Sunan Tirmidzi no.28 dan 29 – Menyelahi Jenggot Dengan Air Ketika Bersuci

Dari Kitab:
Sunan Tirmidzi
Oleh: Abū ‘Īsá Muḥammad ibn ‛Īsá as-Sulamī aḍ-Ḍarīr al-Būghī at-Tirmidhī

سنن الترمذي ٨٢: حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِيْ عُمَرَ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ بْنُ عُيَيْنَةَ عَنْ عَبْدِ الْكَرِيْمِ بْنِ أَبِي الْمُخَارِقِ أَبِيْ أُمَيَّةَ عَنْ حَسَّانَ بْنِ بِلَالٍ قَالَ: رَأَيْتُ عَمَّارَ بْنَ يَاسِرٍ تَوَضَّأَ فَخَلَّلَ لِحْيَتَهُ فَقِيلَ لَهُ أَوْ قَالَ فَقُلْتُ لَهُ أَتُخَلِّلُ لِحْيَتَكَ قَالَ وَ مَا يَمْنَعُنِيْ وَ لَقَدْ رَأَيْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ يُخَلِّلُ لِحْيَتَهُ. حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِيْ عُمَرَ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ بْنُ عُيَيْنَةَ عَنْ سَعِيْدِ بْنِ أَبِيْ عَرُوْبَةَ عَنْ قَتَادَةَ عَنْ حَسَّانَ بْنِ بِلَالٍ عَنْ عَمَّارٍ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ مِثْلَهُ قَالَ أَبُوْ عِيْسَى وَ فِي الْبَابِ عَنْ عُثْمَانَ وَ عَائِشَةَ وَ أُمِّ سَلَمَةَ وَ أَنَسٍ وَ ابْنِ أَبِيْ أَوْفَى وَ أَبِيْ أَيُّوْبَ قَالَ أَبُوْ عِيْسَى وَ سَمِعْتُ إِسْحَاقَ بْنَ مَنْصُوْرٍ يَقُوْلُ سَمِعْتُ أَحْمَدَ بْنَ حَنْبَلٍ قَالَ قَالَ ابْنُ عُيَيْنَةَ لَمْ يَسْمَعْ عَبْدُ الْكَرِيْمِ مِنْ حَسَّانَ بْنِ بِلَالٍ حَدِيْثَ التَّخْلِيْلِ.

Sunan Tirmidzī: 28. telah menceritakan kepada kami [Ibnu Abī ‘Umar] berkata: Telah menceritakan kepada kami [Sufyān bin ‘Uyainah], dari [‘Abd-ul-Karīm bin Abil-Mukhāriq Abū Umayyah], dari [Ḥassān bin Hilāl] ia berkata: “Aku melihat [‘Ammār bin Yāsir] berwudhu’ seraya menyela-nyela jenggotnya, lalu ditanyakan padanya, atau ia berkata: Aku bertanya kepadanya: “kenapa engkau menyela-nyela jenggotmu?” dia menjawab: “Apa yang menghalangiku, padahal aku telah melihat Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam menyela-nyela jenggotnya.” Telah menceritakan kepada kami [Ibnu Abū ‘Umar] berkata: Telah menceritakan kepada kami [Sufyān bin ‘Uyainah], dari [Sa‘īd bin Abī ‘Arūbah], dari [Qotādah], dari [Ḥassan bin Hilāl], dari [‘Ammār], dari Nabi shallallāhu ‘alaihi wa sallam sebagaimana hadits tersebut. Abū ‘Īsā berkata: “Dalam bab ini ada juga riwayat dari ‘Utsmān, ‘Ā’isyah, Ummu Salamah, Anas, Ibnu Abū Aufā dan Abū Ayyūb.” Abū ‘Īsā berkata: Aku mendengar Isḥāq bin Manshūr berkata: Aku mendengar Aḥmad bin Ḥanbal berkata: Ibnu ‘Uyainah berkata: “‘Abd-ul-Karīm tidak mendengar dari Ḥassān bin Bilāl tentang hadits tahlīl (menyela-nyela jenggot).”

Derajat: Syaikh al-Albani: Shaḥīḥ.

Pembanding: SIM: 423.

سنن الترمذي ٩٢: حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ مُوْسَى حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ عَنْ إِسْرَائِيْلَ عَنْ عَامِرِ بْنِ شَقِيْقٍ عَنْ أَبِيْ وَائِلٍ عَنْ عُثْمَانَ بْنِ عَفَّانَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ كَانَ يُخَلِّلُ لِحْيَتَهُ
قَالَ أَبُوْ عِيْسَى هذَا حَدِيْثٌ حَسَنٌ صَحِيْحٌ وَ قَالَ مُحَمَّدُ بْنُ إِسْمَاعِيْلَ أَصَحُّ شَيْءٍ فِيْ هذَا الْبَابِ حَدِيْثُ عَامِرِ بْنِ شَقِيْقٍ عَنْ أَبِيْ وَائِلٍ عَنْ عُثْمَانَ قَالَ أَبُوْ عِيْسَى و قَالَ بِهذَا أَكْثَرُ أَهْلِ الْعِلْمِ مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ وَ مَنْ بَعْدَهُمْ رَأَوْا تَخْلِيْلَ اللِّحْيَةِ وَ بِهِ يَقُوْلُ الشَّافِعِيُّ وَ قَالَ أَحْمَدُ إِنْ سَهَا عَنْ تَخْلِيْلِ اللِّحْيَةِ فَهُوَ جَائِزٌ وَ قَالَ إِسْحَاقُ إِنْ تَرَكَهُ نَاسِيًا أَوْ مُتَأَوِّلًا أَجْزَأَهُ وَ إِنْ تَرَكَهُ عَامِدًا أَعَادَ.

Sunan Tirmidzī: 29. Telah menceritakan kepada kami [Yaḥyā bin Mūsā] berkata: Telah menceritakan kepada kami [‘Abd-ur-Razzāq], dari [Isrā‘īl], dari [‘Āmir bin Syaqīq], dari [Abū Wā’il], dari [‘Utsmān bin ‘Affān] bahwa Nabi shallallāhu ‘alaihi wa sallam menyela-nyela jenggotnya. Abū ‘Īsā berkata: “Hadits ini derajatnya Ḥasan Shaḥīḥ.” Muḥammad bin Ismā‘īl berkata: “Hadits yang paling Shaḥīḥ dalam bab ini adalah hadits ‘Āmir bin Syaqīq, dari Abū Wā’il dari ‘Utsmān.” Abū ‘Īsā berkata: “Pendapat ini banyak diambil kebanyakan ahl-ul-‘ilmi dari para sahabat Nabi shallallāhu ‘alaihi wa sallam dan orang yang sesudah mereka mengatakan demikian. Pendapat ini juga diambil oleh Imām Syāfi‘ī. Imam Aḥmad berkata: “Jika ia lupa menyela-nyela jenggot, maka itu tidaklah mengapa.” Sementara Isḥāq berkata: “Jika ia meninggalkannya karena lupa atau karena takwil, maka hal itu sah baginya. Namun jika meninggalkannya dengan sengaja maka ia harus mengulanginya.”

Derajat: Syaikh al-Albani: Shaḥīḥ.

Pembanding: SIM: 423.

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *