namun mereka tidak cocok dengan iklim Madinah, maka Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam pun mengirim mereka ke (tempat) unta zakat. Beliau bersabda: “Minumlah kalian susu dan air kencingnya.” Namun (di tengah jalan-ed) mereka membunuh pengembala Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam dan menggiring unta-unta tersebut, setelah itu mereka murtad. Lalu mereka pun dihadapkan kepada Nabi shallallāhu ‘alaihi wa sallam, beliau kemudian memotong tangan dan kaki mereka secara bersilang, mata mereka dicongkel lalu dibuang ke harrah (padang pasir yang panas).” Anas berkata: “Aku melihat salah seorang dari mereka jatuh tersungkur hingga pasir masuk ke dalam mulut, lalu mereka mati.” Dan mungkin Ḥammād berkata: “Ia menggigit tanah dengan mulutnya hingga mereka mati.” Abū ‘Īsā berkata: “Hadits ini derajatnya Ḥasan Shaḥīḥ, dan hadits ini juga telah diriwayatkan dari Anas dengan jalur lain. ini adalah pendapat sebagian besar ahli ilmu, Mereka mengatakan: “Tidak apa-apa air kencing binatang yang boleh dimakan dagingnya.”

Derajat: Syaikh al-Albani: Shaḥīḥ.

Pembanding: Tidak ada.

سنن الترمذي ٨٦: حَدَّثَنَا الْفَضْلُ بْنُ سَهْلٍ الْأَعْرَجُ الْبَغْدَادِيُّ حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ غَيْلَانَ قَالَ حَدَّثَنَا يَزِيْدُ بْنُ زُرَيْعٍ حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ الْتَّيْمِيُّ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ إِنَّمَا سَمَلَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ أَعْيُنَهُمْ لِأَنَّهُمْ سَمَلُوْا أَعْيُنَ الرُّعَاةِ. قَالَ أَبُوْ عِيْسَى هذَا حَدِيْثٌ غَرِيْبٌ لَا نَعْلَمُ أَحَدًا ذَكَرَهُ غَيْرَ هذَا الشَّيْخِ عَنْ يَزِيْدَ بْنِ زُرَيْعٍ وَ هُوَ مَعْنَى قَوْلِهِ{ وَ الْجُرُوْحَ قِصَاصٌ }وَ قَدْ رُوِيَ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ سِيْرِيْنَ قَالَ إِنَّمَا فَعَلَ بِهِمْ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ هذَا قَبْلَ أَنْ تَنْزِلَ الْحُدُوْدُ.

Sunan Tirmidzī: 68. telah menceritakan kepada kami [al-Fadhl bin Sahl al-A‘raj al-Baghdādī] berkata: Telah menceritakan kepada kami [Yaḥyā bin Ghailān] berkata: Telah menceritakan kepada kami [Yazīd bin Zurai‘] berkata: Telah menceritakan kepada kami [Sulaimān at-Taimī], dari [Anas bin Mālik] ia berkata: “Nabi shallallāhu ‘alaihi wa sallam mencongkel mata mereka karena mereka mencongkel mata pengembala tersebut.” Abū ‘Īsā berkata: “Hadits ini derajatnya Gharīb, kami tidak mengetahui yang menyebutkan hadits ini selain syaikh ini, dari Yazīd bin Zurai‘, dan ini sesuai dengan firman-Nya: (dan luka luka (pun) ada qishasnya). Hadits ini juga telah diriwayatkan oleh Muḥammad bin Sīrīn, ia berkata: “Nabi shallallāhu ‘alaihi wa sallam melakukan hal itu kepada mereka sebelum turunnya ayat yang berbicara masalah hudud.”

Derajat: Syaikh al-Albani: Shaḥīḥ.

Pembanding: SM: 3164; SN: 3975.

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *